Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aqiqah Ketika Sudah Dewasa




Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Bolehkah orang yang saat kecilnya belum diaqiqahi lantas mengaqiqahi dirinya sendiri setelah dewasa ?

Permasalahan ini termasuk diperselisihkan para Ulama. Berikut dalil yang terkait masalah ini:

Anas radhiallahu 'anhu menceritakan:

أنَّ النَّبِيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ عقَّ عن نفسِهِ بعدمَا بُعِثَ نبيًّا.

"Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaqiqah dirinya sendiri setelah diutus menjadi seorang Nabi (setelah dewasa -pent)". [HR. Baihaqi 10056, At Thabrani dalam Al Ausath 994, dan lainnya]

Derajat Hadits


Ulama berbeda pendapat dalam menilai derajat hadits tersebut. Ada yang menshahihkannya, ada pula yang melemahkannya. Dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama عبدالرزاق فيه عبدالله بن محرر الجزري (Abdullah bin Al-Muharrar Al-Jaziiri), beliau ini telah dinyatakan oleh semua Ulama sebagai rawi yang tidak dapat diterima. Karenanya kebanyakan Ulama telah melemahkan hadits di atas dengan sebab rawi Abdullah bin Al-Muharrar tersebut.

Diantara yang melemahkan hadits itu adalah Ibnu Abdil Barr salam al Istidzkar XV:376, Imam Nawawi dalam Al-Majmu VIII:431-432, Adz Dzahabi dalam Miizanul I’tidal II:500, dan lainnya rahimahumullah ‘alaihim. Tetapi Syaikh Al Albani rahimahullah telah menghasankan hadits ini dikarenakan adanya jalur penguatnya, Beliau telah mengulas hadits ini panjang lebar dalam Silsilah As Shahihah-nya no.2726. Intinya berdasarkan penelitian Syaikh Al Albani rahimahullah hadits dari Anas radhiallahu 'anhu ini memiliki dua jalur periwayatan.

Syaikh Al Albani rahimahullah lalu menyatakan bahwa jalur kedua yakni dari Al-Haitsam bin Jamil, hadits tersebut adalah hadits hasan yang Imam Bukhari rahimahullah pun berhujjah dengan seluruh rawi yang ada pada jalur tersebut selain Al-Haitsam bin Jamil itu sendiri.

Al-Haitsam bin Jamil itu walau Imam Bukhari rahimahullah tidak memasukkan dalam daftar perawi dalam Kitab Shahihnya, namun beliau tsiqah haafizh (terpercaya lagi penghafal hadits) yang merupakan gurunya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Bagi yang ingin melihat ulasan panjang lebar penghasanan hadits tersebut dengan sangat rinci, silakan merujuk kepada Kitab beliau yang telah ana sebutkan itu.

Syaikh Salim Al-Hilali hafidzhahullah juga menshahihkannya dalam tahqiqnya atas Kitab Tuhfatul Maulud karya Ibnul Qayyim rahimahullah hal.144-146. Hal ini diperkuat dengan pendapat sebagian Salaf yang membolehkan hal ini.

Pendapat Sebagian Salaf Yang Membolehkan


1) Ibnu Sirin rahimahullah Ulama besar zaman tabi’in yang wafat tahun 110 H. Pakar hukum dan ahli ta’wil mimpi ternama. Seluruh Ulama memujinya sebagai imam kaum muslimin yang shaleh. Beliau pernah berkata:

لو أعلم أنه لم يعق عني لعققت عن نفسي.

"Kalaulah saja diriku tahu bahwa aku (saat bayi) belum diaqiqahi, maka aku akan mengaqiqahi diriku sendiri (setelah dewasa)". [HR. Ibnu Abi Syaibah VIII:235-236. Kata Al Albani rahimahullah: Shahih]

2) Hasan Al-Bashri rahimahullah Ulama tabi’in yang sangat mumpuni dan sangat terkenal yang wafat tahun 110 H. Beliau pernah berkata:

إذا لم يعق عنك ، فعق عن نفسك وإن كنت رجلاً.

"Bila kamu belum diaqiqahi (saat kecil), maka aqiqahi dirimu sendiri meski kau telah dewasa". [HR. Ibnu Hazm rahimahullah dalam Al Muhalla VIII:322. Kata Al Albani rahimahullah sanadnya hasan]

Sementara itu disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah:

ونقل عن الإمام أحمد أنه استحسن إن لم يعق عن الإنسان صغيراً أن يعق عن نفسه كبيراً وقال  إن فعله إنسان لم أكرهه.

"Dinukilkan dari Imam Ahmad rahimahullah bahwasanya beliau memandang baik seseorang dimasa kecilnya, lantas ia mengaqiqahkan atas dirinya ketika dirinya sudah besar, beliau juga berkata: "Jika dilakukan oleh seseorang, maka aku tidak membencinya". (Lihat kitab Tuhfat Al Mawdud Bi Ahkam Al Mawlud hal. 69)

Syaikh bin Baz rahimahullah setelah menyebutkan perbedaan pendapat Ulama dalam bab ini, maka pada akhirnya Syaikh bin Baz rahimahullah berkata:

والقول الأول أظهر ، وهو أنه يستحب أن يعق عن نفسه ، لأن العقيقة سنة مؤكدة ، وقد تركها والده فشرع له أن يقوم بها إذا استطاع.

"Dan pendapat yang pertama lebih jelas, yaitu dianjurkan ia mengaqiqahi dirinya, karena aqiqah adalah sunnah muakkadah, sementara orangtuanya telah meninggalkannya, maka disyariatkan bagiannya melakukan aqiqah (setelah dewasa) jika dia sanggup melakukannya". (Majmu’ Fatawa Syaikh bin Baz rahimahullah XVI:266)

Kesimpulannya, bagi yang saat kecilnya belum diaqiqahi, lantas setelah dewasa ingin mengaqiqahi dirinya, maka boleh jika dia mampu.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Aqiqah Ketika Sudah Dewasa"