Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Di Antara Pelajaran Dari Kisah Pasukan Bergajah






Oleh Ustadz Abu Abdurrahman bin Muhammad Suud al Atsary hafidzhahullah

Kepada para pemuda yang bersemangat membela Islam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ألم يجعل كيد هم في تضليل

"Bukankah Dia (Allah) telah jadikan tipu daya mereka menghancurkan kabah itu sia-sia?". (QS. Al-Fiil: 2)

Berkata Syaikh Dr. Zaid bin Abdul Karim az Zaid dalam fiqih sirahnya: "Saat pasukannya Abrahah, mereka mengiring harta quraisy (saat mau menghancurkan Kabah) di antaranya 200 unta milik Abdul Muthalib (kakek Nabi shalallahu 'alaihi wa salam). Abdul Muthalib mendatangi Abrahah, menanyakan urusan dua ratus untanya".

Abrahah berkata: "Sebelumnya aku kagum padamu, tapi setelah engkau bicara pada ku urusan unta, aku tidak lagi menghargai mu, apakah engkau hanya memikirkan unta, tidak memikirkan kabah, agama dan leluhurmu?".

Abdul Muthalib berkata: "Saya adalah Rabb-Nya (pemilik) unta-unta itu, adapun kabah, maka Rabb-Nya yang akan menjaganya".

Syaikh Zaid bin Abdul Karim mengomentari kisah ini. Sikap Abdul Muthalib ini, dan ia seorang musyrik, memberikan pelajaran pada seorang muslim (hari ini) pentingnya bergantung (tawakkal) kepada Allah, (yakni bila seorang musyrik semacam Abdul Muthalib bisa punya sikap ini, tentu kita seorang muslim lebih berhak memilikinya), dan yakin akan datangnya pertolongan Allah.

Jika Abdul Muthalib saja bisa berkata, "Kabah memiliki Rabb yang akan melindunginya", ia berkata demikian dengan penuh keyakinan, bahwa kabah akan di lindungi pemilik-Nya. Lalu apa yang pantas di katakan kepada seorang muslim (hari ini) yang lalai memahami makna seperti itu. Bahwa (kebanyakan orang ragu bahwa) Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia yang (kuasa) menolong agama-Nya, Nabi-Nya, dan hamba-hamba Allah yang shalih?

Alangkah perlunya umat Islam dewasa ini kepada ketegaran sikap seperti itu (yang dimiliki Abdul Muthalib). Dalam kondisi mereka (hari ini) selalu bergantung pada sebab, di antara mereka (hari ini) banyak yang larut (dan sibuk) pada mencari sebab-sebab kemenangan. Sementara yang seharusnya di lakukan adalah menanamkan keyakinan yang kuat kepada Allah, dan akan datangnya pertolongan-Nya.

Abdul Muthalib tatkala berkata, dan kabah memiliki Rabb yang akan melindunginya. Bukan semata karena ingin semata berlepas tangan dari tanggung jawab sebagai pemimpin, karena ia orang arab yang kenal jati dirinya (pemimpin), dan (di kenal) keberaniannya. Dia melakukan itu, sebagai peringatan kepada Abrahah.

Untaian kata itu memang terkesan lemah (tidak berapi-api membakar semangat), ucapan orang kalah, dan hanya bisa di lakukan orang lemah, namun hakikatnya tidak seperti itu. Kata tersebut di ucapkan sebagai peringatan keras yang tegas kepada seorang raja Nasrani bernama Abrahah, seakan ia mau bicara, bahwa Abrahah tidak sedang memerangi penduduk makkah. Tapi memerangi Allah, karena dia bermaksud menghancurkan rumah (ibadah) yang telah di bangun oleh kekasih-Nya (Ibrahim) dan atas perintah-Nya.

Sebuah peringatan yang di katakan Abdul Muthalib sementara saat itu ia seorang musyrik. Sikap seperti itu, seharusnya selalu di miliki seorang muslim (hari ini) yang yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang.

Kata-kata itu adalah sebuah genderang perang (yang tegas) yang belum di kenal manusia (saat itu), dan siapakah yang mampu melakukan perang melawan Allah.

📜 كتاب فقه السيرة / 46 - 47.
__________
Bada isya, oleh yang butuh dan mengharap ampunan Rabbnya.

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp  : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/Akhwat_Sallafiyah
🇫 Fanspage      : fb.me/DakwahManhajSalaf1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Di Antara Pelajaran Dari Kisah Pasukan Bergajah"