Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Posisi Siku Saat Sujud Dalam Shalat Berjama'ah




Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Pertanyaan, kalau dalam shalat berjama'ah bagaimana? akan sulit kita terlalu melebarkan sisi siku kita saat sujud karena jelas akan menggangu dengan orang yang shalat dipinggir kita.

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka kita dapat mengkiaskannya dengan suatu pertanyaan yang pernah ditanya oleh seseorang kepada Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah, tentang posisi duduk tawarruk (yakni posisi duduk shalat seperti pada duduk tasyahud akhir dalam shalat maghrib atau ‘isya) yang dilakukan dalam masjid yang penuh sesak. Maka hal ini terkadang bisa mengganggu orang yang duduk tasyahud di sebelah kita.

Maka apakah dalam keadaan seperti ini ia tetap memaksakan duduk tawarruk meski akan menyakiti orang yang shalat disebelahnya, ataukah boleh jika dalam keadaan seperti itu terpaksa ia melakukan model duduk iftirasy (duduk seperti pada posisi tasyahud awal).

Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjawab:

فهنا اجتمع عندنا شيئان: فعل سنة.ودفع أذى عن المسلم.
فأيهما أولى: فعل السنة، أو دفع الأذى ؟
دفع الأذى؛ لأن أذية المؤمن ليست بالهينة، أذية المؤمن ولو بالقول فضلا عن الفعل الذي يحصل في الصلاة ويشوش عليه صلاته،
أذية المؤمن تكون بالقول أو بالفعل، يقول الله عز وجل فيها: (والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا) [الأحزاب: 58].
ويقول عليه الصلاة والسلام: (من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره).
وخرج مرة على أصحابه وهم في المسجد يصلون ويجهرون بالقراءة، فقال: (كلكم يناجي ربه، فلا يؤذين بعضكم بعضا في القراءة)،
أين هي الأذية ؟! الأذية أنك إذا جهرت شوشت على الذين هم حولك فآذيتهم…
فهذه القاعدة انتبه لها : ترك السنة لدفع الأذية خير من فعل السنة مع الأذية،
فهذا المتورك إذا كان بتوركه يؤذي جاره فلا يتورك، وإذا علم الله من نيته أنه لولا هذا لتورك فإن الله تعالى يثيبه؛
لأنه يكون كمن قال فيهم الرسول صلى الله عليه وسلم: (من مرض أو سافر كتب له ما كان يعمل صحيحا مقيما)

"Dalam masalah ini terkumpul dua hal, yakni: mengamalkan sunnah dan menghindarkan gangguan terhadap seorang muslim. Manakah yang lebih utama, mengamalkan sunnah atau menghindarkan gangguan terhadap seorang muslim?

Jawabannya, menghindarkan gangguan terhadap seorang muslim lebih utama (afdhol), karena menggangu seorang mukmin bukanlah perkara sepele. Menyakiti/mengganggu seorang mukmin walau hanya sekedar dengan lisan saja adalah perkara terlarang, lebih-lebih bila gangguan itu berupa perbuatan dan dilakukan saat shalat yang dapat menimbulkan was-was padanya (pada orang yang shalat disamping kita -pent)

Mengganggu seorang mukmin bisa berupa perkataan maupun perbuatan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

والذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبينا

“Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dan mukminah tanpa perbuatan yang mereka lakukan, sungguh ia sedang memikul kedustaan dan dosa yang nyata”. (QS. Al-Ahzab: 58)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya”. [Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari no.5672, Muslim no.47, Ahmad no.7571dan lain-lain -pent]

Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar dan melihat para Shahabatnya ridhwaanallahi 'alaihim shalat dengan mengeraskan bacaan shalatnya, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كلكم يناجي ربه، فلا يؤذين بعضكم بعضا في القراءة

“Setiap kalian sedang bermunajat dengan Rabb-Nya, maka janganlah bacaan shalat sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain”.

Hadits yang disebutkan Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah itu diriwayatkan oleh Abu Dawud no.1332, Hakim dalam Al Mustadrak no.1103, Nasa'i dalam Al Kubra no.8038 dan lain-lain. Ibnu 'Abdil Barr rahimahullah dalam At Tamhid XXIII:318 mengatakan: "صحيح". Syaikh bin Baaz rahimahullah dalam Majmu' Fatawanya XXIV:377 menyebut hadits ini: "ثابت" (mantap/kokoh). Kata Al Albani rahimahullah dalam Ash Shahihah no.1579 "shahih" -pent).

Dimana sisi bentuk gangguannya (dalam hadits ini -pent)? Bentuk gangguannya adalah saat engkau mengeraskan bacaan shalat hingga mengacaukan/mengganggu kekhusyu’an orang-orang yang shalat disekitarmu, sehingga engkau mengganggu mereka.

Disini terdapat kaidah yang patut diperhatikan, yakni:

ترك السنة لدفع الأذية خير من فعل السنة مع الأذية

"Meninggalkan sunnah demi menghindarkan gangguan (terhadap orang lain -pent) lebih baik dari mengamalkan sunnah namun menimbulkan gangguan/menyakiti”.

Apabila orang yang duduk tawarruk khawatir menimpakan gangguan kepada orang disebelahnya, janganlah ia duduk tawarruk. Allah Ta'ala telah mengetahui niatnya dan akan memberikan pahala kepadanya, karena seandainya tidak mengganggu, tentu ia akan duduk tawarruk. Kondisi yang demikian adalah sebagaimana disebutkan dalam perkataan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:

من مرض أو سافر كتب له ما كان يعمل صحيحا مقيما

“Barangsiapa yang sakit atau shafar (berpergian jauh), dituliskan baginya amalan yang biasa ia kerjakan pada saat sehat dan mukim” [HR. Bukhari no.2996, Ahmad no.19179, Ibnu Hibban no.2929, Baihaqi dalam Al Kubra no.6047 dan lain-lain -pent]

Selesai kutipan perkataan Al ‘Utsaimin rahimahullah, dari Liqo Bab Al Maftuh XXII: 24.

Walaupun yang ditanyakan dalam permasalahan ini adalah hukum menjauhkan kedua sisi tubuh saat sujud dalam shalat berjama'ah, sementara yang kami ambil adalah jawaban Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah berkaitan dengan masalah duduk tawarruk saat masjid penuh sesak, maka ini dapat diqiyaskan dengan kaidah umum yang disebut oleh Syaikh Al 'Utsaimin rahimahullah itu, yakni:

ترك السنة لدفع الأذية خير من فعل السنة مع الأذية

"Meninggalkan sunnah demi menghindarkan gangguan (terhadap orang lain -pent.) lebih baik dari mengamalkan sunnah namun menimbulkan gangguan/menyakiti”. Wallahu a'lam.

Kesimpulan, saat shalat sendirian, ujung siku tangan kita terbuka lebar, menjauh dari sisi tubuh. Dalam shalat berjama’ah tetap ini dilakukan, namun dengan memperhitungkan orang yang shalat disebelah kita, jangan sampai menganggunya, maka tinggal disesuaikan seperlunya.

Walhamdu lillaahi rabiil ‘aalamiin, wa shallalahu ‘alaa Muhammadin.

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage      : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Posisi Siku Saat Sujud Dalam Shalat Berjama'ah"