Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meluruskan Ucapan Kufur




Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary hafidzhahullah

Makna ketuhanan itu Yang Maha Esa (Tauhid), bukan dengan cara berkebudayaan dan berperadaban.

Alhamdulilah kita hidup di Indonesia, negeri yang penduduknya mayoritas kaum muslimin, yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan semata hanya mengharap rahmat Allah dan kemudian didorong oleh keinginan luhur untuk lepas dari penjajah kaum kafir barat, kita memperoleh dari Allah anugerah kemerdekaan.

Kemudian sekali lagi, didorong kedewasaan berbangsa, ummat Islam Indonesia menerima kesepakatan bersama (gentlement agreetment) dalam berbangsa dengan menetapkan pancasila sebagai landasan bernegara, meskipun dalam perjalanannya banyak ditelikung dan dikhianati.

Dalam dekrit Presiden, Presiden Soekarno rahimahullah berkata: "Bahwa kami berkeyakinan bahwa piagam Jakarta tertanggal 22 juni 1945 menjiwai undang-undang dasar 1945, dan adalah merupakan satu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut".

Kata menjiwai bermakna memberi jiwa. Yakni, kata ketuhanan dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945, bermakna ketuhanan dengan kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan syari'atnya, yakni Tauhid. Tidak bisa dimaknai lain, dan pasal 29 ayat 1 tetap berlaku bagi agama lain untuk menjalankan aktivitas keagamaannya. Jadi, difahami secara singkat, Indonesia adalah negara mayoritas muslim dan mendasari semua aktivitas kenegaraan dan berbangsa atas dasar ketuhanan dan landasan agama (sila 1).

Dan diakhir-akhir ini muncul lagi, sebuah niat untuk merubah dan merampingkan kesepakatan bersama dalam bernegara itu (pancasila) menjadi tiga sila, dari lima sila, yakni sosial, demokrasi, dan ketuhanan.

Kita tidak akan membahas politik praktis dengan segala khilah dan makarnya. Kita hanya sedang meluruskan satu ucapan kufur yang keluar dari seorang Ajuz (nenek tua) yang antara dirinya dengan kematian begitu dekat.

Ia dalam salah satu pidato berkata: "Yang dimaksud ketuhanan adalah dengan cara berkebudayaan dan berperadaban".

Kami (Abu Abd rahman bin Muhammad Suud) jawab: Sejak kapan budaya (warisan nenek moyang) menjadi agama ? Dan kata ketuhanan tidak menyertakan Tuhan (Rabb) yakni Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan membatasinya sebagai kebudayaan dan peradaban ? Ucapan ini adalah ucapan kufur dan Atheis.

Kita ingatkan orang-orang seperti itu, dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

أمن يبدؤا الخلق ثم يعيده و من يرزقكم من السماء و الأرض ؟ ا ءله مع الله ؟قل هاتوا برهانكم إن كنتم صادقين ؟

"Siapakah yang memulai penciptaan dan kemudian mengulangi lagi ciptaan-Nya, dan siapa pula yang telah memberikan rezeki kepada kalian, baik dari langit dan bumi ? Adakah Illah (sesembahan) selain Allah ? Katakan, *tunjukkan bukti kebenaran (ucapan dan keyakinanmu) bila engkau orang yang jujur ?". (QS. An-Naml: 64)

Di ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan, bahwa Tauhid adalah sesuatu yang berat bagi orang-orang musyrik:

كبر على المشركين ما تدعوهم إليه ، الله يجتبي إليه من يساء و يهدى إليه من ينيب

"Sungguh amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang engkau serukan kepada mereka, Allah lah yang memilih orang-orang yang Dia kehendaki kepadanya (agama Tauhid), dan memberi hidayah kepada orang-orang yang kembali kepada-Nya (bertaubat)". (QS. As-Syura: 13)

Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan akan golongan orang-orang yang selamat, beliau bersabda:

كلهم في النار إلا ملة واحدة ، ما أنا عليه و اصحابي.

"Setiap golongan itu di Neraka, kecuali satu, yaitu yang beragama dengan agama yang aku dan Shahabatku diatasnya". [HR. Tirmidzy no.2641]

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan kerendahan dan kehinaan bagi orang-orang yang menyelisihi beliau dan syari'atnya:

و جعل الذلة  و الصغار على من خالف أمري.

"Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapa saja yang menyelisihi urusanku (yakni sunnah dan Islam yang dibawa oleh beliau)". [HR. Ahmad 2/92]

Orang-orang yang seperti itu, yang ingin menghapus ketuhanan dari kehidupan mereka, melecehkan syari'at, dan berupaya memusuhi orang-orang beriman dan para wali Allah, hendaknya mereka bertaubat. Sebelum kematian menghampiri mereka, dan ingat, bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah, dan akan dimintai pertangungjawaban atas ucapan-ucapan dan niat-niat mereka. Terlebih, ketika umur sudah tua (nenek-nenek atau embah-embah), beruban, dan berbau tanah dan sebentar lagi akan masuk kedalamnya, hendaknya ia bertaubat.

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayah, sehingga menjadi hamba-hamba Allah yang tunduk, bukan malah sombong didepan syari'atnya.

_____
Sidoarjo, pagi waktu Dhuha disertai gemericik hujan. Oleh yang butuh dan mengharapkan ampunan Rabb-Nya.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
🎥 Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
📱 Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
📧 Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
🇫 Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Meluruskan Ucapan Kufur"