Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yang Tertinggal Dari Penuntut Ilmu






Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud al Atsary hafidzhahullah

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمينا حقه

"Bukan dari golongan ummatku seorang yang tidak menghormati orang-orang tua dikalangan kami, dan tidak menyayangi anak-anak kecil diantara kami, dan juga seorang yang tidak mengetahui hak-hak dari Ulama-Ulama diantara kami". [HR. Ahmad, Thabarani, lihat Shahihul Jami' 2:5444].

Dilafadz lain:

ليس من من لم يرحم صغيرنا و يعرف شرف كبيرنا.

"Bukan dari golongan kami seorang yang tidak menyayangi anak-anak kecil diantara kami, dan tidak menghormati keutamaan orang-orang tua diantara kami". [HR. Abu Dawud, Tirmidzi].

Ketika Syaikh Abdurrahman bin Nasir bin Abdillah as Sady rahimahullah menjelaskan QS. Al-Mujadilah: 11 beliau menutup dengan ungkapan:

و في هذه الآية فضيلة العلم ، و أن زينته و ثمرته التأدب بآدابه و العمل بمقتضاه.

"Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu, dan keindahan serta buah dari ilmu adalah dengan memiliki adab dengan adab-adab ilmu serta menunaikan tuntutan-tuntutannya". (Lihat tafsir karimir rahman fi tafsir kalami manan QS. Al-Mujadilah: 11).

Yang hilang dari penuntut ilmu hari ini adalah sedikitnya penghormatan pada ilmu dan pembawaannya. Hal itu terlihat dari tiga sisi:

1) Mereka tidak wara' ketika mengambil ilmu, yakni bermudah-mudah dalam mengambil ilmu.

Padahal Imam Ibnu Jamaah mengingatkan: "Seorang pencari ilmu harus cermat dan memohon pilihan yang baik kepada Allah, tentang sosok yang diambil ilmunya. Hendaknya ilmu diambil dari orang mumpuni ilmunya, terbukti kasih sayangnya, terlihat kehati-hatianya (dalam fatwa), dikenal kehormatannya, dan dikenal penjagaan dirinya". Beliau melanjutkan: "Jika engkau melihat pada salaf dan khalaf (orang kemudian), engkau tidak akan menjumpai manfaat yang didapat, atau keberhasilan yang dicapai penuntut ilmu, kecuali berasal dari guru yang bertaqwa, sangat kuat dalam petunjuk, dan memiliki kasih sayang dan ketulusan pada murid-muridnya". (Pasal 2 bab 1 kitab Tadzkiratu Sami Wa Mutakalim).

2) Merendahkan ilmu dari metodologi pengambilan.

Sebagian orang meninggalkan metode talaqi (belajar di depan guru) dan mencukupkan diri dengan kitab-kitab, atau bila dizaman ini dengan media-media yang ada, terutama internet, padahal mereka tidak mengetahui bahwa internet adalah belantara yang luas yang bisa membahayakan bila tidak berhati-hati.

Ibnu Jamaah menasehatkan: "Berusahalah dengan upaya keras mencari seorang guru yang berilmu tentang syariat ini, yang ia belajar pada Ulama dizamannya, dan guru itu (atau penuntut ilmu) bukan orang yang mengambil langsung dari kitab-kitab, dan ia tidak diketahui belajar pada Ulama".

Dikatakan oleh Ulama Salaf: "Termasuk bencana yang paling besar adalah munculnya Syaikh yang lahir dari lembaran-lembaran kertas". (Dinukil dari Al Khatib dalam Al Faqih Wal Mutafaqqih 2:97. Tadzkiratu Sami hal. 109).

Yakni seorang yang menuntut ilmu dari hanya lembaran-lembaran kertas atau otodidak dari media-media yang ada, kemudian disimpulkan sendiri.

3) Hilangnya penghormatan murid pada guru, baik secara makna dan simbolisasi.

Hari ini, banyak kita temui kecerdasan yang tidak membawa keberkahan, dan ilmu yang tidak membawa manfaat bagi pemiliknya, disebabkan sebagian besar orang, melupakan adab-adab terhadap guru dan pembawa ilmu.

Berkata Syaikh Ali Hasan al Halaby: "Ketika seorang pencari ilmu belum memposisikan diri di depan guru, seakan tanah subur yang siap menerima air hujan yang melimpah dan menyerapnya, maka ia belum bisa dikatakan mengambil manfaat darinya". (Beliau menukil dari kitab Az Zubaidy berjudul Ithaf As Saadah 315).

Inilah Abdullah bin Abbas, bersamaan dengan kemuliaannya, ketinggian nasabnya, dan derajatnya, ia suatu hari menuntun kendaran (kuda) Zaid bin Tsabit (yang saat itu menaikinya) lalu berkata kepada beliau: "Seperti ini kami diperintahkan untuk bersikap terhadap Ulama-Ulama kami".

Imam Ahmad berkata pada Khalaf Al Ahmar: "Kami dididik untuk merendahkan diri dihadapan siapa saja yang kami mengambil ilmu darinya".

Berkata Imam Ghazali: "Ilmu tidak akan diraih kecuali dengan rasa tawadhu dan mencurahkan pendengaran pada sumber ilmu (guru)".

As-Syu'bah berkata: "Termasuk adab ini (dalam menuntut ilmu) adalah mengagungkan (menghormati) guru ketika bersamanya, membelanya ketika tidak bersamanya, dan marah (bila diperlukan) untuk membela (kehormatan) gurunya, bila tidak sanggup melakukan, ia meninggalkan majelis (yang disitu gurunya direndahkan)". (Hilyatu Aulia 7:148).

Namun hari ini apa yang terjadi? Sebagian penuntut ilmu menanggalkan penghormatan pada guru, sehingga tampak ketidakberkahan ilmu-ilmu mereka. Mereka memposisikan diri sebagai juru debat, bahkan mengadu (domba) antar guru, dan mengeraskan suara di atas suara guru, dan tidak sedikitpun menjaga wibawa orang-orang yang membawa ilmu pada mereka. Hasilnya hari ini kita melihat, begitu banyak orang belajar, namun manfaat apa yang tersisa dari ilmu yang mereka dapatkan?

Nasalullaha salama wal afiyah.

🔰 Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp: 089665842579
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
🇫 Fanspage: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Yang Tertinggal Dari Penuntut Ilmu "