Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aqidah & Manhaj -Kaidah Yang Ke 54 (Selesai)



Ahlussunnah meyakini apa yang ditunjukan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa". (QS. Hud: 116)

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ . إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ

"Kalaulah Rabb-mu berkehendak, Allah akan jadikan mereka satu ummat (atau satu padu), namun mereka senantiasa berselisih kecuali yang dirahmati oleh Rabb-mu". (QS. Hud: 118-119)

Dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwasanya persatuan itu adalah rahmat sedangkan perpecahan itu adalah azab, dan Allah memerintahkan kita untuk *bersatu-padu di atas kebenaran.

Allah Ta'ala juga berfirman:

وَمِن قَوْمِ مُوسَىٰٓ أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِۦ يَعْدِلُونَ

"Diantara kaum Nabi Musa ada sebuah kelompok yang memberikan hidayah dengan kebenaran dan merekapun bersikap adil padanya". (QS. Al-A’raf: 159)

Allah Ta'ala juga berfirman:

وَمِمَّنْ خَلَقْنَا أُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ وَبِهٖ يَعْدِلُوْنَ

"Diantara manusia yang kami ciptakan ada suatu ummat yang memberikan hidayah dengan kebenaran dan *dengan kebenaran itu mereka bersikap adil". (QS. Al-A’raf: 181)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ummat Islam akan berpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya di Neraka kecuali satu. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan siapa mereka, yaitu "Orang-orang yang mengikuti aku dan para Shahabatku di hari ini" Artinya, siapa yang seperti aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan para Shahabatku di hari ini maka dialah yang selamat.

Berarti keselamatan itu adalah dengan cara mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Apabila kebahagiaan dunia dan akhirat dengan cara mengikuti para Rasul berarti orang yang paling berhak terhadap para Rasul adalah yang paling tahu tentang atsar-atsar, jejak-jejak para Rasul dan yang paling mengikuti mereka, maka orang-orang yang berilmu yang senantiasa mengikuti jejak kaki para Rasul, merekalah orang-orang yang diberikan oleh Allah kebahagiaan di setiap zaman dan tempat merekalah “Thaifah Najiyah” (kelompok yang selamat), merekalah Ahlussunnah wal Hadits dari ummat Islam ini".

Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga berkata (dalam Majmu Fatawa di jilid 4 halaman 26), "Ahli Hadits dan Ahlussunnah adalah orang yang paling tahu tentang sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keadaan-keadaannya, mereka paling bisa membedakan shahih dan dha’if. Imam-imam mereka adalah orang-orang yang faqih, yang betul-betul memahami Al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan betul-betul mengikutinya.

Dengan pembenaran, dengan amalan, dengan kecintaan, loyalitas dan permusuhan semuanya karena iman diatasnya. Yang mereka membantah pendapat-pendapat yang bathil dan mengembalikan dalil-dalil yang bersifat global kepada Al-Qur’an dan hikmah, sehingga mereka tidak pernah menegakkan suatu ucapan siapapun sebagai pokok-pokok agama mereka apabila ternyata tidak sesuai dengan atau tidak “tsabit” dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam"

"Bahkan mereka hanya menjadikan apa yang di bawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa Al-Qur’an dan Hadits sebagai pokok yang menjadi sandaran mereka". (Majmu Fatawa jilid 4 halaman 347)

Beliau juga berkata: "Oleh karena itulah orang-orang Mu’tazilah, Murji’ah dan yang lainnya dari kalangan Ahli Bid’ah menafsirkan Al-Qur’an dengan ra’yu, ra’yu dengan akal mereka sendiri. Oleh karena itu kamu dapati mereka tidak menjadikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atsar Shahabat dan tabi’in sebagai pegangan mereka. Mereka tidak bersandar kepada sunnah, tidak pula kepada ijma’ Salafush Shalih dan atsar mereka, akan tetapi sandaran mereka adalah akal, dan bahasa arab yang mereka takwil-takwil. Sandaran mereka juga adalah hawa nafsu, sehingga pada waktu itu mereka menjadi orang-orang yang tersesat jalannya".

Wallahu A’lam

Dari buku yang berjudul “Al Ishbaah Fii Bayani Manhajis Salaf Tarbiyati wal Ishlah“, tentang Manhaj Salaf Dalam Masalah Tarbiyah dan Perbaikan, ditulis oleh Syaikh Al Ubailaan hafidzhahullah

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc. hafidzhahullah

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
🎥 Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
📱 Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
📧 Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
🇫 Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Aqidah & Manhaj -Kaidah Yang Ke 54 (Selesai)"