Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tumaninah




Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Asary hafidzhahullah

Kondisi hati tercermin dari kondisi tuma'ninah di dalam shalat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

الذين آمنوا و تطمئن قلوبهم بذكر الله ، ألا بذكر الله تطمئن القلوب

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tentram". (QS Ar-Raad: 28)

Dan Allah menyebut shalat sebagai sebesar-besar dzikir:

و اقم الصلاة لذكري

"Dan tegakkan shalat untuk mengingat akan Diri-Ku (Allah)". (QS. Thaha: 14)

Shalat adalah sebesar-besar penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-Nya.

Syaikh Abdul Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullah berkata: "Tanda sehatnya hati seorang hamba adalah waktu-waktu shalat, apakah ia ada perhatian terhadapnya, atau merasa berat dengannya ? Apakah ia tenang dengan shalat, atau shalat adalah beban tersendiri baginya? Apakah kondisinya istirahatkan kami dengan shalat, atau malah istirahatkan kami dari shalat?".

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "Kelezatan (yang di rasakan hati) di peroleh dengan kadar kecintaan (kepada Allah), semakin besar kecintaan, semakin besar pula kelezatan yang di rasa (oleh hati)". (Al-Fawaid 472)

Di tempat lain beliau berkata: "Seorang hamba yang cita-cita pada pagi dan petang tidak lain hanya Allah, maka Allah akan menjamin hajatnya, menanggung segala kegetiran hidupnya, mengisi hatinya dengan kecintaan hanya kepada-Nya, menggerakkan lisannya untuk berdzikir, dan mengerakkan angota badannya untuk ketaatan". (Al-Fawaid 449)

Kami (abu abd rahman) Katakan, Keterkaitan antara shalat dan pembentukkan karakter (adab dan akhlak) bagi seorang hamba, amat sangat terkait. Cukup dengan shalat, seorang muslim terpola kondisi dirinya, dan akan muncul hasil-hasil yang baik, yang di peroleh seorang hamba dari kelembutan hati, ketundukan kepada kebenaran, dan hati yang berorientasi kepada akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

و اقم الصلاة ، إن الصلاة تنهى عن الفحشاء و المنكر ، و لذكر الله أكبر

"Dan tegakkan shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan fakhisyah dan munkar, dan berdzikir kepada Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya)". (QS. Al-Ankabut: 45)

Namun, hari ini kita temukan, banyak hati-hati yang galau, jauh dari ketenangan, dan hati yang tersibukan dengan kesedihan dan kebimbangan yang panjang.

Apa yang terjadi ? Diantara sebab utamanya, adalah hilangnya tuma'ninah (الطمأنينة) di dalam shalat.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "Tuma'ninah (ketentraman) merupakan ketentraman hati terhadap sesuatu, tidak cemas dan gelisah. Allah menjadikan tuma'ninah di hati orang-orang beriman dan di dalam jiwa mereka. Diantara doa Ulama Salaf terdahulu, "Ya Allah, anugerahkan kepada ku jiwa yang tuma'ninah kepada Mu".

Apa perbedaan antara sakinah (ketenangan) dengan tuma'ninah (ketentraman) ?

Sakinah adalah hilangnya rasa takut, sedangkan tuma'ninah adalah pengaruh yang timbul dari adanya sakinah, seakan tuma'ninah merupakan puncak dari sakinah. Sebagaimana kondisi seorang yang berhadapan dengan musuh, ketika musuh lari darinya, maka hatinya menjadi sakinah (tenang), kemundian ia tuma'ninah (tentram) ketika menemukan pintu bentengnya terbuka dan ia masuk kedalamnya dan merasa aman dari musuh. Kedudukan tuma'ninah lebih umum, karena di tunjang dengan ilmu, keyakinan akan pengkabaran". (Madarijus salikin dengan ringkasan, jilid 2/416)

Keterkaitan Antara Shalat, Tuma'ninah dan Ketenangan Hati


Tuma'ninah (الطمأنينة) secara bahasa bermakna ketenangan.

Sebagaimana di sebutkan dalam hadits:

ثم اركع حتى تطمئن راكعاً

"Kemudian engkau ruku' sampai tuma'ninah (tenang) dalam ruku' mu". [HR. Bukhari 3/205]

Yakni berhenti sampai tenang, stabil, dan tidak goyah dengan tidak banyak gerak.

Di sebutkan Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah:

و ضابطها أن تسكن و استقر اعضاؤه: بحيث ينفسل رفعه، منه: عن هويه

"Yakni standar tuma'ninah adalah ketenangan dan stabilnya anggota tubuh, terpisahnya antara gerakan (naik dan turun dalam shalat)". (Tuhfah muhtaz 2/59)

An-Nawawy rahimahullah berkata:

و تجب الطمأنينة في الركوع بلا خلاف لحديث المسىء صلاته ، و اقلها أن يمكث في هينة الركوع حتى استقر اعضاوء و تنفصل حركة هويه عن ارتفاعه من الركوع

"Dan wajib untuk tuma'ninah dalam ruku (shalat) tanpa ada perselisihan, berdasarkan hadits, "Orang-orang yang salah dalam shalat", kadar minimalnya adalah berhenti dalam keadaan ruku sampai  stabil anggota tubuh dan terpisahkan gerak antara gerak turun dan naik saat ruku". (Majmu Syarah muhazhab  3/408)

Dari penjelasan imam Nawawi ini, beliau mensyaratkan dua hal:

1) Stabil dan tidak goyah anggota tubuh dalam shalat.
2) Terpisahnya satu gerakan shalat dengan gerakan yang lain dalam shalat.

Bila terpenuhi dua hal ini, maka ia di katakan tuma'ninah dalam shalat.

Namun bila kita lihat hari ini, fenomena begitu menyedihkan, sebagian kaum muslimin lalai dari masalah satu ini, yang menjadi rukun shalat, yaitu hilangnya tuma'ninah.

Sehingga kita menyaksikan, shalat sebagai munajat dan doa kepada Allah, Rabb seluruh makhluk dan sarana dzikir yang paling besar. Menjadi sarana mainan dan senda gurau, karena begitu cepatnya sebagian orang dalam shalat. Kita mengeluhkan kepada Allah, akan keterasingan ini.

Antara Kita, Ayam, Dan Seburuk-Buruk Pencuri


Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أسوأ الناس سرقة الذي يسرق من صلاته ، قالوا يا رسول الله و كيف يسرق من صلاته ؟ قال لا يتم ركوعها و لا سجودها

"Sejahat-jahat pencuri adalah seorang yang mencuri di dalam shalatnya. Shahabat bertanya: "Ya Rasulallah, bagaimana seorang di katakan mencuri dalam shalatnya ? Beliau menjawab: "Ia tidak menyempurnakan ruku' dan tidak pula menyempurnakan sujudnya". [HR. Ahmad 11532]

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa beliau berkata:

نهاني خليلي صلى الله عليه وسلم أن انقر في صلاتي نقر الديك

"Kekasihku shallallahu 'alaihi wa sallam telah melarang ku mematuk (sujud) dalam shalat sebagaimana ayam (jantan) mematuk (yakni shalat dengan cepat)". [HR. Ahmad 8106 dan Ath-Thayalis]

Dan ada ancaman bagi orang yang shalat demikian (cepat dan tidak ada tuma'ninah) dari Nabi shalallahu alaihi wa salam:

لو مات هذا على ما هو عليه مات على غير  ملة محمد صلى الله عليه وسلم

"Sekiranya orang (yang melakukan) ini mati dengan kondisi shalat yang sedemikian, maka ia mati di atas agama yang bukan agamanya muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam". [HR. Thabarani dalam Al-Kabir 3840]

Ini adalah ancaman yang besar bagi seorang yang tidak menjaga tuma'ninah dalam shalat.

Di riwayat lain:

يا معشر المسلمين لا صلاة لمن لم يقم صلبه في الركوع و السجود

"Wahai kaum muslimin, tidak ada shalat bagi seorang yang tidak meluruskan tulangnya saat ruku' dan sujudnya". [HR. Ahmad 16297 dan Ibnu Majah 871]

Maka hal ini sebuah nasihat bagi yang menulis dan juga membaca, agar kita benar-benar memperhatikan kondisi kita dalam shalat, sehingga shalat menjadi sumber perbaikan masing-masing diri bukan malah menjadikan sebab masalah itu sendiri, karena tidak adanya kesungguhan dan tuma'ninah di dalamnya.

Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menganugerahkan kepada kita, khusyu dan tuma'ninah di dalam shalat kita.

اللهم ارزقنا الطمأنينة في صلواتنا

"Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa tuma'ninah dalam shalat-shalat kami".

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Tumaninah"