Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 33)

 


Sebab Terjadinya Musibah dan Cara Penanggulangannya


Al-Quranul Karim telah menyebutkan beberapa sebab terjadinya musibah, berikut bagaimana Allah menghilangkan musibah tersebut dari para hamba-Nya. Diantaranya adalah firman Allah:

ذٰلِكَ بِاَ نَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّـعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ

"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada diri mereka sendiri". (QS. Al-Anfaal: 53)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اَصَا بَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ  

"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)". (QS. Asy-Syura: 30)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar-Rum: 41)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَا نَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَا نٍ فَكَفَرَتْ بِاَ نْعُمِ اللّٰهِ فَاَ ذَا قَهَا اللّٰهُ لِبَا سَ الْجُـوْعِ وَا لْخَـوْفِ بِمَا كَا نُوْا يَصْنَعُوْنَ

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat". (QS. An-Nahl: 112)

Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah adalah Maha Adil dan Maha Bijaksana. Ia tidak akan menurunkan bala’ dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat, dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah. Lebih-lebih karena jauhnya mereka dari tauhid, serta tersebar luasnya berbagai perbuatan syirik di banyak negara-negara Islam. Hal yang menyebabkan timbulnya banyak fitnah dan ujian. Berbagai musibah itu tidak akan hilang kecuali dengan kembali mentauhidkan Allah, dan menegakkan syariat-syariat-Nya baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

Al-Quran juga menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang berdoa hanya kepada Allah semata saat ditimpa musibah dan kesempitan. Tetapi ketika Allah membebaskan mereka dari musibah dan kesempitan tersebut, mereka kembali lagi kepada perbuatan syirik, menyembah dan memohon kepada selain Allah di waktu senang dan lapang.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

فَاِ ذَا رَكِبُوْا فِى الْفُلْكِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۚ فَلَمَّا نَجّٰٮهُمْ اِلَى الْبَـرِّ اِذَا هُمْ يُشْرِكُوْنَ

"Maka, apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) menyekutukan (Allah)". (QS. Al-Ankabut: 65)

Ironinya, mayoritas umat Islam saat ini, manakala ditimpa musibah, mereka memohon pertolongan kepada selain Allah, mereka menyeru: "Ya Rasulullah, ya Syaikh Jailani, ya Syaikh Rifa’i, ya Syaikh Marghani, ya Syaikh Badawi, ya Syaikh Arab, dan sebagainya".

Mereka menyekutukan Allah di masa sempit dan lapang, mereka melanggar firman Allah dan sabda Rasul-Nya.

Sesungguhnya kekalahan umat Islam ketika perang Uhud adalah disebabkan oleh sebagian para pemanah yang tidak mentaati perintah pemimpin mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anehnya, mereka heran atas kekalahan yang mereka derita. Maka, dengan tegas Al-Quran menjawab:

قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اَنْفُسِكُمْ

"Katakanlah, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". (QS. Ali-Imran: 165)

Ketika dalam perang Hunain, sebagian umat Islam berkata: "Kita tak akan terkalahkan oleh pasukan yang berjumlah sedikit". Dan hasilnya adalah mereka kalah. Allah mencela mereka dalam firman-Nya:

وَّيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ اِذْ اَعْجَبَـتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًـا

"Dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna (bermanfaat) bagimu". (QS. At-Taubah: 25)

Umar bin Khaththab menulis surat kepada panglima Sa’ad bin Abi Waqqash di Irak: Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih jahat daripada kita sehingga tak mungkin mereka mengalahkan dan menguasai kita. Sebab terkadang suatu kaum dikuasai oleh kaum yang lebih jahat dari mereka sebagaimana kaum Bani Israil dikuasai oleh orang-orang kafir Majusi disebabkan oleh perbuatan maksiat mereka. Maka, mohonlah pertolongan kepada Allah atas diri kalian, sebagaimana mohon pertolongan atas musuh-musuh kalian".

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sumber: Kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa Ath-Tha’ifah al-Manshurah (Jalan Golongan Yang Selamat) Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zain

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 33)"