Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesesatan Yang Terdapat Dalam Kitab Al-Barzanji




Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Al-Barzanji khususnya di Indonesia amat terkenal. Hingga nyaris tidak ada ritual apapun di Indonesia yang dihubungkan dengan peribadatan kecuali tidak lepas dari pembacaan Al-Barzanji. Dari mulai syukuran kelahiran anak, syukuran memilki rumah atau kendaraan baru, pernikahan, dan sebagainya nyaris tidak lepas dari pembacaan Al-Barzanji ini.

Padahal jika menilik isi kitab tersebut, nyatanya bait-bait syair yang terdapat dalam kitab ini sangat banyak mengandung kesyirikan yang amat jelas dan kerusakan aqidah, terutama sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam menempatkan posisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana sampai seakan-akan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam ini menempati posisi Ilah/Tuhan. Tidak percaya ?

Sekarang ana cukup sebutkan satu saja contohnya, disebutkan dalam salah satu rangkaian bait kitab Al-Barzanji:

فِيْكَ قَدْ أَحْسَنْتُ ظَنِّيْ ياَ بَشِيْرُ ياَ نَذِيـْـُر، فَأَغِثْنِيْ وَأَجِـــن ياَ مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ

"Padamu (hai Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) sungguh aku telah berbaik sangka. Wahai pemberi kabar gembira wahai pemberi peringatan. Maka tolonglah aku dan selamatkan aku, wahai penyelamat dari Neraka Sa’ir"

Perhatikan, bagaimana mungkin seseorang dibolehkan meminta pertolongan dan keselamatan kepada makhluk-Nya walau itu sekelas Nabi, dalam perkara yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah saja, dalam hal ini sampai berlebihan menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyelamat dari Neraka Sa'ir.

Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jangankan bisa menyelamatkan orang lain dari Neraka Sa’ir, bahkan beliau pernah sengaja mengumpulkan kerabatnya sendiri, seraya beliau berkata:

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ -أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا- اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ ، لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِى مَا شِئْتِ مِنْ مَالِى ، لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

"Wahai orang-orang Quraisy -atau kalimat semacam itu- selamatkanlah dirimu, aku tidak bisa melindungimu sedikitpun. Wahai Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa melindungimu sedikit pun. Wahai Abbas bin Adil Muthalib, aku tidak bisa melindungimu sedikit pun. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah, aku tidak bisa melindungimu sedikit pun. Wahai Fathimah, anak perempuan Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku yang Engkau kehendaki, (akan tetapi) aku tidak bisa melindungimu sedikit pun". [HSR. Bukhari no.4771 dan Muslim no.525]

Betapa jelas dan terangnya hadits diatas. Beliau menyatakan bahkan kepada seluruh kerabatnya, bahkan disebutkan satu persatu, dari mulai suku beliau, sampai paman dan lainnya. Termasuk sampai pada anak perempuan kandungnya sendiri yang dicintainya, bahwa untuk urusan di akhirat, maka aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikitpun.

Lantas bagaimana bisa dibenarkan isi kitab Barzanji yang menganjurkan permintaan tolong kepada Nabi untuk keselamatan di akhirat dan menyebut beliau sebagai:

وَأَجِـــن ياَ مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ

"Wahai penyelamat dari Neraka Sa'ir".

Lebih dari itu, bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan Allah menyampaikan hal ini:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَدْعُوْا رَبِّيْ وَلَاۤ اُشْرِكُ بِهٖۤ اَحَدًا قُلْ اِنِّيْ لَاۤ اَمْلِكُ لَـكُمْ ضَرًّا وَّلَا رَشَدًا قُلْ اِنِّيْ لَنْ يُّجِيْرَنِيْ مِنَ اللّٰهِ اَحَدٌ ۙ وَّلَنْ اَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا ۙ 

Katakanlah, "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya". Katakanlah, "Aku tidak kuasa menolak mudharat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu". Katakanlah, "Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya". (QS. Al-Jin: 20-22)

Wallahi, bukankah ayat ini amat terang benderang, jangankan untuk kerabat dan orang lain, bahkan untuk dirinya sendiri sekalipun, maka beliau menyatakan:

إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا

"Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya".

Lantas bagaimana dalam bait Al-Barzanji itu disebutkan yang ditujukan ke Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

فَأَغِثْنِيْ وَأَجِـــن ياَ مُجِيْرُ مِنَ السَّعِيْرِ

"Maka, tolonglah aku dan selamatkanlah aku, wahai penyelamat dari Neraka Sa'ir".

Wallahi, ini kesyirikan yang jelas. Mana yang benar Al-Qur'an atau Al-Barzanji ?

Allahul Musta’an. Andai dihendaki, InsyaAllah ana masih mampu menulis banyak lagi kesesatan bait Al-Barzanji ini, namun sementara ana cukup sebutkan satu saja dulu.

Semoga Allah melindungi kita dari ketersesatan, terutama ketersesatan dari Tauhid, Aamiin.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_____
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

25 komentar untuk "Kesesatan Yang Terdapat Dalam Kitab Al-Barzanji"

  1. Maaf, tolong cantumkan sumbernya yang valid kalau perlu berikan link-nya supaya saya bisa kroscek kesahihannya.

    Saya mencari Hadist Bukhari no.4771 dan Muslim no.525 di google. Namun hadist2 tersebut berisi walimahan dan bersuci.

    Tolong untuk penulis, posisi saya disini ingin belajar saja. Manusia bolehlah salah, tapi kitab haruslah kita imani kebenarnya. Mohon untuk diperbaiki karena hadist tidak bolah dimainkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk Hadist Bukhari Lihat versi Fathul Bari 4771 atau versi Al-Alamiyah 4398. Semoga bermanfaat

      Hapus
  2. Teks arabnya ndak ada yg وأجن di smua kitab barzanji jd yg tliti ya, jgn cuma korek2 ksalahan org lain

    BalasHapus
  3. Kalau begitu nabi tak dapat memberikan safaat kepada umatnya katanya kekasih Allah kalau cuma untuk diri sendiri aja susah bagai msna untuk umat ,😂😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. safaatpun atas izin Alloh ajawajalla

      Hapus
    2. Antum salah persepsi,Nabi bisa memberikan syafaat atas izin Allah Subhana Wata'ala

      Hapus
  4. Bloon sia mah, ngaji na tilok tawasul

    BalasHapus
  5. LIMA KESESATAN DALAM KITAB AL BARZANJI

    Kesalahan Pertama

    Penulis kitab Barzanji meyakini melalui ungkapan syairnya bahwa kedua orang tua Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam termasuk ahlul Iman dan termasuk orang-orang yang selamat dari neraka bahkan ia mengungkapkan dengan sumpah.

    Kesalahan Kedua
    Penulis kitab Barzanji mengajak para pembacanya agar mereka menyakini bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir pada saat membaca shalawat, terutama ketika Mahallul Qiyâm (posisi berdiri).

    Kesalahan Ketiga
    Penulis kitab Barzanji mengajak untuk mengkultuskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berlebihan dan menjadikan Nabi sebagai tempat untuk meminta tolong dan bantuan.

    Kesalahan Keempat
    Penulis kitab Barzanji menurunkan beberapa shalawat bid’ah yang mengandung pujian yang sangat berlebihan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Kesalahan Kelima
    Penulis kitab Barzanji juga menyakini tentang Nur Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terungkap dalam syairnya:

    وَماَ زَالَ نُوْرُ الْمُصْطَفَى مُتْنَقِلاً مِنَ الطَّيِّبِ اْلأَتْقَي لِطاَهِرِ أَرْدَانٍ
    Nur Mustafa (Muhammad) terus berpindah-pindah dari sulbi yang bersih kepada yang sulbi suci nan murni.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesalahan keenam
      Lo belajarnya pake akal doang...

      Hapus
    2. Lo memehami dgn hawa nafsu dan taqlid buta

      Hapus
  6. Penulis artikel ini yg sesat,...

    BalasHapus
  7. Yg sesat itu yg bikin artikel,, krn iri terhadap sang penyair & ulama besar.
    Coba kalo yg bikin artikel ini bisa bikin kitab & di pakai banyak orang pasti gk akan mencemooh hasil karya orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul ente sikancil gak bisa metik anggur, terus dia bilang anggur pait anggur asin

      Hapus
  8. Yg bikin artikel belajar bru 4-5 tahun, yg dikritisi pengarang kitab, ulama besar, mufti Madinah, puluhan tahun mengajar disana.. kitabnya pun jga sudah dibaca oleh ulama2 besar setelahnya dan tak ada yg bilang sesat.. eh tetiba ada yg belajar kmaren sore, langsung menyesatkan... Kesian amat yg terus menerus ketipu ama wahabi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg beginilah para muqollid .jgn kita ulama sebesar imam Malik imam Syafi'i mengakui kesalahan mereka dsn mereka berkata apabila hadists itu Mazhab ku .

      Hapus
  9. Terima kasih banyak artikelnya. Alhamdulillah menjadi lebih faham.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan mau di sesatkan saudaraku, masak minta tolong ke nabi di syirikkan, sedang minta tolong ke dokter tidak dipermasalahkan.

      Hapus
    2. Ente jahil, minta sama Nabi kok disamakan minta tolong ke dokter. Payahhh...

      Hapus
  10. Orang bodoh yg belagak pinter ,

    BalasHapus
  11. Ustdz berik sudah di ganti nama nya dengan berak .. dasar tukang berak 😂

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah kami sekeluarga tidak lagi melakukan kegiatan barzanji setelah kami tahu tidak ada tuntunanya dalam hadits dan al qur'an Barakallahu fiikum ustadz yang telah menulis artikel ini

    BalasHapus
  13. Maaf kalau kita sudah tau hal tersebut tidak ada tuntunanya dari alqur'an dan hadits mengapa harus kita lakukan,bersikap ngeyel lagi bukankah kesombongan itu menolak kebenaran

    BalasHapus
  14. Belajarnya cuma kulitnya aja ya begitu, merasa benar sendiri, kayak gini bidah gitu bidah, kalau semua dianggap bidah, ente adzan jangan pakai mic, pengeras suara.begok dipeliara

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak