Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wasiat Akhir Ramadhan




Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary hafidzhahullah

Allah Subhanahu wa Ta'ala:

و لتكملوا العدة و لتكبروا الله على ما هداكم و لعلكم تشكرون

"Dan hendaknya kalian menyempurnakan hitungan (puasa Ramadhan), kemudian kalian bertakbir (memuji) Allah atas hidayah-Nya kepada kalian, agar kalian bersyukur". (QS. Al-Baqarah: 185)

Hari Bahagia Itu


Imam Abu Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab rahimahullah berkata:

فإنك إذا لم تحسن الاستقبال لعلك تحسن الوداع

"Maka bilapun engkau termasuk orang yang tidak baik dalam penyambutan (Ramadhan), semoga engkau termasuk orang yang terbaik dalam perpisahan (dengan Ramadhan)".

Ketika takbir berkumandang,
Ketika hari-hari terakhir Ramadhan menjelang,
Ketika buka puasa penutupan,

Itulah hari kebahagiaan, sekaligus hari keharuan dan hari kesedihan bercampur, membuncah pada diri seorang hamba. Bahagia, karena kita telah menyempurnakan puasa Ramadhan sebulan penuh. Keharuan, karena kita bertemu dengan hari raya kita ummat Islam, hari raya Iedul Fitri. Dan kesedihan, karena kita berpisah dengan bulan mulia yang belum tentu tahun depan kita bertemu lagi dengannya, serta banyaknya kekurangan kita dalam ibadah di dalamnya.

Akankah Allah Subhanahu wa Ta'ala menerima ibadah kita yang tidak seberapa di dalamnya ? Akankah hari-hari indah dalam ketaatan bisa terulang di tahun depan ? Apakah kita termasuk orang yang mendapatkan anugerah Lailatul Qadar dan pengampunan ?

Di riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, beliau menangis di malam akhir Ramadhan. Beliau berkata: "Siapa yang di terima amalnya hari ini sehingga kami bisa memberikan tahniah (ucapan selamat) kepadanya, dan siapa yang di tolak amalnya sehingga kami bisa bertaziah (ikut berduka) kepadanya". (Lathaiful Ma'arif 399)

Betapa jauh antara orang yang beruntung dengan orang yang merugi. Bersyukurlah kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan memperkenankan dan mempermudahkan serta menolong mereka untuk berpuasa, melimpahkan ampunan kepada mereka dan membebaskan mereka dari Api Meraka. Dengan mengingat-Nya, bersyukur dan bertaqwa kepada-Nya dengan sebenarnya.

Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu menafsirkan taqwa sebagai  mentaati-Nya tidak durhaka kepada-Nya, mengingat-Nya tidak melupakan-Nya, dan bersyukur kepada-Nya dan tidak mengingkari-Nya.

Wahai para pelaku dosa besar, ini adalah ghanimah (harta berlimpah) besar pada hari-hari mulia ini, tiada gantinya, tidak pula bisa di setarakan dengan materi. Betapa banyak para pelaku dosa dan kesalahan di bebaskan dari Neraka, barangsiapa di bebaskan dari Neraka berarti ia mendapatkan hadiah yang besar.

Wahai orang-orang yang telah di bebaskan dari Neraka, jangan sekali-kali kembali kepada tawanan dosa setelah engkau di bebaskan darinya. Patutkah, Allah membebaskan dirimu dari Neraka, sementara engkau mendekat padanya ?". (Lathaiful Ma'arif 403)

Menyambung Yang Terputus dan Terpisahkan


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, menceritakan seorang muslim yang mengunjungi saudaranya sesama muslim di satu kota yang jauh:

أن رجلا زار اخاً له قرية أخرى ، فأرصد الله له على مدرجته ملكا ، فلما اتى عليه قال أين ترد ؟

"Adalah seorang berjalan untuk berziarah kepada saudaranya di satu desa lain, kemudian Allah berkenan mengirimkan seorang malaikat di tengah perjalanannya sehingga setelah malaikat itu mendatanginya, maka ia (malaikat) berkata, "Apa yang anda inginkan ?"

قال أريد اخاً لي في هذه القرية ، قال هل لك عليه من نعمة تربها ؟ قال لا ، غير أني أحببته في الله عز و جل ، قال فإني رسول الله إليك ، بأن الله قد أحبك كما أحببته فيه

Ia menjawab, "Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa tersebut". Malaikat berkata, "Apakah ada satu kepentingan (nikmat) yang akan di dapat di sana ?" Ia menjawab, "Tidak, hanya sekedar aku mencintainya karena Allah Azza wa Jalla". Maka malaikat menyampaikan maksudnya, "Sesungguhnya aku adalah utusan Rabbmu, untuk menyampaikan bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu". [HR. Muslim 2567]

Hari raya adalah hari kegembiraan, hari penyambungan apa yang terputus, dan hari dimana seorang muslim bergembira dengan kegembiraan yang mubah.

Benar, menyambung, berziarah, dan bersilaturahim tidak seharusnya menunggu hari raya, dan tidak ada keharusan. Namun bila di hari lain engkau kesulitan, maka di hari ini adalah waktunya. Waktu untukmu mencurahkan perhatian dan cinta kepada orang tua, kerabat, dan orang-orang tercinta.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata setelah menyinggung bulan Syawal, "Ibnu Umar berkata: "Sesungguhnya kebaikan (pada hari ini) adalah sesuatu yang ringan, seperti menghadap orang lain dengan berseri, dan berucap yang lembut." (Lathaiful Ma'arif 437)

Inilah hari raya kita ummat Islam. Setelah satu tahun yang boleh jadi seorang tidak bisa berkumpul dengan orang-orang terdekat, maka ini waktu yang tepat untuk memberikan perhatian, baik orang tua, guru, kerabat dan seluruh jalinan persahabatan.

Wahai anak, kunjungilah dan sapalah orang tuamu, harapkan keridhaan dari mereka, dan berikan kepada mereka hak-haknya sebagai orang tua.

Wahai murid, kunjungilah guru bila engkau dekat, bilapun jauh hendaknya engkau menyapa mereka secara pribadi, kabarkan kabarmu dan kondisimu, sebagai bentuk pemuliaan dan perhatian padanya, jangan engkau campakan keberadaannya.

Kepada saudara dan para karib, hendaknya engkau berziarah, dan jangan engkau anggap berat hanya untuk sekedar saling mengunjungi, dan menganggap mahal bahan bakar (kendaraan) untuk itu.

Kekurangan kita hari ini, dan harus kita akui, kajian tentang keutamaan-keutamaan masih sekedar wacana di kitab dan kajian, belum sepenuhnya di buktikan dengan amal nyata, umpama, keutamaan ziarah dan saling mengunjungi.

Sebuah Akhir Yang Baik


Kami katakan di awal puasa bahwa start bukan segalanya, namun start yang baik adalah penentu bagi sebuah finis yang baik pula, namun, bagaimana pun akhir adalah penentu.

Maka dari itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda memberikan kabar gembira bagi kita:

إنما الأعمال بالخواتيم

"Sesungguhnya amal itu di tentukan oleh penutupnya". [HR. Bukhari 6607]

Maka, wahai orang yang tertatih di awal perjalanannya, ini akhir Ramadhan, kejarlah ketertinggalan itu, karena sebuah amal di nilai dari akhirnya.

Jangan Mengawali Langkah Dalam Dosa Setelah Ramadhan


Kadang seorang menganggap remeh satu dosa besar. Boleh jadi karena kejahilan atau boleh jadi ia tau namun menggampangkan dan meremehkan, maka dosa kedua lebih besar dari sekedar kebodohan.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير من أن يمس  إمراة لا تحل له

"Sekiranya di tusuk oleh besi panas salah seorang di antara kalian, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang bukan mahram (yang tidak halal baginya dengan bersalaman)". [HR. Thabarani dalam Mu'jam Kabir 20/211, di shahihkan Imam Al-Albani]

Wahai ummat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, ini dengarlah sabda Nabimu: "Jangan engkau bermudah-mudah dalam urusan satu ini, sesuatu yang di anggap remeh, namun bisa menyungkurkan wajahmu di Api Neraka, dan menodai dirimu setelah Allah memberikan kepadamu kebaikan setelah Ramadhan."

Ingatlah akan wasiat ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan keberkahan dan kebaikan kepada kita semua.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: http://wa.me/6289665842579
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Wasiat Akhir Ramadhan"