Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepada Para Pengemban Dakwah Sunnah



Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud al Atsary hafidzhahullah

Hari-hari ini, kesesatan telah menampakkan taring di depan kebenaran. Di mana mereka dengan sengaja, menyimpangkan sebagian besar manusia pada kekafiran, kesyirikan, bid'ah, dan penyimpangan.

Ide-ide baru tentang segala penyimpangan dan perlawanan pada agama Allah dan Rasul-Nya ditegakkan benderanya, dan dipersiapkan pasukan dan pirantinya. Semakin jelas, siapa pengusung Al Haq dan Al Bathil.

Sebagai golongan yang sedikit di akhir zaman, tentu para pengusung dakwah kadang mengalami futur dan kelelahan. Namun sebenarnya sama, kita dengan mereka sama-sama lelah, sama-sama mengeluarkan keringat, tenaga, dan dunia. Hanya saja semakin hari terlihat jumlah mereka semakin banyak. Sehingga pengusung kebenaran semakin asing dan kadang bayangan besar musuh Islam dan sunnah itu besar dihadapannya.

Sebelum kita lanjutkan pembahasan, silahkan renungkan ayat-ayat dari surah Ali Imran di bawah ini.

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ  ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِهِ الرُّسُلُ​ؕ اَفَا۟ـئِنْ مَّاتَ اَوۡ قُتِلَ انْقَلَبۡتُمۡ عَلٰٓى اَعۡقَابِكُمۡ​ؕ وَمَنۡ يَّنۡقَلِبۡ عَلٰى عَقِبَيۡهِ فَلَنۡ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيۡـئًا​ ؕ وَسَيَجۡزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيۡن.َ‏ 

وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ اَنۡ تَمُوۡتَ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِ كِتٰبًا مُّؤَجَّلًا ؕ وَ مَنۡ يُّرِدۡ ثَوَابَ الدُّنۡيَا نُؤۡتِهٖ مِنۡهَا ​ۚ وَمَنۡ يُّرِدۡ ثَوَابَ الۡاٰخِرَةِ نُؤۡتِهٖ مِنۡهَا ​ؕ وَسَنَجۡزِى الشّٰكِرِيۡن.

وَكَاَيِّنۡ مِّنۡ نَّبِىٍّ قٰتَلَ ۙ مَعَهٗ رِبِّيُّوۡنَ كَثِيۡرٌ ۚ فَمَا وَهَنُوۡا لِمَاۤ اَصَابَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوۡا وَمَا اسۡتَكَانُوۡا ​ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيۡنَ‏.

وَمَا كَانَ قَوۡلَهُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡا رَبَّنَا اغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَاِسۡرَافَنَا فِىۡۤ اَمۡرِنَا وَ ثَبِّتۡ اَقۡدَامَنَا وَانۡصُرۡنَا عَلَى الۡقَوۡمِ الۡكٰفِرِيۡن.َ‏

فَاٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ ثَوَابَ الدُّنۡيَا وَحُسۡنَ ثَوَابِ الۡاٰخِرَةِ​ ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡن.
َ‏
"Dan Muhammad itu hanyalah seorang Rasul, telah berlalu Rasul-Rasul sebelumnya, apakah bila ia mati atau terbunuh, kalian akan mundur ke belakang, barangsiapa mundur ke belakang maka ia tidak memudharatkan Allah sedikitpun, dan Allah akan membalas hamba-hamba yang bersyukur.

Dan tidaklah satu jiwa mati kecuali dengan kehendak Allah, sebagai ketetapan yang telah ditetapkan sebelumnya, barangsiapa menghendaki kehidupan dunia Kami berikan padanya, dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat juga akan Kami berikan padanya, dan Kami akan membalas hamba-hamba yang bersyukur.

Dan berapa banyaknya para Nabi yang ia berjuang bersama sebagian besar pengikutnya, maka mereka tidak menjadi lemah dengan apa yang menimpa mereka dari musibah di jalan Allah, tidak pula menjadi lemah dan tidak pula menyerah, dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.

Tidak ada ucapan yang mereka ucapkan kecuali, ya Rabb kami, ampunilah kesalahan-kesalahan (dosa) kami dan berlebihannya sikap kami dalam urusan kami, dan kokohkan pijakan kaki kami, dan tolonglah kami atas orang-orang kafir.

Maka Allah memberikan kepada mereka ganjaran balasan dunia dan kebaikan balasan akhirat, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan". (QS. Ali Imran: 144 -147).

Inilah jalan dakwah para Rasul sejak Nuh 'alaihis salam sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahwa jalan dakwah adalan jalan terjal, penuh tantangan dan juga perjuangan. Berbeda dengan jalan dan manhaj orang awam, yang tidak tau menahu tentang agamanya, akan kemana dan bagaimana, atau orang-orang yang membawa penyimpangan, yang ingin membawa sebagian besar pengikutnya pada kesesatan.

Yang jalan mereka landai, santai, penuh dukungan bagi pihak yang berkepentingan, bahkan bertabur dunia dan riuh dukungan. Maka jalan dakwah ini adalah jalan yang terjal, penuh tantangan, dituntut untuk menceburkan diri secara totalitas, mengorbankan waktu, tenaga, dan fikiran, di sana kalian wahai pengemban dakwah dituntut menghidupkan dakwah, bukan mencari hidup dengan atas nama dakwah.

Ditambah lagi halangan lain, dari pihak-pihak yang kepentingannya terhalangi oleh dakwahmu, takut akan kehilangan pengikutnya atau dunianya. Gangguan fisik dan juga hinaan dan caci maki akan segera menghampirimu, tatkala engkau menerangkan pada manusia akan tujuan dari seruanmu, dan niat yang terpendam di hatimu, yang ingin mengembalikan manusia pada jalan Allah dan Rasul-Nya.

Dan mungkin juga, kesukaran itu muncul, ketika tidak ada yang mendukung atas dakwahmu, atau sedikitnya orang yang membantumu, juga banyaknya orang yang mengecilkan peranmu, ketika engkau membutuhkan pertolongan dari manusia untuk membantumu dalam dakwah, tidak ada yang tergerak membantu, atau engkau merasa berat dengan dirimu dan keluargamu, karena engkau memiliki keluarga dan keluarga juga butuh akan keberadaanmu dan tanggung jawab besarmu.

Di sini, di masa-masa sulit, di sini diuji orang yang tulus berada dibarisan dakwah atau sekedar coba-coba, atau pengembira. Bisakah kita istiqamah atau mundur ke belakang.

Ketika mengomentari ayat-ayat di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nasir bin Abdillah as Sady rahimahullah menjelaskan:

هذا تسلية للمؤمنين ، و حث على الاقتداء بهم ، و الفعل كفعلهم...

"Ini adalah hiburan bagi orang-orang yang beriman, dan hasungan untuk mengikuti langkah mereka (para Rasul dan Shahabatnya dalam perjuangan) dan menanggung beban seperti yang mereka lakukan dalam tanggungan.

... ما ضعفت قلوبهم ، و لا و هنت أبدانهم ، و لا استكانوا

Bahwasanya mereka tidak lemah hatinya, tidak pula lemah badannya, dan tidak pula mereka menyerah (dalam berjuang).

اي ، ذلوا لعدوهم ، بل صبروا و ثبتوا ، و شجعوا أنفسهم...

Yakni, mereka tidak tunduk di depan musuh, bahkan mereka bersabar dan kokoh/tegar, dan mengobarkan semangat dalam dirinya". (Tafsir Taisir Karimir Rahman fi Tafsir Kalami Manan Surah 3 hal. 140 Darul Alamiyah Mesir).

Masalah pertama, tentunya, masalah di atas adalah masalah awal, teknis, dan bersifat pribadi dalam individu pengemban dakwah.

Masalah kedua, adalah masalah saat-saat terjun di medan dakwah. Musuh semakin menggoyang pijakan kakimu, karena engkau mengajak pada Allah dan Rasul-Nya semata. Kemudian tatangan internal, dari barisan sesama pengusung dakwah. Bahwasanya mereka juga memiliki dari masing-masing kepentingan baik pribadi atau dakwah, organisasi, yayasan, atau juga munculnya kesalahfahaman dari masing-masing pengemban dakwah. Betapa banyak hari ini kita temui, saling mencari pengaruh diantara para Da'i dan klaim daerah kekuasaan, kecuali dari Da'i-Da'i yang menata hatinya untuk ikhlas.

Masalah ketiga, permasalahan perbedaan pandangan antara pengurus satu lembaga dakwah dan yayasan, baik sesama pribadi dan juga perbedaan arah dan cara pandang, bahkan ini terjadi diantara pengampuh group kajian dakwah berupa group WA, sampai skala lembaga pondok dan yayasan.

Permasalahan keempat, adalah menghadapi sebagian besar kaum muslimin yang terbuai dengan gelar dan capaian-capaian dakwah, mereka sekedar menghormati manusia dari gelar, bukan aqidah atau manhajnya, sehingga sebagian orang mempertanyakan tingkat akademisi seorang Da'i daripada melihat kontribusi dalam dakwah dan peranan, serta bersihnya manhaj dan aqidahnya.

Terakhir, sebuah pertanyaan, bisakah kita mengawali dakwah dan mengakhirinya dengan indah, menjaga keikhlasan saat buah itu telah masak dan berbuah.

Sebagian Da'i tersungkur pada fase-fase ini. Dalam pandangannya, dan hal ini manusiawi, adalah adanya "jasa dan kontribusi". Dan inilah satu hal, yang biasa terjadi.

Sehingga bangunan yang telah ia tata, sebuah pazel-pazel dakwah yang ia rintis, dan besar. Bahkan mungkin di awal perjalanannya. Tidak ada yang mau tau, apakah misi dakwahnya hidup atau mati, di mana ia dan siapa ia, tidak ada yang memperhatikan, hanya sedikit sekali manusia lain yang membantunya dalam tahapan "babat alas".

Kemudian, setelah berbuah dan dirasakan perjuangannya selama ini, baik pondok, yayasan, atau mungkin hanya satu group WA dalam dakwah, bukan dirinya yang merasakan, menurut prasangkanya. Bukan dia yang terdepan. Dan bukan dia yang dipertuan.

Di saat itu, keikhlasan dan kejujuran dakwah diuji. Benarkah ia selama ini tulus dalam dakwah, atau hanya menyeru manusia pada dirinya, dan hanya membangun "istana keegoannya".

Di sinilah, kejujuran dan kedustaan ditimbang. Dapatkah kita bertahan dalam istiqamah dan ikhlas sampai akhir.

Ya Rabb kami, ampunilah kesalahan-kesalahan (dosa) kami, dan berlebihannya sikap kami dalam urusan kami, dan kokohkan pijakan kaki kami.
_________
Oleh yang butuh dan mengharap ampunan Rabb-Nya.

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram   : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage     : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Kepada Para Pengemban Dakwah Sunnah"