Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 9)







Makna Ar-Rahmaanu ‘Alal ‘Arsyistawaa


Banyak sekali ayat dan hadits serta ucapan Ulama Salaf yang menegaskan bahwa Allah berada dan bersemayam di atas.

1. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْـكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهٗ.

“Kepada-Nyalah perkataan-perkataan yang baik naik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya.” (QS. Fatir: 10)

2. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ذِى الْمَعَارِجِ تَعْرُجُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَ الرُّوْحُ اِلَيْهِ.

“Yang memiliki tempat-tempat naik. Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan.” (QS. Al-Ma’arij: 3-4)

3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَى.

“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi.” (QS. Al-A’la: 1)

4. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى.

“(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5)

5. Dalam Kitab Tauhid, Imam Al-Bukhari menukil dari Abu Aliyah dan Mujahis tentang tafsir istawa, yaitu ‘Ala Wartafa’a (berada di atas).

6. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah pada hari Arafah, saat Haji Wada’, dan bersabda:

أَلاَ هَل بَلِغْتُ؟ قَالُوْا نَعَمْ، يَرْفَعُ أَصْبَعَهُ إِلىَ السَّمَاءِ وَيُنَكِّبُهَا إِلَيْهِمْ وَيَقَوُلُ: اَللَّهُمَّ اشْهَدْ.

“Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan?” Mereka menjawab, “Ya, benar.” Lalu beliau mengangkat (menunjuk) dengan jari-jarinya ke atas, selanjutnya beliau mengarahkan jari-jarinya ke arah manusia seraya bersabda, “Ya Allah, saksikanlah.”[HR. Muslim]

7. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ إِنَّ رَحْمَتِيْ سَبَقَتْ غَضَبِيْ فَهُوَ مَكْتُوْبٌ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ.

“Sesungguhnya Allah telah menulis suatu kitab (tulisan) sebelum Ia mencipatakan para makhluk (berupa), sesungguhnya rahmat-Ku mendahului murka-Ku, tertulis di sisi-Nya di atas ‘Arsy.” [HR. Al-Bukhari]

8. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَّ تَأْمَنُوْنِيْ وَأَنَا أَمِيْنُ مَنْ فِي السَّمَاءِ؟ يَأْتِيْنِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءَ.

“Apakah engkau tidak percaya kepadaku, padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di langit? Setiap pagi dan sore hari datang kepadaku kabar dari langit.” [Muttafaqun ‘Alaih]

9. Al-Auza’i rahimahullah berkata: “Kami bersama banyak tabi’in berkata, Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya (berada) di atas ‘Arsy, dan kami beriman pada sifat-sifat-Nya sebagaimana yang terdapat dalam sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.” [HR. Al-Baihaqi dengan sanad shahih]

10. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:  “Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, di atas langit. Ia mendekati makhluk-Nya sekehendak-Nya dan Allah turun ke langit dunia dengan sekehendak-Nya.” (Dikeluarkan oleh Al-Hakawi di dalam kitab Aqidah Asy-Syafi’i)

11. Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata: “Barangsiapa mengatakan Aku tidak mengetahui apakah Tuhanku berada di langit atau bumi? maka dia telah kafir.” Sebab Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى.

“(Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah, Yang tinggi di atas 'Arsy.” (QS. Thaha: 5)

‘Arsy Allah berada di atas tujuh langit. Jika seseorang berkata bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy, tetapi ia berkata: “Aku tidak tahu apakah ‘Arsy itu berada di atas langit atau di bumi?” Maka dia telah kafir. Sebab dia mengingkari bahwa ‘Arsy berada di atas langit. Barangsiapa mengingkari bahwa ‘Arsy berada di atas langit maka dia telah kafir, karena sesungguhnya Allah adalah paling tinggi di atas segala sesuatu yang tinggi. Dia dimohon dari tempat yang tertinggi, bukan dari tempat yang paling bawah. (Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah, halaman. 223)

12. Imam Malik rahimahullah ditanya tentang cara istiwa’ (tingginya Allah) di atas ‘Arsy-Nya, ia lalu menjawab: “Istiwa’ itu perkara yang telah diketahui, sedang cara (penggambarannya bagaimana cara Allah beristawa’) tidak diketahui oleh akal, beriman dengannya adalah wajib, dan pertanyaan tentangnya adalah bid’ah (maksudnya, tentang penggambarannya). Usirlah tukang bid’ah ini.”

13. Tidak boleh menafsirkan istiwa (bersemayam di atas) dengan istawla (menguasai), karena keterangan seperti itu tidak didapatkan dalam riwayat orang-orang Salaf. Metode orang-orang Salaf adalah lebih selamat, lebih ilmiah dan lebih bijaksana.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang Yahudi agar mengatakan hiththatun (bebaskanlah kami dari dosa), tetapi mereka mengatakan hinthatun (biji gandum) dengan niat membelokkan dan menyelewengkannya. Dan Allah memberitakan kepada kita bahwa Dia ‘Alal ‘Arsy istawa (tinggi di atas ‘Arsy), tetapi para tukang takwil mengatakan istawlaa (menguasai). Perhatikanlah, betapa persis penambahan “lam” yang mereka lakukan istawa menjadi istawla dengan penambahan "nun" yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi “hiththatun” menjadi “hinthatun.” (Nukilan Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)

Di samping pentakwilan mereka dengan “istawla” merupakan pembelokan dan penyimpangan, pentakwilan itu juga memberikan asumsi (anggapan) bahwa Allah menguasai ‘Arsy dari orang yang menentang dan ingin merebutnya. Juga memberi asumsi bahwa ‘Arsy itu semula bukan milik-Nya, lalu Allah menguasai dan merebutnya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka takwilkan.

Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.

Sumber: Kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa Ath-Tha’ifah al-Manshurah (Jalan Golongan Yang Selamat) Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp  : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage      : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 9)"