Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 23)



Tawassul Yang Disyariatkan


Allah Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَا بْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya". (QS. Al-Maidah: 35)

Qatadah berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Dekatkanlah dirimu kepada-Nya, dengan ketaatan dan amal yang membuat-Nya ridha".

Tawassul yang disyariatkan (diperbolehkan) adalah tawassul sebagaimana yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, diteladankan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dipraktikkan oleh para Shahabatnya.

Tawassul yang disyariatkan itu mempunyai banyak macamnya, di antaranya adalah:

1) Tawassul dengan iman.

Seperti yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an tentang hamba-Nya yang bertawassul dengan iman mereka. Allah Ta’ala berfirman:

رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَا دِيًا يُّنَا دِيْ لِلْاِ يْمَا نِ اَنْ اٰمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَاٰ مَنَّا ۖ رَبَّنَا فَا غْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْاَ بْرَا رِ ۚ 

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti". (QS. Ali Imran: 193)

2) Tawassul dengan mengesakan Allah (Tauhid).

Seperti doa Nabi Yunus ‘alaihis salam, ketika ditelan oleh ikan Nun. Allah Ta’ala mengisahkan dalam firman-Nya:

وَ ذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَا ضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّـقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَا دٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ فَا سْتَجَبْنَا لَهٗ ۙ وَنَجَّيْنٰهُ مِنَ الْـغَمِّ ۗ وَكَذٰلِكَ نُـنْجِى الْمُؤْمِنِيْنَ

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim. Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman". (QS. Al-Anbiya: 87-88)

3) Tawassul dengan nama-nama Allah.

Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

وَلِلّٰهِ الْاَ سْمَآءُ الْحُسْنٰى فَا دْعُوْهُ بِهَا 

"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu". (QS. Al-A’raf: 180)

Diantara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama-nama-Nya yaitu: "Aku memohon Kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki". [HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih]

4) Tawassul dengan sifat-sifat Allah.

Sebagaimana doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

"Wahai Dzat Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), dengan rahmat-Mu aku mohon pertolongan". [HR. At-Tirmidzi, hadits hasan]

5) Tawassul dengan amal shalih.

Seperti shalat, berbakti kepada kedua orangtua, menjaga hak dan amanah, bersedekah, dzikir, membaca Al-Qur'an, shalawat atas Nabi, kecintaan kita kepada beliau dan kepada para Shahabatnya, serta amal shalih lainnya.

Dalam kitab Shahih Muslim terdapat riwayat yang mengisahkan tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Lalu masing-masing bertawassul dengan amal shalihnya. Orang pertama bertawassul dengan amal shalihnya, berupa memelihara hak buruh. Orang kedua dengan baktinya kepada kedua orangtua. Orang yang ketiga bertawassul dengan takutnya kepada Allah, sehingga menggagalkan perbuatan keji yang hendak ia lakukan. Akhirnya Allah membukakan pintu gua itu dari batu besar yang menghalanginya, sampai mereka semua selamat.

6) Tawassul dengan meninggalkan maksiat.

Misalnya dengan meninggalkan minum khamr (minum-minuman keras), berzina dan sebagainya dari berbagai hal yang diharamkan. Salah seorang dari mereka yang terperangkap dalam gua, juga bertawassul dengan meninggalkan zina, sehingga Allah menghilangkan kesulitan yang dihadapinya.

Adapun umat Islam sekarang, mereka meninggalkan amal shalih dan bertawassul dengannya, lalu menyandarkan diri bertawassul dengan amal shalih orang lain yang telah mati. Mereka melanggar petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.

7) Tawassul dengan memohon doa kepada para Nabi dan orang-orang shalih yang masih hidup.

Tersebutlah dalam riwayat, bahwa seorang buta datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang itu berkata: "Ya Rasulullah, berdoalah kepada Allah, agar Dia menyembuhkanku (sehingga bisa melihat kembali)". Rasulullah menjawab: "Jika engkau menghendaki, aku akan berdoa untukmu, dan jika engkau menghendaki, bersabar adalah lebih baik bagimu". Ia (tetap) berkata: "Doakanlah". Lalu Rasulullah menyuruhnya berwudhu secara sempurna, lalu shalat dua rakaat, selanjutnya beliau menyuruhnya berdoa dengan mengatakan: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan aku menghadap kepada-Mu dengan (perantara) Nabi-Mu, seorang Nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap dengan (perantara)mu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar dipenuhi-Nya untukku. Ya Allah jadikanlah ia pemberi syafaat kepadaku, dan berilah aku syafaat (pertolongan) di dalamnya".

Ia berkata, "Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga ia sembuh". [HR. Ahmad, hadits shahih]

Hadits di atas mengandung pengertian bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuk laki-laki buta tersebut dalam keadaan beliau masih hidup. Maka Allah mengabulkan doanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang tersebut agar berdoa untuk dirinya. Menghadap kepada Allah untuk meminta kepada-Nya agar Dia menerima syafaat Nabi-Nya. Maka Allah pun menerima doanya.

Doa ini khusus ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Dan tidak mungkin berdoa dengannya setelah beliau wafat. Sebab para Shahabat tidak melakukan hal itu. Juga, orang-orang buta lainnya tidak ada yang mendapatkan manfaat dengan doa itu, setelah terjadinya peristiwa tersebut.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sumber: Kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa Ath-Tha’ifah Al-Manshurah (Jalan Golongan Yang Selamat) Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zain

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/62895383230460

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 23)"