Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Amalan Bid'ah Di Bulan Muharram






Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

1) Merayakan Tahun Baru Hijriyyah.

Tidak ada anjuran merayakan perayaan khusus menyambut tahun baru Hijriyyah, baik dalam bentuk pengajian akbar yang diniatkan untuk menyambut tahun baru Islam, apalagi berbentuk pawai, terlebih lagi diiringi musik. Semua ini termasuk bid’ah yang munkar dan tasyabbuh dengan perayaan tahun baru Nashoro walau dikemas dalam label acara Islami.

Berkata Syaikh Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:

ﺃﻳﻬﺎ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﺇﻧﻨﺎ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺎﻡ ﻧﺴﺘﻘﺒﻞ ﻋﺎﻣﺎ ﺟﺪﻳﺪا ﺇﺳﻼﻣﻴﺎ ﻫﺠﺮﻳﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻦ اﻟﺴﻨﺔ ﺃﻥ ﻧﺤﺪﺙ ﻋﻴﺪا ﻟﺪﺧﻮله ﺃﻭ ﻧﻌﺘﺎﺩ اﻟﺘﻬﺎﻧﻲ ﺑﺒﻠﻮﻏﻪ

"Wahai kaum muslimin, sungguh di hari-hari ini kita menyambut pergantian tahun baru Hijriyyah. Bukanlah termasuk sunnah (ajaran Nabi), kita mengadakan hari raya ketika memasuki tahun baru atau membiasakan mengucapkan selamat tahun baru". (Adh-Dhiya Al-Lami 9/702)

Berkata Syaikh khalid ‘Abdul Mun’im Rifa’i hafidzhahullah:

ينبغي للمسلم اجتناب تخصيص نهاية العام أو بداية العام الجديد بشيء من العبادات؛ فكل خير في اتباع من سلف

"Sepatutnya bagi setiap muslim untuk menjauhkan diri dari mengkhusukan akhir tahun atau awal tahun baru dengan ritual apapun. Karena kebaikan itu ada pada mengikuti Ulama terdahulu". https://ar.islamway.net/fatwa/17778/

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:

الاحتفال بليلة الإسراء والمعراج، وبليلة النصف من شعبان، والاحتفال بالهجرة النبوية، أو بفتح مكة أو بيوم بدر، كل ذلك من البدع، لأن هذه الأمور موجودة على عهد النبي صلى الله عليه وسلم، ولم يحتفل بها، ولو كانت قربة إلى الله لاحتفل بها عليه الصلاة والسلام، أو أمر بها الصحابة أو فعلها الصحابة بعده، فلما لم يكن شيء من هذا علمنا أنها بدعة وأنها غير مشروعة، وهذه الاحتفالات، لا يبرر فعلها أن فلانا وفلانا فعلها، أو فعلها البلد الفلاني كل ذلك لا يبرر، إنما الحجة ما قاله الله ورسوله، أو أجمع عليه سلف الأمة أو فعلها الخلفاء الراشدون، رضي الله عنهم


“Perayaan malam isra’ mi’raj, malam nisfu Sya’ban, perayaan tahun baru hijriyyah (peringatan hijrah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam), atau fathu Makkah dan perang Badar, semua itu termasuk bid’ah (mengada-ada dalam agama), karena perkara-perkara ini terjadi di masa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam namun beliau sendiri tidak merayakannya. 

Andaikan perayaan itu termasuk pendekatan diri kepada Allah ta’ala tentunya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah merayakannya, atau memerintahkan para sahabat untuk merayakannya atau para sahabat sendiri yang merayakannya sepeninggal beliau, maka tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat tidak merayakannya kita pun mengetahui bahwa itu adalah bid’ah atau tidak disyari’atkan.

Dan perayaan-perayaan ini tidaklah dibenarkan walau tokoh-tokoh tertentu melakukannya, atau negeri tertentu melakukannya, semua itu bukan dalil yang membolehkan, dalil itu hanyalah ucapan Allah dan Rasul-Nya, atau atau ijma’ Salaf umat ini atau amalan Al-Khulafa Ar-Rasyidin radhiyallahu’anhum". (Fatawa Nuur ‘alad Darbi, 3/101)

2) Doa Awal Dan Akhir Tahun.

Benarkah dianjurkan membaca doa khusus menyambut tahun baru Hijriyyah ?

Jawaban, tidak benar. Berkata Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid hafidzhahullah terkait doa khusus menyambut awal tahun Muharram dan melakukan perayaan Muharram:

لا يثبت في الشرع شيئ من ذكر أو دعاء لأول العام، وهو اول يوم أو ليلة من شهر محرم، وقد أحدث الناس فيه من الدعاء والذكر والذكريات وتبادل التهاني وصوم أول يوم من السنة وإحياء ليلة اول يوم من محرم بالصلاة والذكر والدعاء وصوم آخر يوم من السنة، الى غير ذلك مما لا دليل عليه

"Tidak ada dalam syari’at ini sedikit pun doa atau dzikir untuk awal tahun yaitu awal bulan Muharram. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa doa, dzikir, perayaan, saling berbagi ucapan selamat. Demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau doa, puasa akhir tahun, dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali". (Tashih ad-Dua hlm.107)

Beliau juga berkata:

لا يثبت في الشرع شيء من دعاء أو ذكر لآخر العام، وقد أحدث الناس فيه من الدعاء، ورتبوا ما لم يأذن به الشرع، فهو بدعة لا أصل لها.

"Tidak terdapat sedikitpun dalil dalam syariat yang menyebutkan tentang doa atau dzikir akhir tahun. Hanya saja banyak orang yang telah membuat-buat perkara baru dalam kegiatan membuat-buat doa, mereka susun kalimat-kalimat doa yang sama sekali tidak diizinkan dalam syariat. Maka, ini semua adalah bid’ah yang tidak memiliki sumber sama sekali". (Tashih ad-Dua hlm.108)

Syaikh ‘Abdullah At Tuwaijiriy berkata, “Sebagian orang membuat inovasi baru dalam ibadah dengan membuat-membuat doa awal tahun dan akhir tahun. Sehingga dari sini orang-orang awam ikut-ikutan mengikuti ritual tersebut di berbagai masjid, bahkan terdapat para imam pun mengikutinya. Padahal, doa awal dan akhir tahun tersebut tidak ada pendukung dalil sama sekali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga dari para sahabatnya, begitu pula dari para tabi’in. Tidak ada satu hadits pun yang mendukungnya dalam berbagai kitab musnad atau kitab hadits.” (Al Bida’ Al Hawliyah hal. 399)

Bagaimana dengan doa berikut, bukankah ini doa yang shahih ?

كانَ رسولُ اللهِ إذا رأى الهلالَ قالَ: اللهُ أكبرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيْمَانِ ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ ، وَالتَّوْفِيْقِ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

"Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat (awal) bulan Hijriyyah, maka beliau berdoa: "Allah Maha Besar, ya Allah, tampakkan hilal itu kepada kami dengan membawa keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan Islam, serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang Engkau cintai dan Engkau Ridhai. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah".

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Hibban no.888 dan lain-lian. Kata Al-Albani rahimahullah dalam Al-Kalim At-Thayyib 162: Shahih karena adanya jalur pendukungnya. Pernyataan hampir serupa juga dikatakan oleh Al-Arna’uth rahimahullah dalam Takhrijnya atas Shahih Ibni Hibban 888.

Tapi perlu diketahui sesuai dengan redaksi haditsnya. Hadits di atas menjelaskan apa yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiap melihat awal bulan Hijriyah, bukan khusus awal tahun baru islam atau awal khusus bulan Hijriyyah. Dengan demikian jika pun digunakan, maka doa di atas diucapkan setiap yang melihat masuknya awal bulan Hijriyyah (setiap tanggal 1 Hijriyyah bulan apapun).

Itupun bagi yang tidak melihat sendiri saat hilal tanggal 1 itu datang, maka ia pun tidak disunnahkan membacanya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Syaikh Dr. Said Al-Qahthoni dalam Syarh Hisnul Muslim hlm.262

3) Mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriyyah.

Berkata Syaikh Bin Baaz rahimahullah:

فالتهنئة بالعام الجديد لا نعلم لها أصلاً عن السلف الصالح، ولا أعلم شيئاً من السنة أو من الكتاب العزيز يدل على شرعيتها

"Ucapan selamat tahun baru, maka kami tidak mengetahui ada asalnya dari Salafush Shalih. Kami tidak mengetahui juga dalil dari As-Sunnah atau dari Al-Quran yang menunjukkan disyariatkannya. https://binbaz.org.sa/old/38549

Bagaimana jika kita mendapati ada orang yang memberikan ucapan selamat tahun baru Islam kepada kita via medsos atau lainnya ?

Syaikh Bin Baaz rahimahullah setelah menjelaskan bahwa tidak ada tuntunan dalam sunnah mengawali mengucapkan doa tahni’ah menyambut tahun baru Islam seperti yang telah ana tuliskan di atas, maka selanjutnya beliau berkata:

لكن من بدأك بذلك فلا بأس أن تقول وأنت كذلك إذا قال لك كل عام وأنت بخير أو في كل عام وأنت بخير فلا مانع أن تقول له وأنت كذلك نسأل الله لنا ولك كل خير أو ما أشبه ذلك أما البداءة فلا أعلم لها أصلاً.

"Hanya saja barangsiapa ada yang mengawali memberikan ucapan selamat, maka tidak mengapa membalasnya dengan berkata: "Wa anta kadzaalika" (dan bagimu juga seperti itu). Jika ia mengucapkan padamu: “Semoga hari-harimu dalam tahun ini penuh kebaikan", maka tidak mengapa Anda membalasnya dengan berkata: "Demikian pula bagimu, aku memohon kepada Allah bagiku dan bagimu agar segalanya berjalan baik", atau kalimat yang semakna dengan itu. Adapun mengawali, maka aku tidak pernah mengetahui sama sekali sumbernya". https://binbaz.org.sa/old/38549

Tentu saja dianjurkan pula bagi kita untuk nantinya memberikan penjelasan dengan cara yang lembut pada orang yang memberikan kita ucapan selamat tahun baru Hijriyyah itu, bahwa perbuatan tersebut adalah bid’ah. Ini bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, dan nasihat-menasihati dalam kebenaran dan taqwa.

4) Mengkhusukan Puasa Di Awal Tahun Baru Hijriyyah.

Mengkhususkan puasa 1 Muharram dengan dikaitkan keyakinan untuk menyambut tahun baru Islam, maka ini bid'ah.

Karena itulah Dr. Muhammad Ali Farkus hafidzhahullah mengatakan:

وجديرٌ بالتنبيه أنَّ شهرَ اللهِ المحرَّم يجوز الصيامُ فيه من غير تخصيص صوم يوم آخرِ العام بنية توديع السَّنَةِ الهجرية القمرية، ولا أول يوم من المحرم بنية افتتاح العام الجديد بالصيام

"Sebagai catatan yang harus diperhatikan bahwa selama bulan Muharram, dianjurkan memperbanyak puasa. Namun, tidak boleh mengkhususkan hari tertentu dengan puasa pada hari terakhir tutup tahun dalam rangka perpisahan dengan tahun Hijriyyah Qamariyyah sebelumnya atau puasa dihari pertama Muharram yang dilakukan dengan niat menyambut tahun baru dengan puasa khusus". https://ferkous.com/home/?q=fatwa-817

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Amalan Bid'ah Di Bulan Muharram"