Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Pawang Hujan Dan Menyikapi Pemerintah Yang Mengundang pawang Hujan

 



Pertanyaan 1: Izin bertanya ustadz. Terkait pawang hujan viral itu yang bersangkutan beragama hindu. Meski kita sebagai umat muslim menilai apa yang bersangkutan lakukan itu memang syirik, seolah bisa mengendalikan sesuatu, termasuk hujan, yang dimana perkiraan cuaca hujan atau tidaknya itu yang bisa mengatur hanya Allah, kehendak Allah. Kadang orang lain juga berpendapat bahwa kita harus hargai apa yang mereka lakukan, meski kita tahu itu sebuah adat dan tradisi yang kental di negeri kita.

Menghargai bahwa ini suatu prosesi yang agama hindu lakukan, begitu. Sebagaimana kita mau shalat, agama lain memaklumi dan menghargai kita, ibarat toleransi gitu. Tapi ada yang bilang juga lalu gunanya apa perkataan dari Bhineka Tunggal Ika, kalau kita sebagai muslim saja menghormati atau menghargai kepercayaan agama lain. Bagaimana tanggapan ustadz?

Pertanyaan 2: Ustadz, izin bertanya. Ramainya pemberitaan tindakan syirik pawang hujan membuat banyak yang membahas hal tersebut. Ana yakin bahwa itu tindakan syirik, namun ada yang bertanya ke ana, 

1. Kalau memang jin itu bisa membantu kita "menolak" hujan, dimana sisi tidak bolehnya. Sedangkan dahulu Nabi Sulaiman juga minta bantuan pada bangsa jin untuk memindahkan singgasana ratu Balqis.  Ana menjawab bahwa Nabi Sulaiman pastinya memang diberi kelebihan dan ijin dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk bisa memiliki pasukan dari bangsa jin. Berbeda dengan pawang hujan yang ada saat ini. Namun sepertinya teman ana kurang puas dengan jawaban ana tersebut.
2. Apakah bedanya antara bangsa jin dan syaitan? 
3. Bagaimana bila ternyata yang mengundang dukun itu pemerintah sendiri? Ana mohon kesediaan ustadz untuk membantu ana yg masih fakir ilmu ini.  Jazaakallahu khayran.

Jawaban: Dalam agama selain Islam, perdukunan adalah penyimpangan. Bila pun ada agama yang melegalisasi perdukunan, maka biasanya tidak di demonstrasikan. Dan dalam Islam perdukunan lebih besar lagi hukumnya, ia sebab pembatal keislaman.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

حَدُّ السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ

"Hukum dukun (tukang sihir) adalah di penggal kepala dengan pedang". [HR. Tirmidzi no.1460]

Tukang sihir, peramal dan pawang hujan termasuk dalam keumuman dukun dan terkait pawang hujan yang mengaku bisa menggeser awan, menghentikan hujan dan menahan air, maka semua itu kedustaan terhadap Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّا عَةِ ۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَ رْحَا مِ ۗ 

"Sesungguhnya di sisi Allah lah ilmu (pengetahuan) tentang yang ghaib terkait kiamat, juga Dialah yang menurunkan hujan dan yang mengetahui yang ghaib dari kondisi rahim". (QS. Luqman: 34)

Dan mengundang pawang hujan hukumnya sama seperti mengundang dukun. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

"Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (Al-Qur'an)". [HR. Tirmidzi no.135]

Bhinneka tunggal Ika tidak boleh di maknai kita setuju dengan kemungkaran. Silahkan saja seseorang menjalankan agamanya dengan baik, tidak akan di ganggu oleh kaum muslimin, inilah toleransi.

Sementara bhinneka tunggal ika tidak bisa di maknai semua orang bisa melakukan semua hal buruk di depan umum dan perdukunan dan pawang hujan adalah kedustaan bagi kaum muslimin, kemudian di demonstrasikan dan menjadi teladan buruk yang bisa saja di ikuti oleh orang-orang awam ?? Dan juga bisa menjadi bahan pembicaraan di dunia internasional, bahwasanya di sebuah negara muslim terbesar di dunia, perdukunan di pertontonkan?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَمَا کَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰـكِنَّ الشَّيٰـطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّا سَ السِّحْرَ

"Dan bukanlah Sulaiman itu kafir, namun para setan itulah yang kafir, mereka itu mengajarkan sihir kepada manusia". (QS. Al-Baqarah: 102)

Hendaknya seorang yang sudah mengaji bisa membedakan antara mukjizat Allah kepada para Rasul-Nya dengan bantuan setan dan ilmu darinya. Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menundukkan setan dan jin kepada Sulaiman 'alaihi sallam, bukan karena Sulaiman sendiri. Dan itulah mukjizat beliau sebagai anugerah.

Sedangkan hari ini meminta bantuan jin dan setan adalah kekafiran, pintu murtad dan kedustaan. Semoga kita bisa membedakan antara Al Haq dan Al batil. Sebuah kedustaan seseorang mendapatkan bantuan dari setan, kemudian mengaku bahwasanya ilmunya untuk membantu manusia dan tidak ada imbas kepada dirinya, keluarga dan sekaligus keimanannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَّاَنَّهٗ كَا نَ رِجَا لٌ مِّنَ الْاِ نْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَا لٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَا دُوْهُمْ رَهَقًا ۙ 

"Dan bahwasanya ada beberapa orang yang berdoa meminta pertolongan kepada jin, maka hal itu malah menjadikan jin itu menambah kesesatan bagi mereka". (QS. Jin: 6)

Bacalah ayat ini, sehingga engkau memahami, bahwasanya meminta bantuan kepada jin adalah kekafiran dan pintu murtad dari Islam.

Dalam tafsir muyassar di katakan, permintaan dan permohonan kepada jin itu justru menambah kepada mereka ketakutan, kecemasan dan kegelisahan yang lebih besar lagi. Permohonan dan perlindungan yang biasanya di lakukan oleh orang-orang jahiliyah yang Allah mencela mereka karena hal itu adalah kesyirikan besar yang tidak di ampuni kecuali dengan taubat yang sungguh-sungguh.

Lalu bagaimana dengan sikap kita terhadap pemimpin, bila ternyata mereka sendiri yang mengundang para dukun itu?

Hendaknya kita bersikap sabar. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

يَكُونُ بَعْدِى أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَاىَ وَلاَ يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِى وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِى جُثْمَانِ إِنْسٍ. قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

"Sesungguhnya akan ada setelah ku, para pemimpin yang mereka memberikan petunjuk dengan petunjuk yang bukan petunjuk ku, yang menjalankan Sunnah dengan Sunnah yang bukan Sunnah ku, kemudian akan bangkit di antara mereka para pemimpin yang hati mereka seperti hati setan di dalam jasad manusia.

Shahabat berkata, bagaimana yang akan saya perbuat wahai Rasulullah bila aku menemui kondisi yang seperti itu? Beliau menjawab, hendaknya engkau tetap mendengar dan taat kepada pemimpin (yang seperti itu) meskipun harus menjadikan dirimu di pukul punggungnya oleh mereka dan hartamu di rampas oleh mereka, maka tetap mendengar dan taat". [HR. Muslim no.1847]

Inilah Imam Ahmad bin Hambal, Imam Ahlu Sunnah, bagaimana beliau menemui kondisi para pemimpin kaum muslimin yang memegang keyakinan kufur Mutazilah terkait kemakhlukan Al-Qur'an. Mereka mengikuti keyakinan Mutazilah karena syubhat dan beliau tetap memfatwakan taat dan mendengar. Maka kewajiban kita tidak mengikuti langkah pemimpin yang salah.

Kemudian wajib bagi para ulama yang memiliki akses kepada pemerintah untuk mendatangi dan menasehati mereka serta membongkar syubhat yang ada pada diri mereka. Dan kita tidak menjadikan syubhat sebagai dasar mengeluarkan diri dari ketaatan secara umum pada pemerintah.

Semoga Allah memberikan hidayah dan penjagaan kepada para pemegang urusan kaum muslimin dan hendaknya kita memahami bahaya besar keyakinan syirik terhadap dukun, peramal dan pawang hujan.

Oleh Ustadz Abu Abd Rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary 
_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Hukum Pawang Hujan Dan Menyikapi Pemerintah Yang Mengundang pawang Hujan"