Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syubhat, Apakah Setiap Argumentasi Berarti Menunjukkan Klaim Kepastian Kebenaran?






Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Andai semua argumentasi dapat diklaim sebagai sebuah kepastian kebenaran, maka iblis berarti juga benar. Mengapa ? Sebab saat iblis diperintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam ‘alaihi shalatu wa sallam, iblis enggan dan ia memiliki argumentasi.

Perhatikan firman Allah dalam ayat berikut:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ  قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu. Menjawab iblis, saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (QS. Al-A’raf: 12)

Di sini Iblis berargumentasi, Adam ‘alaihi shalatu wa sallam diciptakan dari tanah, dan dirinya diciptakan dari api.

Pertanyaannya,apakah argumentasi iblis saya diciptakan dari api itu perkataan yang benar ? Jawabannya Ya, benar.

Apakah argumentasi iblis, Adam ‘alaihi shalatu wa sallam diciptakan dari tanah adalah sesuatu yang benar ? Jawabannya secara pasti Ya, benar.

Kalau begitu dimana kesalahan iblis, padahal argumentasi iblis benar ? Dimana syubhatnya ? Jawabannya, kunci syubhat iblis dalam hal ini adalah pada kalimat:

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ

"Aku lebih baik daripada dia (Adam ‘alaihi shalatu wa sallam)."

Penjelasannya sebagai berikut:

Pernyataan Adam ‘alaihi shalatu wa sallam diciptakan dari tanah dan iblis diciptakan dari api memang keduanya adalah pernyataan yang benar, karena disebutkan sendiri oleh Allah dan dalam hadits shahih.

Yang jadi masalah atau syubhatnya iblis yang menyatakan yang diciptakan dari api (yakni iblis) lebih baik daripada yang diciptakan dari tanah (yakni Adam ‘alaihi shalatu wa sallam).

Masalahnya/syubhatnya, siapa yang menyatakan sesuatu yang diciptakan dari api itu lebih utama daripada sesuatu yang diciptakan dari tanah. Adakah Allah menyatakannya, yakni menyatakan bahwa diciptakan dari api itu lebih baik dari yang diciptakan dari tanah ? Tidak.

Atau, adakah para Nabi ‘alaihimu shalawatu wa sallam menyampaikan hal tersebut ? Jawabannya juga tidak.

Kalau begitu asli ngarangnya iblis yang mencampuradukan antara wahyu dengan ra’yu. Inilah yang disebut syubhat.

Dengan kata lain menghubungkan pernyataan Adam ‘alaihi shalatu wa sallam diciptakan dari tanah, dan pernyataan iblis diciptakan dari api yang kedua pernyataan di atas adalah benar karena dikatakan sendiri oleh Allah Ta’ala namun dihubungkan dengan kalimat karena itu yang diciptakan dari api lebih baik diciptakan dari tanah ini asli ngarangnya iblis. Apalagi syubhat itu lalu dijadikan argumentasi untuk melawan perintah Allah.

Kesimpulannya.

1). Tidak semua argumentasi/dalil itu bisa langsung dijadikan hujjah atau klaim atas kepastian kebenaran.
2). Dalil yang bisa dijadikan hujjah harus memenuhi dua persyaratan wajib.

Persyaratan Pertama, shahihnya sumber beritanya yang dikatakan sumber yang shahih dalam hal ini adalah Al-Quran, hadits yang shahih, dan Ijma Salafush Shalih yang validitasnya jelas. Jadi hadits palsu, lemah, dan sebagainya tidak sah dijadikan hujjah/dalil.

Persyaratan Kedua, shahih pemahaman atau penafsirannya maksudnya, terkadang sumbernya shahih, tapi penafsirannya asli ngawur, maka ini tak bisa disebut hujjah yang diterima. Seperti pada syubhat iblis di atas.

Disebut penafsirannya benar adalah jika penafsiran itu sejalan dengan apa yang ditafsirkan para Salafush Shalih dan para Ulama yang mengikuti jejak mereka dengan baik.

Contoh paling ringan, benar Allah Ta’ala memuji orang yang banyak berdzikir kepada-Nya. Itu banyak disebutkan dalam Al-Quran. Benar pula Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan sebaik-bailknya dzikir adalah Laa ilaha illallah.

Namun ketika ayat Al-Quran dan hadits tersebut dijadikan dalil disunnahkannya tahlilan setelah kematian dikarenakan dua alasan di atas, yakni dalam tahlilan kematian itu banyak membaca kalimat dzikir Laa ilaha illallah, dan Allah memerintahkan banyak dzikir, sementara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun menyatakan Laa ilaha illallah sebaik-baiknya dzikir,  maka atas dasar inilah dalil disyariatkannya tahlilan.

Mengapa ? Tak ada satupun para Shahabat radhiallahu ‘anhum ajma’in, bahkan tak ada satupun generasi terbaik setelahnya, seperti para tabi'in dan tabi’ut tabi’in rahimahumullah ‘alaihim ajma’in dan empat Imam Madzhab yang pernah menjadikan ayat Al-Quran maupun hadits itu sebagai dalil untuk tahlilan setelah kematian dengan model penafsiran semacam itu.

Andaikata penafsiran semacam itu shahih, maka sudah pasti para Shahabat radhiallahu ‘anhum adalah generasi pertama yang akan melakukan praktek tersebut, dikarenakan mereka generasi terbaik yang paling semangat terhadap sunnah, mereka pun paling ahli dalam tafsir dan sebagainya. Betapa tidak ? Bukankah mereka adalah didikan langsung Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Maka bagaimana mungkin ada penafsiran yang bermuatan ibadah baru yang para Shahabat radhiallahu ‘anhum tidak memahami seperti itu, lalu orang zaman sekarang lebih memahaminya ?

Sungguh benar apa yang dikatakan Imam Malik rahimahullah:

فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيناً ، لاَ يَكُونُ الْيَوْمَ دِيناً

"Apa yang pada hari ini (zaman Shahabat radhiallahu ‘anhum) bukan bagian dari agama, maka pada sampai kapanpun bukan bagian dari agama." (al I’tisham I:49)

Dengan demikian perhatikanlah, setiap argumentasi yang dikemukakan oleh siapapun,  timbanglah dengan dua perkara di atas, yakni:

1). Pastikan shahih sumber riwayat/penukilannya. Jika tidak, maka wa salam, tak usah dipanjangkan lagi, karena tidak laku untuk dijadikan hujjah yang shahih.
2). Kalau sumbernya sudah pasti shahih, maka pastikan pula shahih penafsirannya sesuai dengan yang dipahami para Salafush Shalih. Kalau tidak, maka ini ra’yu, tinggalkanlah sekalipun sumbernya shahih.

Ini bukan berarti mengingkari Allah dan Rasul-Nya, tapi ra’yu ahli bid’ah itu yang kita ingkari.

Perhatikan masalah ini, sebab kebanyakan bid’ah bersumber dari penafsiran yang tidak shahih.

Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp  : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : instagram.com/ittibarasul1
🇫 Fanspage      : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Syubhat, Apakah Setiap Argumentasi Berarti Menunjukkan Klaim Kepastian Kebenaran?"