Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bolehkah Puasa Sunnah, Namun Masih Punya Hutang Puasa Ramadhan?






Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Ulama dalam masalah ini berbeda pendapat. Ada yang melarang mutlak puasa sunnah apapun sebelum dia membayar puasa ramadhannya jika dia saat ramadhan masih memiliki hutang puasa.

Sebagian Ulama -bahkan ini pendapat mayoritas Ulama- berpendapat boleh seorang berpuasa sunnah walau masih punya hutang ramadhan, selagi belum masuk bulan ramadhan selanjutnya.

Tetapi pendapat yang terkuat dan paling hati-hati adalah hendaknya orang yang masih berhutang puasa ramadhan sesegera mungkin melunasi hutang puasanya itu agar nanti bisa mengikuti puasa sunnah lainnya.

Ini agar keluar dari pendapat Ulama yang sebagiannya tidak sah orang puasa sunnah sebelum hutang puasa ramadhannya dibayar.

Berikut beberapa penjelasan dari para Shahabat dan para Ulama setelahnya tentang masalah ini.

1) Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لَهُ إِنَّ عَلَيَّ أَيَّامًا مِنْ رَمَضَان أَفَأَصُوم الْعَشْرَ تَطَوُّعًا؟ قَالَ: لَا اِبْدَأْ بِحَقِّ اللَّه ثُمَّ تَطَوَّعْ مَا شِئْت

"Sesungguhnya seorang lelaki bertanya kepadanya: “Sungguh saya masih punya hutang beberapa hari shaum ramadhan. Bolehkah saya shaum sunnah sembilan hari pertama Dzulhijjah?" Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menjawab: “Tidak boleh. Dahulukan dulu haq Allah (yang wajib), kemudian barulah puasa sunnah semaumu".(al Mushonnaf karya ‘Abdur Razaaq rahimahullah 7715, kata ‘Abdul Qadir al Junaid dalam Tabsyiirul Ikhwan: “Sanadnya Shahih.“)

2) Hammad rahimahullah berkata:

سَأَلْتُ إِبْرَاهِيمَ وَسَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ رَجُلٍ عَلَيْهِ أَيَّامٌ مِنْ رَمَضَانَ أَيَتَطَوَّعُ فِي الْعَشْرِ؟  قَالَا: يَبْدَأُ بِالْفَرِيضَةِ

"Aku pernah bertanya kepada Ibrahim dan Sa’id bin Jubair rahimahumallah tentang seorang yang masih memiliki hutang puasa ramadhan, maka apakah disunnahkan baginya untuk puasa sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, keduanya menjawab: Hendaklah dia mulai dengan mendahulukan membayar hutang puasa ramadhannya".(al Mushannaf karya ‘Abdur Razaaq 1173. Kata ‘Abdul Qadir al Junaid dalam Tabsyiirul Ikhwah: “Sanadnya Shahih“.)

Walau begitu Syaikh Al ‘Utsaimin dan banyak Ulama lainnya rahimahumullah yang berpendapat orang yang masih berhutang puasa ramadhan jika pun ingin mendahulukan puasa sunnah karena waktunya sempit, seperti puasa 6 hari syawal dan puasa 9 hari pertama Dzulhijjah atau sebagiannya, maka tetap sah walau kurang utama.

Alasannya, puasa ramadhan itu Allah memberikan keluasan bagi yang tadinya udzur untuk menggantinya kapanpun sebelum masuk ramadhan selanjutnya.

Dengan demikian, andaipun dia belum membayar puasa ramadhannya selagi belum mulai masuk ramadhan tahun selanjutnya, dan dia ingin puasa sunnah yang waktunya sangat terbatas seperti puasa 9 hari pertama Dzulhijjah, maka tak mengapa.

Walau sekali lagi para Ulama yang membolehkan itu tetap menekankan agar orang yang punya hutang puasa ramadhan sesegera dan sebisa mungkin melunasinya dulu.

Berkata Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah:

بالنسبة للصيام الفريضة والنافلة لا شك أنه من المشروع والمعقول أن يبدأ بالفريضة قبل النافلة ، لأن الفريضة دَيْنٌ واجب عليه ، والنافلة تطوع إن تيسرت وإلا فلا حرج ، وعلى هذا فنقول لمن عليه قضاء من رمضان: اقض ما عليك قبل أن تتطوع ،

“Berkaitan dengan puasa wajib dan puasa sunnah, tidak diragukan lagi *sesuai dengan syari’at dan akal agar memulainya dengan yang wajib sebelum yang sunnah. karena yang wajib merupakan hutang yang wajib dibayar, sedangkan yang sunnah sebagai anjuran saja jika memungkinkan dikerjakan, jika tidak maka tidak berdosa. Atas dasar itulah maka kami katakan bagi siapa saja yang masih mempunyai hutang puasa ramadhan: “Lunasilah hutang puasa ramadhan anda sebelum anda mengerjakan yang sunnah.

فإن تطوع قبل أن يقضي ما عليه فالصحيح أن صيامه التطوع صحيح مادام في الوقت سعة ، لأن قضاء رمضان يمتد إلى أن يكون بين الرجل وبين رمضان الثاني مقدار ما عليه ، فمادام الأمر موسعا فالنفل جائز

Apabila ia melaksanakan (puasa) yang sunnah terlebih dahulu sebelum dia mengqadha (membayar) hutang puasa ramadhannya, maka pendapat yang benar puasanya tetap sah selama waktu masih cukup luas. Karena rentang waktu untuk mengqadha ramadhan itu (boleh) berlanjut sampai sebelum tibanya masuk waktu ramadhan selanjutnya. Maka selama masanya masih leluasa, maka puasa sunnah tetap boleh.

كصلاة الفريضة مثلا إذا صلى الإنسان تطوعا قبل الفريضة مع سعة الوقت كان جائزا ، فمن صام يوم عرفة ، أو يوم عاشوراء وعليه قضاء من رمضان فصيامه صحيح ....

(Sebagai perbandingan -pent) shalat wajib misalnya, jika seseorang melaksanakan shalat sunnah sebelum shalat wajib dengan waktu yang masih leluasa, maka tentu boleh-boleh saja. Barangsiapa yang berpuasa Arafah atau puasa Asyura’ sedangkan dia masih punya hutang puasa ramadhan, maka puasanya tetap sah."

Catatan Penting
Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah mengecualikan masalah ini untuk puasa 6 hari syawal. Sebab puasa 6 hari syawal itu terkait bagi orang yang telah sempurna tanpa hutang puasa ramadhan, maka bagi yang masih punya hutang puasa ramadhan tak boleh puasa syawal sebelum membayar hutang puasa ramadhannya.

Berikut petikan perkataan beliau:

أما صيام ستة أيام من شوال فإنها مرتبطة برمضان ولا تكون إلا بعد قضائه ، فلو صامها قبل القضاء لم يحصل على أجرها ،

"Adapun puasa 6 hari di bulan syawal, karena berkaitan dengan ramadhan maka tidak bisa melaksanakan puasa 6 hari syawal tersebut sebelum dia membayar hutang puasa ramadhannya. Jika dia berpuasa (6 hari syawal) sebelum hutang puasa ramadhannya dibayar, maka dia tak akan memperoleh pahala (keutamaan puasa 6 hari syawal)."

لقول النبي صلىالله عليه وسلم: « من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال فكأنما صام الدهر » ومعلوم أن من عليه قضاء فإنه لا يعد صائما رمضان حتى يكمل القضاء ،

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang berpuasa ramadhan kemudian diikuti dengan 6 hari di bulan syawal, maka sama dengan berpuasa satu tahun”. Sebagaimana diketahui, bahwa bagi siapa saja yang mempunyai hutang puasa qadha’ dia tidak dianggap telah menyempurnakan puasa ramadhan sampai dia menyempurnakan puasanya ….“ (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin XX:438).

Tulisan ini banyak mengambil manfaat dari situs: https://islamqa.info/ar/41901

Kesimpulan

1) Bagi yang punya hutang ramadhan dan dia dari awal ada niat untuk melaksanakan puasa sunnah, maka hendaklah ia sesegera mungkin membayar puasa ramadhannya dulu sebelum ikut puasa sunnah sehingga bisa keluar dari khilaf para Ulama yang melarang puasa sunnah secara mutlak sebelum melunasi puasa ramadhan.

2) Kalaupun dia belum sempat membayar puasa ramadhannya, namun mengingat waktu puasa sunnah yang batasan waktunya sangat terbatas seperti 9 hari pertama Dzulhijjah ini, maka mayoritas Ulama membolehkannya dan menyatakan sah walau kurang utama.

3) Dikecualikan untuk puasa sunnah 6 hari syawal, maka tak bisa dilakukan kecuali kalau ia telah sempurna puasa ramadhannya, tanpa ada hutang puasa ramadhannya tersebut. Demikian menurut Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah.

Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp  : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage      : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Bolehkah Puasa Sunnah, Namun Masih Punya Hutang Puasa Ramadhan?"