Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aqidah & Manhaj -Kaidah Yang Ke 40-



Ahlussunnah menyakini bahwa mengatur manusia, maksudnya yaitu berhubungan dengan politik wajib sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pemahaman Salafush Shalih. Maka mereka tidak pernah menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan alasan memberikan kemudahan kepada manusia atau untuk menarik simpati mereka, atau dalam rangka sampai pada kedudukan, sehingga mereka jatuh di hadapan syahwat dan tipuan-tipuan media (i’lan alqadir).

Jadi ini keyakinan yang harus diyakini, bahwa masalah siyasah/politik, yang tentunya politik dalam Islam tujuannya adalah untuk mengatur manusia untuk lebih kemaslahatan yang besar dan menghindarkan dari mereka kemudharatan. Itu semua harus sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Tidak boleh di sesuaikan dengan hawa nafsu manusia, harus sesuai dengan pemahaman para Salafush Shalih, tidak boleh di sesuaikan dengan pemahaman sendiri-sendiri.

Maka, tidak boleh ada istilah namanya tujuan menghalalkan segala cara, akhirnya yang haram jadi halal dulu demi untuk mendapatkan kedudukan. Maka yang seperti ini jelas sama sekali bukan untuk menegakkan agama, justru hal seperti itu hanya merusak agama.

Oleh karena itulah saudara-saudaraku sekalian, seperti di zaman sekarang, yang namanya politik penuh dengan kelicikan, saling menjatuhkan, sudah begitu banyak mereka yang masuk dalam dunia politik pasti tidak lepas dari kotoran-kotoran berupa menghalalkan apa yang Allah haramkan.

Karena mereka harus mendapatkan suara, sementara untuk mendapatkan suara pasti mau tidak mau harus ikut-ikutan dulu dengan keinginan manusia, akhirnya mereka ikut-ikutan berbuat bid’ah, bahkan mereka sudah hilang wala’ dan bara’ lagi, demi untuk mendapatkan apa? Kedudukan. Sehingga apa yang terjadi? Yang terjadi hukum-hukum agama di injak-injak hanya untuk mendapatkan kedudukan. Allahul musta’an.

Maka kewajiban para Ulama hendaklah mereka tegak diatas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Para Ulama hendaknya tidak mendatangi pintu-pintu penguasa, hendaknya para Ulama menasehati mereka, agar mereka itu betul-betul bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka janganlah tentunya demi untuk mendapatkan kedudukan atau simpati manusia atau suara, akhirnya batasan-batasan agama sudah tidak diperhatikan lagi.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Orang yang mempunyai pengalaman terhadap apa yang Allah utus dengan Rasul-Nya, dan mempunyai pengetahuan tentang kehidupan para Shahabat, ia akan melihat ternyata di zaman sekarang ini, orang yang dianggap agamis, justru orang-orang yang sebetulnya paling sedikit agamanya.”

Maksudnya kata beliau, contohnya, ketika ia melihat keharaman-keharaman Allah, dilanggar. Batasan-batasan Allah, di sia-siakan. Agama-agama Allah, di hina. Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijauhi. Tapi ternyata hatinya dingin, lisannya diam bagaikan setan yang bisu, karena takut, karena khawatir kedudukannya jatuh, karena takut kehilangan pengikut dan yang lainnya, akhirnya diam seribu bahasa.

Maka kata beliau (Ibnul Qayyim): "Maka kebaikan-kebaikan apa pada orang seperti ini dalam agama, kalau ternyata ketika ia melihat semua itu dia diam, dan dia tidak berusaha untuk memberikan nasehat, tidak berusaha sekuat tenaga untuk mengadakan islah perbaikan dan perubahan". Wallahu a’lam_

Dari buku yang berjudul "Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah", tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan hafidzhahullah

Oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, hafidzhahullah

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF


Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Aqidah & Manhaj -Kaidah Yang Ke 40-"