Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melepas Alas Kaki Di Kuburan






Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Ini termasuk sunnah yang sudah banyak dilalaikan atau disepelekan orang. Padahal hal ini mestinya mendapat perhatian dari kita. Apalagi saat sunnah ini nyaris terkikis dan amat sedikit sekali yang mengamalkannya. Menghidupkan sunnah teristimewa sunnah yang nyaris punah termasuk sunnahnya melepaskan sandal/sepatu saat akan memasuki pekuburan, In syaa Allah akan meraih pahala yang agung, sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

"Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan (diikuti) oleh manusia lainnya, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun". [HR. Ibnu Majah 209, kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibn Majah 174, shahih karena adanya jalur pendukungnya]

Sekarang kami ingin tampilkan hadits masalah disunnahkannya melepaskan sandal/sepatu saat akan memasuki pekuburan dalam sub judul berikut.

Dalil Disyari'atkannya Melepas Alas Kaki Di Kuburan

Basyir bin Ma’bad -yang lebih dikenal dengan Basyir Ibnu Khashasiyah- radhiallahu ‘anhu mengisahkan:

بينما هوَ يمشي إذا حانَت منهُ نظرةٌ فإذا هو برجُلٍ يمشي بينَ القبورِ عليهِ نعلانِ فقالَ : يا صاحبَ السِّبتيَّتينِ ويحَكَ ألقِ سبتيَّتيكَ . فنظرَ فلمَّا عرفَ الرَّجلُ رسولَ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ خلعَ نعليهِ فرمى بِهِما

"Pada suatu waktu saya berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau melihat orang yang berjalan di area pemakaman dalam keadaan mengenakan sandalnya, maka (segera beliau menegurnya) dengan berkata: Wahai orang yang mengenakan sandal celaka engkau. Lepaskan sandalmu. Orang tersebut lantas menengok dan ketika ia tahu bahwa yang menegur adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia segerah mencopot sendalnya". [HR. Abu Dawud 3230, Nasa’i 2048, Ibnu Majah 1568, Ahmad 20.787 dan Bukhari dalam Aadabul Mufrad 775]

Derajat Hadits Tersebut

Menurut Imam Ahmad rahimahullah sebagaimana terdapat dalam Tanqiihu at Tahqiq [II:158] hadits ini bagus. Kata Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Tahdzib as Sunan [IX:49]: "jayyid/bagus". Kata Imam Nawawi rahimahullah dalam al Khulaashoh [II:1070] dan dalam al Majmu’ [V:312]: "hasan". Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Aadabul Mufrod [596]: "shahih". Kata Syaikh Muqbil rahimahullh dalam as Shahihul Musand [188]: "shahih".

Pendapat dan Penjelasan Para Ulam


Pertama, berkata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, Abu Dawud rahimahullah dalam al Masaa’il-nya mengisahkan:

رأيت أحمدَ إذا تبع الجنازة فقرُب من المقابر خلع نعليه

"Aku melihat Imam Ahmad rahimahullah jika mengantar jenazah lalu mulai mendekat area pekuburan, beliau melepaskan kedua sandalnya". (Al-Masaa’il, hal.158)

Kedua, Ibnul Qayyim rahimahullah beliau berkata:

وَمَنْ تَدَبَّرَ نَهْي النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْجُلُوس عَلَى الْقَبْر وَالِاتِّكَاء عَلَيْهِ وَالْوَطْء عَلَيْهِ عَلِمَ أَنَّ النَّهْي إِنَّمَا كَانَ احتراما لسكانها

"Barangsiapa yang memperhatikan larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkait masalah duduk, bersandar, dan menginjak kuburan, sungguh dia tahu bahwa larangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu adalah dalam rangka untuk memuliakan penghuninya (penghuni kubur)". (Catatan pinggir/Hasyiyah Ibnu Qoyyim rahimahullah atas Sunan Abu Dawud yang dicetak bersama ‘Aunul Ma’bud IX:37)

Ketiga, Ibnu Qudamah rahimahullah beliau berkata:

وَيَخْلَعُ النِّعَالَ إذَا دَخَلَ الْمَقَابِرَ ، وهَذَا مُسْتَحَبٌّ

"Dan menanggalkan alas kaki kala akan memasuki pekuburan, ini sesuatu yang disukai". (Al-Mughni II:224)

Keempat, Muhammad bin Al 'Azhim Al Abaladi rahimahullah, setelah mengetengahkan hadits larangan mengenakan alas kaki yang telah kami sebutkan di atas, maka beliau berkata:

وَفِي ذَلِكَ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ لَا يَجُوزُ الْمَشْيُ بَيْنَ الْقُبُورِ بِالنَّعْلَيْنِ

"Dalam hadits ini terkandung suatu dalil bahwasanya tidak diperbolehkan berjalan dengan mengenakan alas kaki di antara kuburan". (Aunul Ma’bud IX:37)

Kelima, Ulama Lajnah Da'imah (Kumpulan Ulama Besar Saudi Arabia):

يشرع لمن دخل المقبرة خلع نعليه ؛ لما روى بشير بن الخصاصية رضي الله عنه …قال أحمد : إسناد حديث بشير بن الخصاصية جيد أذهب إليه إلا من علة ، والعلة التي أشار إليها أحمد رحمه الله كالشوك والرمضاء ونحوهما ، فلا بأس بالمشي فيهما بين القبور لتوقي الأذى

"Disyariatkan bagi siapapun yang hendak memasuki area pemakaman untuk melepaskan alas kakinya. Hal ini yang diriwayatkan dari Basyir bin Al-Khashashiyah radhiallahu ‘anhu… (lantas mereka menyebut hadits yang telah kami cantumkan di atas -pent)… Imam Ahmad rahimahullah menyatakan bahwa sanad hadits Basyir ini jayyid (bagus) dan saya sepakat dengan hadits tersebut kecuali apabila ada alasan (yang mendesak). Alasan yang dimaksudkan Imam Ahmad rahimahullah tersebut adalah semisal duri, kerikil yang panas atau semacam keduanya. Maka jika itu terjadi, tak mengapa berjalan dengan kedua sandal di antara kuburan untuk menghindari bahaya itu". (Fatawa Lajnah Daa’imah IX:123-124)

Keenam, Syaikh Bin Baaz rahimahullah beliau berkata:

ولا يجوز أن يُمشَى بالنعال في المقبرة إلا عند الحاجة، مثل: وجود الشوك في المقبرة، أو الرمضاء الشديدة، أما إذا لم يكن هناك حاجة فينكر عليه، كما أنكر - صلى الله عليه وسلم - على صاحب السِّبتيَّتين، ويعلم الحكم الشرعي

"Dan tidak diperbolehkan untuk berjalan dengan mengenakan alas kaki di area makam kecuali dalam kondisi darurat, semisal banyaknya duri di kuburan atau terik panas matahari yang hebat, adapaun jika tidak ada kebutuhan darurat untuk melepas alas kaki, maka ini mesti diingkari sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingkari orang yang mengenakan alas kaki dan mestinya diajarkan di informasikan ilmu syari'at". (Majmu’ Fatawa bin Baaz XIII:355)

Ketujuh, Al-Utsaimin rahimahullah beliau berkata:

المشي بين القبور بالنعال خلاف السنة ، والأفضل للإنسان أن يخلع نعليه إذا مشى بين القبور إلا لحاجة ، إما أن يكون في المقبرة شوك ، أو شدة حرارة ، أو حصى يؤذي الرجل فلا بأس به ، أي يلبس الحذاء ويمشي به بين القبور

"Berjalan diantara kuburan sambil mengenakan alas kaki adalah tindakan menyelisihi sunnah. Yang utama bagi seseorang adalah melepas alas kakinya saat berjalan di antara pekuburan kecuali ada keperluan mendesak. Seperti, di area pekuburan tersebut banyak duri, panas yang amat sangat atau ada batu-batu yang bisa membahayakan, maka tidak mengapa baginya untuk mengenakan sandal/sepatu dan berjalan di antara pekuburan". (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 17/202)

Kedelapan, Syaikh Al Albani rahimahullah beliau berkata:

ولا يمشي بين قبور المسلمين في نعليه

"Dan tidak boleh berjalan diantara kuburan kaum muslimin dengan mengenakan alas kaki... Setelah itu Syaikh al Albani rahimahullah menjelaskan cukup panjang hal yang terkait dengan ini." (Ahkaamul Janaa’iz wa Bidaa’uha, hal.252)

Jika dikehendaki, insya Allah kami masih bisa menambahkan keterangan para ulama lainnya di samping yang telah kami sebutkan di atas. Namun sementara ini kamu merasa beberapa nukilan di atas cukup sebagai argumentasi yang mengokohkan penting masalah ini.

Kesimpulannya, sangat ditekankan melepas alas kaki saat akan memasuki pekuburan kaum muslimin, kecuali jika darurat seperti banyak duri dan sebagaiannya.

Semoga Allah Ta’ala mengarahkan kepada kita untuk menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang nyaris dilupakan atau diremehkan manuisa ini.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Melepas Alas Kaki Di Kuburan"