Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 8)






Makna Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ.

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Maksudnya, kami mengkhususkan hanya kepada-Mu dalam beribadah, berdoa dan memohon pertolongan.

1) Para Ulama dan pakar di bidang bahasa Arab mengatakan, didahulukannya maf’ul bih (obyek) “Iyyaaka” atas fi’il (kata kerja) “Na’budu wa Nasta’in” dimaksudkan agar ibadah dan memohon pertolongan tersebut dikhususkan hanya kepada Allah semata, tidak kepada selain-Nya dan hanya terbatas bagi Allah semata.

2) Ayat Al-Quran ini dibaca berulang-ulang oleh setiap muslim, baik dalam shalat maupun di luarnya. Ayat ini merupakan ikhtisar dan intisari surat Al-Fatihah, yang merupakan ikhtisar dan intisari Al-Quran secara keseluruhan.

(3) Ibadah yang dimaksud oleh ayat ini adalah ibadah dalam arti yang luas, termasuk di dalamnya shalat, nadzar, menyembelih hewan qurban, juga doa.

Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الدُّعَاءُ ھُوَ الْعِبَادَةُ.

“Doa adalah ibadah.” [HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih]

Sebagaimana shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada Rasul atau wali, demikian pula halnya dengan doa. Ia adalah ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَدْعُوْا رَبِّيْ وَلَاۤ اُشْرِكُ بِهٖۤ اَحَدًا.

“Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” (QS. Al-Jinn: 20)

4) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ . فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ.

“Doa yang dibaca oleh Nabi Dzin Nun (Yunus) ketika berada dalam perut ikan adalah, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” Tidaklah seorang muslim berdoa dengannya untuk (meminta) sesuatu apapun, kecuali Allah akan mengabulkan padanya.” [Hadits shahih menurut Al-Hakim, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi]

Memohon Pertolongan Hanya Kepada Allah


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ

“Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah.” [HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih]

1) Imam Nawawi dan Al-Haitami telah memberikan penjelasan terhadap makna hadits ini, secara ringkas penjelasan tersebut sebagai berikut, “Jika engkau memohon pertolongan atas suatu urusan, baik urusan dunia maupun akhirat maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Apalagi dalam urusan-urusan yang tak seorang pun kuasa atasnya selain Allah. Seperti menyembuhkan penyakit, mencari rizki dan petunjuk. Hal-hal tersebut merupakan perkara yang khusus Allah sendiri yang kuasa.”

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗۤ اِلَّا هُوَ ۗ.

“Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” (QS. Al-An’am: 17)

2) Barangsiapa menginginkan hujjah (argumentasi/dalil) maka cukup baginya Al-Quran, barangsiapa menginginkan seorang penolong maka cukup baginya Allah, barang siapa menginginkan seorang penasihat, maka cukup baginya kematian. Barangsiapa merasa belum cukup dengan hal-hal tersebut maka cukup Neraka baginya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَيْسَ اللّٰهُ بِكَافٍ عَبْدَهٗ

“Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya?” (QS. Az-Zumar: 36)

3) Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Al-Fathur Rabbani berkata, “Mintalah kepada Allah dan jangan meminta kepada selain-Nya. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan memohon pertolongan kepada selain-Nya. Celakalah kamu, di mana kau letakkan mukamu kelak (ketika menghadap Allah di akhirat), jika kamu menentang-Nya di dunia, berpaling daripada-Nya, menghadap (meminta dan menyembah) kepada makhluk-Nya serta menyekutukan-Nya. Engkau keluhkan kebutuhan-kebutuhanmu kepada mereka. Engkau bertawakkal (menggantungkan diri) kepada mereka. Singkirkanlah perantara-perantara antara dirimu dengan Allah. Karena ketergantunganmu kepada perantara-perantara itu suatu kepandiran. Tidak ada kerajaan, kekuasaan, kekayaan dan kemuliaan kecuali milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jadilah kamu orang yang selalu bersama Allah, jangan bersama makhluk (maksudnya, bersama Allah dengan berdoa kepada-Nya tanpa perantara melalui makhluk-Nya).”

4. Memohon pertolongan yang disyariatkan (dibenarkan) Allah adalah dengan hanya memintanya kepada Allah agar Ia melepaskanmu dari berbagai kesulitan yang engkau hadapi.

Adapun memohon pertolongan yang tergolong syirik adalah dengan memintanya kepada selain Allah. Misalnya kepada para Nabi dan wali yang telah meninggal atau kepada orang yang masih hidup tetapi mereka tidak hadir. Mereka itu tidak memiliki manfaat atau mudharat, tidak mendengar doa, dan kalau pun mereka mendengar tentu tak akan mengabulkan permohonan kita. Demikian seperti dikisahkan oleh Al-Quran tentang mereka.

Adapun meminta pertolongan kepada orang hidup yang hadir untuk melakukan sesuatu yang mereka mampu, seperti membangun masjid, memenuhi kebutuhan atau lainnya maka hal itu dibolehkan. Berdasarkan firman Allah:

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ.

“Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” [HR. Muslim no.2699]

Di antara contoh meminta pertolongan kepada orang hidup yang dibolehkan adalah seperti dalam firman Allah,

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙ.

“Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya.” (QS. Al-Qasas: 15)

Juga firman Allah yang berkaitan dengan Dzul Qarnain:

فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ.

“Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat).” (QS. Al-Kahf: 95)

Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sumber: Kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa Ath-Tha’ifah al-Manshurah (Jalan Golongan Yang Selamat) Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage     : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 8)"