Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ambillah Aqidahmu Dari Al-Quran Dan As-Sunnah Yang Shahih (Bagian 5)



Syirik Kecil


Soal: Apakah syirik ashghar (syirik kecil) itu?

Jawaban: Syirik kecil adalah riya. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ ۚ فَمَنْ كَا نَ يَرْجُوْالِقَآءَ رَبِّهٖ فَلْيَـعْمَلْ عَمَلًا صَا لِحًـاوَّلَايُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖۤ اَحَدًا

“Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf: 110)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya.” [HR. Ahmad V/428-429]

Dan termasuk syirik kecil adalah ucapan seseorang: “Kalau bukan karena Allah dan Fulan” atau “Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”

Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَقُوْلُوْا مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلاَنٌ، وَلَكِنْ قُوْلُوْا مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلاَنٌ

“Janganlah kalian mengatakan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendak si fulan.’ Tapi katakanlah: ‘Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan’.” [HR. Abu Dawud dengan sanad yang baik]

Soal: Apakah boleh bersumpah dengan selain Allah?

Jawaban: Tidak boleh bersumpah dengan selain Allah. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَـتُبْـعَـثُـنَّ

Katakanlah: "Memang, demi Rabbku, benar-benar engkau akan dibangkitkan.” (QS. At-Taghabun: 7)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain Allah maka dia telah melakukan kesyirikan.” [HR. Abu Daud no.3251, dishahihkan Al-Albani]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ كَانَ حَالِفًا فَلْيَحْلِفْ بِاللَّهِ أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang bersumpah, maka bersumpahlah dengan nama Allah atau hendaknya ia diam.” [Muttafaqun Alaihi]

Soal: Dengan apa kita bertawassul (menjadikan perantara) kepada Allah?

Jawaban: Tawassul ada yang dibolehkan dan ada yang dilarang.

Tawassul yang dibolehkan dan dituntut adalah tawassul dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan tawasul dengan amal saleh.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَآءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَا

“Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asmaul Husna itu". (QS. Al-A’raf: 180)

Allah Ta’ala berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَا بْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah: 35)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku meminta kepada-Mu dengan seluruh nama yang Engkau miliki.” [Shahih riwayat Ahmad]

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para shahabat yang meminta untuk menjadi teman beliau di surga:

فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Jika demikian bantulah aku untuk dirimu dengan memperbanyak sujud (dalam shalat).” [HR. Muslim]

Dan boleh bertawassul dengan amalan yang kita cintai dan amalan yang dicintai Allah, Rasul, dan wali Allah. Seperti kisah orang-orang yang terperangkap di dalam gua, mereka bertawassul dengan amal-amal shalih sehingga Allah selamatkan mereka.

Tawassul yang dilarang yaitu berdoa kepada orang mati dan meminta dipenuhi kebutuhan kepada mereka, sebagaimana kenyataan pada masa ini. Dan ini adalah syirik akbar berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَ لَا يَضُرُّكَ ۚ فَاِ نْ فَعَلْتَ فَاِ نَّكَ اِذًا مِّنَ الظّٰلِمِيْنَ

“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah sebab jika engkau lakukan (yang demikian) maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim (orang-orang musyrik).” (QS. Yunus: 106)

Adapun tawassul dengan kedudukan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti ucapan Anda: “Wahai Rabbku, dengan kedudukan Nabi Muhammad, sembuhkanlah aku.”

Maka ini adalah bid’ah, karena para Shahabat tidak melakukannya. Juga karena Umar bertawassul dengan Al-Abbas yang masih hidup dengan doa beliau. Umar tidak bertawassul dengan Rasul setelah meninggalnya beliau. Dan tawassul ini sering mengantarkan kepada kesyirikan. Yakni apabila ia berkeyakinan bahwa Allah butuh kepada seorang perantara sebagaimana seorang pemimpin dan hakim.

Karena keyakinan ini berarti menyerupakan Allah Al-Khaliq dengan makhluk. Dan untuk mengetahui lebih dalam tentang rincian dan dalil-dalil pembahasan ini, silakan merujuk risalah “Tawassul, Hukum-hukumnya, dan Jenis-jenisnya” karya Asy-Syaikh Al-Albani.

Soal: Apakah doa itu butuh kepada perantaraan seseorang?

Jawaban: Doa tidak membutuhkan perantaraan seseorang, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

وَاِذَا سَاَ لَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sungguh kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia bersama kalian (yakni dengan ilmu-Nya).” [HR. Muslim]

Soal: Apakah boleh meminta doa dari orang-orang yang masih hidup?

Jawaban: Boleh meminta doa dari orang-orang yang masih hidup, tidak boleh dari orang yang sudah meninggal.

Allah Ta’ala berfirman berbicara kepada Rasul ketika masih hidup:

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِۢكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنٰتِ

“Dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Dan di dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, bahwa ada seseorang yang buta matanya mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: “Berdoalah kepada Allah agar menyembuhkanku.”

Soal: Apakah bentuk perantaraan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Jawaban: Bentuk perantaraan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penyampaian syariat. Allah Ta’ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗ

“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” (QS. Al-Ma’idah: 67)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah, saksikanlah.” Ketika menjawab ucapan para Shahabat: “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan.” [HR. Muslim]

Soal: Dari siapakah kita meminta Syafa'at Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Jawaban: Kita meminta Syafa'at Rasul dari Allah. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ لِّـلّٰـهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيْعًا

“Katakanlah, Pertolongan (Syafa'at) itu hanya milik Allah semuanya.” (QS. Az-Zumar: 44)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari para Shahabat untuk mengatakan: “Ya Allah, jadikanlah dia (Rasul) pemberi Syafa'at untukku.” [Hasan sahih diriwayatkan oleh At-Tirmidzi]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“Setiap Nabi ada doa yang dikabulkan, dan setiap Nabi bersegera berdoa agar dikabulkan. Akan tetapi aku simpan doaku untuk dapat memberikan Syafa'at kepada umatku pada hari Kiamat. Dan sesungguhnya, Syafa'atku ini akan diperoleh, Insya Allah, bagi orang yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.” [HR Muslim, no.199]

Soal: Apakah kita boleh meminta Syafa'at dari orang-orang yang masih hidup?

Jawaban: Kita boleh meminta Syafa'at dari orang-orang yang masih hidup dalam perkara-perkara duniawi.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَّكُنْ لَّهٗ نَصِيْبٌ مِّنْهَا ۚ وَمَنْ يَّشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَّكُنْ لَّهٗ كِفْلٌ مِّنْهَا ۗ

“Barangsiapa memberi pertolongan (Syafa'at) dengan pertolongan yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian dari (dosa)nya.” (QS. An-Nisa’: 85)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berikanlah Syafa'at, maka kalian akan diberi pahala.” [Shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud]

Soal: Apakah kita menambah dalam menyanjung Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Jawaban: Kita tidak menambah dalam menyanjung beliau. Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ اِنَّمَاۤ اَنَاۡ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰۤى اِلَيَّ اَنَّمَاۤ اِلٰهُكُمْ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ

“Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” (QS. Al-Kahf: 110)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku sebagaimana orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka ucapkanlah: ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.” [HR. Al-Bukhari]

Khudz Aqidataka minal kitab wa as-sunnah ash-shahihah oleh Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainu rahimahullahu.

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
🎥 Youtube: http://bit.do/ittibarasul1
📱 Whatshapp: 089665842579
📧 Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Ambillah Aqidahmu Dari Al-Quran Dan As-Sunnah Yang Shahih (Bagian 5)"