Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hukum Gelar Haji Atau Hajjah







Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Tidak diragukan, keikhlasan merupakan hal paling penting dalam segala urusan ibadah, disamping keharusan mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ana tak perlu sebutkan lagi dalilnya karena insya Allah dalam masalah ini kita semua telah tahu.

Intinya, siapa yang ibadahnya ikhlas tapi tak mencontoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalannya bertolak dan jatuhlah pada bid'ah. Sebaliknya walaupun amalannya sesuai dengan sunnah namun tak ikhlas karena Allah, maka juga sia-sia. Apa lagi sudah bid'ah tidak ikhlas lagi. Maka, ikhlas dan mencocoki sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan paket tak terpisahkan syarat diterimanya ibadah.

Jika telah difahami prinsip di atas, maka tak diragukan, penggelaran Haji atau Hajjah sangat membuka peluang riya’ dan jauhnya keikhlasan. Na’am, Allah memang menyebut orang yang sedang melaksanakan proses Haji dengan Al-Haajj.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman Haji (Al Haajj) dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah?". (QS. At Taubah: 19)

Tetapi penyebutan itu hanya ditujukan kepada kelompok yang sedang dalam pelaksanaan ibadah Haji, dan bukan orang yang telah selesai Haji dipanggil Haji.

Perhatikan penjelasan Dr. Bakr Abu Zaid hafidzhahullah saat menjelaskan ayat di atas:

وكلمة ((الحاج)) في الآية بمعنى جنسهم المتلبسين بأعمال الحج. وأما أن تكون لقباً إسلامياً لكل من حج، فلا يعرف ذلك في خير القرون

"Kata Haji pada ayat tersebut maknanya adalah sekumpulan orang yang sedang melaksanakan proses ibadah Haji. Adapun realita saat ini di mana kata Haji dijadikan gelar yang disematkan pada setiap orang yang telah selesai melaksanakan ibadah Haji, maka hal ini tidak dikenal digenerasi terbaik ummat ini". (Mu’jam Al-Manaahi Al-Lafzhiyyah hal. 219).

Syaikh Al-Albani rahimahullah bahkan mengatakan:

تلقيب من حج بالحاج: بدعة

"Menggelari Haji bagi orang yang telah berhaji adalah bid'ah". (Hujjatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal.135)

Walau begitu, ada pula sebagian Ulama yang membolehkannya, seperti pendapat Imam Nawawi rahimahullah dalam Al-Majmu’ VIII:281.

Fatwa Lajnah Ad-Daimah menetapkan:

أما مناداة من حج بـ: (الحاج) فالأولى تركها؛ لأن أداء الواجبات الشرعية لا يمنح أسماء وألقابا، بل ثوابا من الله تعالى لمن تقبل منه، ويجب على المسلم ألا تتعلق نفسه بمثل هذه الأشياء، لتكون نيته خالصة لوجه الله تعالى

"Sebutan Haji (atau Hajjah -pent) yang telah berhaji sangat utama untuk ditinggalkan. Karena menunaikan kewajiban syari'at tak ada keperluan lagi untuk mendapatkan gelar, namun dia mendapat pahala dari Allah, bagi mereka yang amalnya diterima. Dan wajib bagi setiap muslim mengkondisikan jiwanya agar tidak bergantung dengan gelar semacam ini, sehingga niatnya ikhlas hanya untuk mendapatkan wajah Allah semata". (Fatwa Lajnah Daimah XXVI:384, no.fatwa: 21.718).

Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah pernah di tanya:

فـي مـعظم الـدول الإسـلامية فـور عـودة الحجـيج مـن الأراضـي المقـدسة بعـد أداء الفـريضة يلقـب مـن أدى الفـريضة بلـقب حـاج وتظـل مـلازمة لـه دائـماً فمـا حكـم ذلـك؟

Di mayoritas negara-negara Islam setelah kepulangan jamaah Haji dari Tanah Suci setelah menunaikan ibadah haji, orang yang telah menunaikannya langsung digelari "Haji" dan gelar tersebut selalu digunakan, bagaimana hukum hal tersebut ?

Beliau menjawab:

هـذا خطـأ، لأن فـيه نـوعاً مـن الريـاء، لا يتـلقب بـذلك ولا ينـبغي أن يـدعوه النـاس بـذلك، لأنـه مـا كـان النـاس فـي عـهد الرسـول صـلى الله عـليه وسـلم يقـولون للـحاج أنت حـاج.

"Ini merupakan kesalahan, karena padanya terdapat bentuk riya, jadi tidak boleh menjadikannya sebagai gelar dan tidak sepantasnya orang lain memanggil dengannya, karena dahulu di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam orang-orang tidak pernah mengatakan kepada orang yang selesai berhaji, "Anda Haji". (Majmu Fatawa wa Rasail: 24/204)

Harus diakui, terkadang ada manusia -apalagi yang awam- yang marah jika dia telah berangkat Haji lalu tidak dipanggil pak Haji, bu Haji. Terkadang ini bisa menimbulkan masalah besar di tengah komunitas masyarakat kita. Maka untuk menghindari kesalahfahaman dan dampak buruk, hendaklah kita mencermati dan memperhitungkan masalah ini.

Beberapa Ulama membolehkan penggelaran Haji walau utama meninggalkan gelar tersebut.
Ini seperti fatwa Syaikh Farkus hafidzhahullah. (https://www.sahab.net/forums/index.php? =135725)

Maka, jika memang dikhawatirkan seseorang itu tak dipanggil gelar Haji/Hajjah akan sangat marah dan menimbulkan rusaknya hubungan ukhuwah, maka boleh sesekali kita memanggilnya demikian, namun tetap secara bertahap kelak mulai menjauhi penggelaran semacam ini. Wallahu a’lam.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

________
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
Web: dakwahmanhajsalaf.com
Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

1 komentar untuk "Hukum Gelar Haji Atau Hajjah"

Berkomentarlah dengan bijak