Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Derajat Doa Buka Puasa Allahumma Laka Shumtu




Oleh Ustadz Berik Said hafizhahullah

Doa buka puasa yang paling banyak diamalkan orang dan bahkan khusunya di Indonesia sangat masyhur adalah dengan do’a berikut:

اَللَّـهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَى رِزْقـِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

"Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”

Doa ini tidak ada asalnya dan tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits. Al-Mulla Ali Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih menyatakan:

وَأَمَّا مَا اشْتُهِرَ عَلَى الْأَلْسِنَةِ: اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، فَزِيَادَةٌ، وَبِكَ آمَنْتُ لَا أَصْلَ لَهَا وَإِنْ كَانَ مَعْنَاهَا صَحِيحًا، وَكَذَا زِيَادَةُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَلِصَوْمِ غَدٍ نَوَيْتُ

“Adapun yang masyhur di lisan masyarakat, "Allahumma laka shumtu wabika amantu wa ‘ala rizqika afthartu", maka tambahan "wabika amantu" tidak ada asalnya walaupun maknanya benar. Demikian juga tambahan "wa’alaika afthartu wa lishaumi ghadin nawaitu". (Mirqatul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 4/1387).

Perlu diketahui, bahwa memang ada doa buka puasa dengan doa yang mendekati seperti di atas, tetapi redaksinya lebih ringkas. Lengkapnya sebagai berikut,

Dari Mu’adz bin Zahroh radhiallahu ‘anhu menceritakan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا أَفْطَرَ قَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

"Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berbuka, beliau membaca, "Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu" (Dengan nama Allah, Ya Allah karena-Mu aku berbuka puasa dan atas rizqi dari-Mu aku berbuka)". [HR. Abu Dawud no.2358 dan Baihaqi no.8392, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 1741, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonaf II:511]

Jadi dalam hadits ini tidak ada tambahan redaksi وَبِكَ اَمَنْتُ, dan tidak ada pula tambahan akhir redaksi بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. Sudah begitu, redaksi yang ringkas itu pun tidak syah lagi.

Dan doa dengan redaksi yang diriwayatkan Abu Daud dalam Sunannya no. 2358 secara mursal (tidak ada perawi sahabat di atas tabi’in), dari Mu’adz bin Zuhrah. Sementara Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabi’in, sehingga hadis ini mursal. Dalam ilmu hadis, hadis mursal merupakan hadis dhaif karena sanad yang terputus.

Doa diatas dinilai dhaif oleh Syaikh Al-Albani, lihat Irwaul Gholil 4:38.

Penyebab Lemahnya Hadits Di Atas

Pertama, periwayat hadits di atas yakni Mu’aadz bin Zahroh telah menjadikan sebab terpenting hadits ini menjadi lemah, karena periwayat hadits tersebut adalah seorang tabi'in, bukan seorang Shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Al-Hafizh rahimahullah dalam Al Ishoobah VI:285 dan juga hampir dikatakan semua Ulama ahli hadits lainnya sebagaimana insya Allah akan kami sebutkan di bawah.

Tentunya tidak mungkin seorang tabi'in menceritakan hadits langsung dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena definisi tabi'in itu adalah orang islam yang bertemu dengan Shahabat radhiallahu ‘anhum, namun tidak sezaman dan tentu tidak pernah bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka saat Mu’aadz mengatakan telah bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebutkan nama Shahabat siapa yang meriwayatkan hadits itu kepadanya, dalam ilmu hadits ini disebut hadist mursal (hadits yang terputus rangkaian sanadnya).

Secara umum hadits mursal itu dikategorikan lemah dan tidak bisa dijadikan dalil. Karena itu Abu Dawud rahimahullah juga memasukkan hadits itu dalam Kitab Marosinya, pada (yakni kitab yang isinya berisikan hadits-hadits yang mursal/terputus rangkaian sanadnya) no.99

Kedua, Mu’adz bin Zahroh ini sekalipun pada umumnya disebut sebagai perawi yang dapat dipercaya, namun sayang pada akhir-akhir hidupnya dia telah berubah hafalannya menjadi orang yang jelek hafalannya. Hal ini diantaranya dikatakan oleh Abu Hatim, Yazid bin Haarun, Nasa’i, dan Ibnu Hajar rahimahumullah. (Lihatlah ini dalam Tahdzib at Tahdzib II:347-348 dan at Taqrib hal.253)

Sementa dalam ilmu hadits dikatakan seorang rawi yang jelek hafalan di akhir-akhir hidupnya dan tidak diketahui apakah ia meriwayatkan hadits tersebut sebelum berubah hafalannya atau setelah berubah hafalannya, maka secara umum haditsnya ditolak. Dan dalam hadits ini tidak diketahui, apakah Mu'adz meriwayatkannya sebelum beliau berubah hafalannya atau setelah beliau berubah hafalannya. Atas dasar itu maka sejumlah kritikus hadits telah melemahkan hadits di atas, terutama karena mursalnya.

Ulama Yang Melemahkan Do'a Buka Puasa Di Atas

Abu Dawud sendiri yang meriwayatkan hadits di atas memasukkan dalam al Maroosilnya (himpunan hadits-hadits mursal) no.92. Ibnul Mulaqqin dalam Tuhfatul Muhtaaj II:96. As Sutuuthi dalam Jaami’us Shaghir 6570. Adz Dzahabi rahimahullah dalam Al-Muhadzdzab IV:1616. Ibnu Katsir rahiamhullah dalam Kitabnya Irsyadul Faqih I:289. Al-Munaawi dalam Takhrij Ahadits Al-Mashobih II:169. Al Haafizh dalam at Talkhish II:801. As Syaukani dalam Nailul Author IV:301. Al-Albani rahimahumullah ‘alaihim ajma’in dalam Dho’if Abi Dawud 2358 dan beberapa kitab beliau lainnya.

Sebenarnya ada lagi yang mirip dengan hadits Mu’adz di atas, hanya saja dengan ada tambahan awalannya bacaan: "Bismillah". Hadits tersebut bersumber dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam al Ausath 549 dan al Ashbahaani dalam Taarikh al Ashbahaani II:217-218. Namun dalam sanadnya terdapat dua rawi guru dan murid yang kedua-duanya lemah.

Pertama, ada rawi bernama Isma’il bin ‘Amru. Kedua, Gurunya yang bernama Dawud bin Az Zabroqon. Kritikus hadits telah melemahkan keduanya.

Sehingga Syaikh Al Albani rahimahullah tatkala mengecam hadits ini dengan berkata:

فيه إسماعيل بن عمرو ضعيف وشيخه داود شر منه

"Dalam sanadnya terdapat Isma’il bin ‘Amru, dia lemah dan gurunya Dawud lebih jelek lagi darinya". (Irwaa’ul Ghalil IV:37)

Ada juga dengan redaksi:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ ، وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ، فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Ini bahkan sangat atau bahkan palsu".

Kesimpulannya, semua hadits do'a buka puasa yang redaksinya "اَللَّـهُمَّ لَكَ صُمْتُ…" dengan berbagai variasinya, sebagaimana telah kami sebutkan di atas adalah hadits lemah, tidak boleh di amalkan dan mengamalkannya adalah bid'ah.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Derajat Doa Buka Puasa Allahumma Laka Shumtu"