Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Beribadah Dengan Niat Baik Saja Tidak Cukup

 





Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Wajib kamu telaah sampai tuntas agar kamu memahami cara membantah bid’ah dengan orang yang hanya beralasan, "Kan niatnya baik dan ikhlas". Ahlul bid'ah atau pelaku bid'ah biasanya beralasan dengan menganggap tidak apa-apa bid'ahnya, karena satu alasan utama, "Niatnya baik dan ikhlas".

Bantahan Atas Syubhat Yang Penting Niatnya Baik

Kamu pernah tidak, mungkin berdiskusi dengan orang yang masih demen bid’ah, misalnya diskusi masalah maulidan atau tahlilan setelah kematian. Ketika kita tuntut, adakah hal ini haditsnya atau sunnahnya, maka jawaban mereka, "Kan ini baik, yang penting kan niatnya baik dam ikhlas". Jika pernah, maka bagaimana cara kita menjelaskan kesesatan cara berfikir mereka semacam ini ?

Dalam Islam penentu diterimanya amalan bukan hanya karena niatnya baik, tetapi juga harus mengikuti contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radhilallahu ‘anhum. Barangsiapa amalannya sesuai dengan sunnah tetapi dia tidak ikhlas, maka ini akan sia-sia. Sebab ini bertentangan dengan konsep syahadat tauhid "Laa Ilaaha Illallaah" yang salah satu makna dan konsekuensi dari syahadat tauhid tersebut adalah tidak beribadah kecuali hanya dan semata-mata karena Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi: 110)

Ayat di atas jelas menunjukkan persyaratan terpenting diterimanya amal shalih adalah hanya semata-mata karena dan untuk Allah. Ini bagian dari konsekuesni syahadat tauhid "Laa Ilaaha Illallaah". Tapi tidak cukup di situ, syarat diterimanya amal ibadah lainnya yang tidak kalah penting adalah barangsiapa yang ibadahnya seikhlas apapun karena Allah dan dengan niat baik atau sebaik apapun, namun tidak mengikuti contoh dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka amalannya tertolak dan jadilah amalan itu amalan bid'ah yang di tolak Allah.

Ini sebagai konsekuensi dari makna tauhid Muhammad Rasulullah yang salah satu makna dan konsekuensi dari ucapan syahadat Rasul itu adalah tidak melakukan suatu ibadah apapun kecuali yang dicontohkan dan datang dari beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.

Hal ini sejalan apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan sendiri:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukan dari ajaran kami, maka dia tertolak". [HSR. Muslim no.1718]

Dalam redaksi lain disebutkan:

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak". [HSR. Bukhari no.20 dan Muslim no.1718]

Dengan dasar ini betapapun orang memandang amalan yang ia anggap sebagai bagian taqarrub/ibadah dan amat bagus, namun tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga tidak ada contoh dari para Shahabat radhiallahu 'anhum, maka dipastikan amalannya itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan dan kesesatan itu ujungnya di Neraka.

Sekarang tela’ah bab terpenting di bawah, dalil yang menunjukkan bahwa niat baik tidak akan merubah suatu bid'ah menjadi sunnah. Pendeta Nashrani Allah akui sebenarnya mereka sekelompok makhluk yang baik, yakni santun dan punya sifat kasih sayang. Allah berbicara tentang sifat umum pendeta Nashrani:

وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً

"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang". (QS. Al-Hadid: 27)

Mereka awalnya juga manusia yang bertauhid, sayangnya sedikit demi sedikit mereka menjadi sesat dan pada akhirnya menjadi kafir. Salah satu diantara penyebab sesatnya pendeta Nasharani adalah mereka membuat jenis ibadah baru dengan anggapan bahwa itu baik, padahal Allah tidak pernah memerintahkan hal itu. Itu adalah bid'ahnya para pendeta itu sendiri. Bid’ah mereka yang menjadikannya tersesat adalah bid'ah Rahbaniyyah.

Apa bid’ah Rahbaniyyah itu ? Yakni mereka sengaja tidak mau menikah dengan anggapan menikah itu cenderung dekat pada hawa nafsu dan memilih tinggal di gua-gua atau tempat tersembunyi dengan anggapan bisa menjauhi maksiat. Inilah bid'ah Rahbaniyyah  yang dikecam Allah pada ayat berikut:

وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ

"Dan mereka mengada-ngadakan Rahbaniyyah, padahal Kami tidak pernah mewajibkan pada mereka". (QS. Al-Hadid: 27)

Tahukah antum apa motivasi pendeta itu melakukan bid'ah Rahbaniyyah ? Lihat pada lanjutan ayat itu disebutkan sendiri oleh Allah:

إِلا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ

"Tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhoan Allah". (QS. Al-Hadid: 27)

Perhatikan ayat di atas ! Kesesatan mereka adalah akibat bid'ah yang Allah tidak pernah memerintahkan itu, tetapi mereka menganggapnya baik. Bahkan Allah sendiri mengatakan bahwa sebenarnya tujuan bid'ah mereka itu awalnya dilandasi niat baik, yakni mencari keridhoan Allah.

Apakah niatnya baik karena mencari keridhoan Allah, lalu Allah terima ? Tentu tidak. Karena amalan yang mereka lakukan walaupun niatnya baik, tetapi karena tidak ada perintah dari Allah, maka Allah tolak bahkan jadilah mereka kaum yang sesat. Ini ayat yang jelas yang menunjukkan bahwa semata-mata niat baik tidak akan merubah suatu bid'ah menjadi sunnah atau berpahala, sama sekali tidak.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/62895383230460

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Donasi Dakwah Manhaj Salaf
Nomor Rekening BANK BRI 6060 01 022137538 (Kode Bank 002)
Konfirmasi WA 089665842579



1 komentar untuk "Beribadah Dengan Niat Baik Saja Tidak Cukup"

Berkomentarlah dengan bijak