Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ide Dan Ajaran Islam Nusantara, Sebuah Gerakan Kekafiran



Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al Atsary hafidzhahullah

Membendung gerakan metamorfosis Liberal, dan sebuah jawaban argumentatif syar'i.

Allah Ta'ala berfirman:

و كنتم على شفا حفرة من النار فأنقذ كم منها...

"Dan ingatlah ketika dulu kalian di atas tepi jurang Neraka (dengan kekafiran dan kesyirikan) lalu Allah menyelamatkan kalian darinya (dengan hidayah)..."(QS. Ali Imran: 103).

Tulisan ini merupakan jawaban atas keperihatinan atas upaya sistematis dan terstruktur oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang ingin mengembalikan kaum muslimin pada kesyirikan dan ajaran jahiliyah.

Sebelum masuk pembahasan kita masuk dari pembahasan sisi perbedaan aqidah Islam dan keyakinan umum agama kapitayan (agama leluhur) di Nusantara.

Aqidah Agama Sebelum Islam Di Nusantara


Dalam Islam sangat jelas dan sederhana menjelaskan konsep ketuhanan, yakni tauhid. Bahwasanya kita meyakini Allah satu-satunya pencipta, Ilah yang diibadati, dan kita mengenal-Nya melalui Asma' dan Shifat-Nya yang datang dari-Nya dan diterangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Islam sangat menentang apa yang disebut kesyirikan, Singktritisme, Liberal, dan konsep Plularisme, dalam Islam kebenaran itu adalah satu. Selainnya adalah penyimpangan dari ajaran awal para Rasul yakni tauhid, karena seluruh Rasul adalah agamanya tauhid (Islam/Monotaisme). Namun bila kita jujur, maka kita akan menemukan konsep yang salah, membingungkan, dan saling tumpang tindih dalam agama dan keyakinan dari kepercayaan dan agama lain.

Contoh, keyakinan kapitayan. Kapitayan istilah ini kami ambil istilah Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Wali Songo. Dalam konsep Jawa pra Islam, konsep ketuhanan memiliki ciri mirip konsep Yunani dalam pandangan kepada sosok Tuhan.

Konsep kapitayan yang telah kami singgung dibeberapa tulisan, di sini saya sebut singkat sebagai pengingat. Mereka meyakini bahwa Tuhan itu sosok yang sangat Universal, istilahnya "tan kinoyo ngopo" (tidak bisa di raba/tak terjangkau). Mereka meyakini juga konsep "suwung" (kosong/hampa). Karena Universalnya Tuhan dalam konsep ini, yakni tidak bisa terjangkau, maka diperlukan Tuhan-Tuhan kecil, yang dirasa memiliki tua (kekuatan), yang pada akhirnya tercetus istilah animisme dan dinamisme.

Inti ajaran Jawa pra Islam ada Simbolisme dan Kompromistis dengan alam dan dunia roh, diwujudkan dengan sesaji (tumpeng). Orang Jawa tidak lepas dari namanya Simbolisme, bagi orang Jawa kuno, Simbolisme lebih utama dari sekedar ritus (ritual). Mereka juga mengenal konsep "dulur papat limo pancer". Tentu keyakinan semacam ini berseberangan dengan aqidah tauhid yang dibawa para Rasul.

Dalam konsep Jawa kuno, seorang wajib selaras dengan alam dan dunia roh, tidak berbuat buruk dengan sesama. Mereka tidak menganggap penting ibadah badan, karena mereka akan kembali pada "suwung/tan kinoyo ngopo" disebut konsep bangsul (pulang) yakni muksa (beralih pada kehampaan).

Proyek Liberalisme Gagal Hubungan Gelap Kaum Liberal Dengan Penganut Kepercayaan


Disatu seminar disatu Universitas Islam Negeri (?) diadakan seminar bertema "menggugat narasi besar Islam Jawa" (2017-218).

Apa hubungannya dengan pembahasan kita?

Dulu, tema-tema kaum Liberal adalah, "menggugat narasi besar keislaman". Jadi gerakan Liberal sudah sedikit maju dengan ide-ide de-Islamisasi. Yang sebelumnya mereka (di Indonesia) programnya adalah "menggugat narasi besar Islam" sekarang berubah "mengugat narasi besar Islam Jawa", maka dapat ditebak, bahwa tujuan mereka adalah:

1) Membantah dan menolak Islam.
2) Langkah kedua, mereka tidak mengakui dan merasa risih bila Islam ada keterkaitannya dengan budaya Jawa.

Maka langkah selanjutnya, sebagaimana dikatakan tokoh mereka. Mereka sama sekali akan memisahkan diri dari nilai-nilai Islam, dan menganggap Islam adalah agama penjajah/asing.

Seorang orientalis berkata, hubungan Islam dengan agama asli Jawa adalah (Islam) semisal selaput tipis yang mudah terkelupas, dan memperlihatkan asli wajahnya bahwa tidak ada hubungannya dengan keyakinan awal yang kokoh dipegang.

Baik, sebelum berlanjut, kita kilas balik sejarah, munculnya Liberalisme di Indonesia sudah diketahui sekitar tahun 60-70 an, dengan ide awal merasionalkan IAIN (UIN) saat itu, mereka membawa ide modernisasi keislaman yakni pemikiran bahwa Islam hanya bisa maju dengan mengikuti konsep Barat dalam modernisasi dan meninggalkan kejumudan (?) pemikiran/ajaran Islam.

Pemikiran ini tidak hanya sampai di sini, kemudian mereka memperkenalkan ide Pluralisme, yakni kebenaran itu plural tidak hanya yang benar itu Islam, kebenaran mutlak tidak ada. Mulailah mereka menawarkan ide-ide ini. Kemudian ternyata mereka (kaum Liberal) melakukan gerakan yang lebih ekstrem, yakni memperolok dan mengkritisi semua aspek keislaman tanpa rasa sungkan, terutama setelah munculnya JIL dengan sokongan dana yang besar dari barat (Amerika).

Mereka melampaui keculasan para orientalis dan tokoh Liberal Barat, bisa disebut mereka adalah agen-agen Liberal ekstrim. Namun, ide-ide Liberal ini, saat itu hanya terlokalisasi di kampus dan civitas akademisi tidak merambah akar rumput (masyarakat awam). Kemudian muncul gagasan dan ide pencetusan "Islam Nusantara".

Kita mempertanyakan model konsep ini, konsep ini sebenarnya lemah dari sisi akademis dan sejarah. Bila kita telusuri, yang dijadikan model adalah "budaya Jawa", padahal Jawa hanyalah salah satu dari sekian ratus suku di Indonesia, terbukti dengan munculnya ide "langgam jawa" dalam membaca Al Qur'an. Namun bila kita lihat niat awal para pencetusnya, kita bisa lihat kesamaan ide dan tujuan. Yakni upaya sistematis dan terstruktur memusnahkan Islam dan mengganti dengan ajaran lokal (budaya asli Nusantara).

Tradisi, ternyata inilah pintu yang digunakan kelompok Liberal, untuk meliberalisasi Indonesia yang dulu terbatas di civitas kampus menjadi gerakan kolosal dimasyarakat. Dan memang nilai budaya lebih mempengaruhi jiwa daripada keimanan dimasyarakat awam karena kita juga telah ketahui, metode dakwah Islam awal di Indonesia adalah lewat akulturasi budaya dan lebih pada Singkritisme.

Jadi, kesimpulan dari poin kedua ini adalah gerakan ide Islam Nusantara adalah ide Liberalisme yang gagal sebelumnya di level bawah dengan menggunakan isu tradisi, maka gerakan pemurtadan dan pelepasan kaum muslimin dari Islam begitu mudah. Karena, bila bicara tradisi, maka masyarakat umum akan mengenang nenek moyang dan tradisi.

Sedang bila yang didakwahkan itu adalah nilai-nilai dengan membawa wacana isu Liberalisme, hanya akan menyasar level akademisi kampus. Setan membisiki mereka, bahwa membawa manusia pada kekafiran lewat isu Liberalisme hanya pihak tertentu, namun bila memakai nama lain, umpama tradisi, maka akan mudah diterima kalangan Tradisionalis dan abangan, yang itu adalah mayoritas di Indonesia.

Tujuan Yang Sama Menghantam Islam


Permusuhan orang kafir terhadap Islam, dimulai (resmi) sejak jatuhnya Andalusia ketangan kaum Salibis, kemudian diteruskan dengan perang salib, dan masa Kolonialisme Barat kafir dengan misi gold, god, glory. Mereka membagi dunia menjadi dua, yang mereka jarah sekehendak hati.

Penjajah di dunia direstui gereja dengan perjanjian tordesilas antara Spanyol dan Portugis, dan kemudian diikuti Kolonialisme Barat lainnya. Selain misi penjajah, mereka membawa misi-misi agama. Dikenal dengan zending dan misi.

Di tanah jajahan, mereka membagi manusia menjadi dua, selain mengeruk kekayaan, dan pemiskinan struktural dan masif. Maka program mereka, membagi masyarakat jajahannya sebagai kaum abangan dan santri (Islamisme), untuk kaum abangan, mereka mendukung dengan perhatian dan sokongan, karena dengan membantu mereka dan menyemarakkan tradisi yang mereka yakini, dukungan kepada pihak penjajah akan terus bertahan.

Sejak awal, perlawanan kepada penjajah dilakukan kaum paderi/santri dan kalangan Islamis, maka pihak penjajah senantiasa menekan dan memerangi pihak ini, karena dianggap menghalangi penjajahan. Setelah kemerdekaan, maka usaha-usaha pelemahan kaum santri dan Islam dilakukan oleh kalangan Tradisionalis dan Liberal Sekuler.

Pertarungan ideologi ini berlanjut sampai di zaman salah seorang menteri yang ingin memodernkan sistem pendidikan dengan berkiblat pada pendidikan Barat dan memarjinalkan pendidikan Islami. Ide ini tidak dapat sambutan, sebagaimana disebut di depan. Sehingga muncullah ide Tradisionalisasi di zaman orde baru, dengan menonjolkan budaya, dan memarjinalkan simbol-simbol Islami.

Dan berlanjut hal ini di zaman reformasi dan hari ini. Ide kembali pada tradisi digalakkan. Tempat-tempat mistis dan religius dan punden-punden, juga kubur-kubur yang dianggap keramat, tumbuh dengan subur didukung birokrasi yang cenderung abangan dan cenderung benci dengan Islam. Sampai pada puncaknya, ketika ide menusantarakan Islam di hembuskan.

Ide Nusantaraisasi Islam hanya permainan kata, yang intinya memarjinalkan peran Islam, dan menerima Islam hanya bila dipandang cocok dengan budaya setempat. Jadi yang digunakan penilaian adalah tradisi, apa yang cocok dengan tradisi dari Islam diambil, apa yang bertentangan dengan tradisi dari Islam akan ditolak. Maka, tidak bisa dimaknai lain, bahwa ide Islam Nusantara atau Tradisionalisasi Islam, hanya beda merk dari upaya pemurtadan Kolonialisme.

Bila upaya kolonial didukung gereja menjadikan kaum pribumi Kristen atau minimal bukan Islam lagi, maka usaha para dajjal penghembus Islam Nusantara adalah mengupayakan pelepasan aqidah Islam diganti dengan agama asli Nusantara. Dan tentunya hal ini adalah kekafiran yang dibungkus budaya.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda memperingatkan kita semua kaum muslimin dari kesyirikan dan kekafiran:

لا تقوم الساعة حتى تضطرب اليات نساء دوس حول ذي الحلصة

"Tidak akan datang kiamat sampai pantat wanita dari suku Daus bergoyang di sekitar berhala dzul khulashah". [HR. Abu Dawud 11/322, Tirmidzy 6/466].

Diriwayat lain:

لا يذهب الليل و النهار حتي تعبد آلات و العزى

"Tidak akan hilang malam dan siang (datang kiamat) sampai kembali diibadahi berhala Latta dan Uzza". [HR. Bukhari no. 7116/Fath 13/76].

Maka, barangsiapa menyeru pada selain Islam, atau mengajak umat Islam untuk kembali pada agama pagan sebelum Islam, hakikatnya mereka telah murtad, dan menjadi corong kekafiran. Semoga kaum muslimin menyadari hal ini, sebuah bahaya aqidah dan kemusyrikan yang disimpulkan dalam slogan "membudayakan Islam" atau "ide menusantarakan Islam" atau "Islam Nusantara". Yakni ide, menerima Islam sekedar bila hal itu sesuai dengan tradisi.

Bersatu Di Atas Kekufuran Dan Program Penjajahan


Ide kebencian kepada Islam sudah ditanamkan sejak masa Kolonialisme. Kaum Salibis Kolonialis bersatu dengan kaum adat untuk melawan Islam. Kaum adat menganggap Islam adalah agama asing dan penjajah, dan ide serta pemikiran ini masih ada di hati setiap pengikut aliran kepercayaan dan adat.

Mereka lupa bahwa Nusantara diakui berperadaban adalah setelah Islam datang, dan peradaban Islami yang dikenal, baik dari corak, bahasa, adat, dan keseharian, semua nilai-nilai Islam mewarnai Nusantara. Sebelumnya, Nusantara tidaklah berperadaban, kecuali kepulauan yang saling jauh dan berperang. Mereka menangisi Majapahit dengan keruntuhannya. Namun apa yang diwariskan Majapahit, peradaban?, budaya?, bahasa? Tidak sama sekali. Islamlah yang membuat bangsa ini maju dan berperadaban.

Lalu kenapa saat ini muncul usaha-usaha untuk membenturkan Islam dengan tradisi, budaya, dan kemasyarakatan dan ingin memusnahkan Islam itu sendiri. Tidak lain kecuali hal ini adalah warisan Kolonialisme, yang ingin memiskinkan negeri ini, menjarah kekayaannya dan memurtadkan serta menjauhkan Islam dari masyarakatnya. Karena bila satu negeri kaum musliminnya kuat aqidah dan manhajnya, dan berpegang dengan agama ini, maka usaha penjajahan dan Kolonialisme tidak akan berhasil selamanya.

Maraji:
• Tafsir Ibnu Katsir
• Usulu Tsalatsah
• Nawaqidul Islam
• Sittu Durar min Usuli ahli Atsar
• Syarhus Sunnah
• Api Sejarah
• Indonesia Tanpa Liberal
• Bila kyai di Pertuhankan
• Ensiklopedi Kejawen
• Tafsir Gatholoco dan Darmo Gandul
• Sjarah Islam 1-4
• Sejarah Tuhan
• Buku Induk Kejawen
• Fakta Baru Wali Songgo
• Atlas Wali Songgo
• Kamus Jawa
• Qur'an Boso Jawi Gagrak Anyar
• Liberal, Konsep dan Bantahanya
• Islam Liberal
• Andalusia
• Perang Salib
• Daulah Utsmaniah
• Dari Pebendaharaan Lama
• dan lain-lain

🔰 @Manhaj_salaf1

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram     : http://t.me/Manhaj_salaf1
📱 Whatshapp  : 089665842579
🌐 Web              : dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram    : bit.ly/ittibarasul1
🇫 Fanspage      : fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

3 komentar untuk "Ide Dan Ajaran Islam Nusantara, Sebuah Gerakan Kekafiran"

  1. Semoga Allah Ta'ala senantiasa menjaga dan memberikan kekuatan kpd para asatidz bermanhaj Salaf dalam berjihad menebarkan ilmu.
    Adapun bagi penuntut ilmu dan kalangan awam yg telah menemukan jalan Al Haq ini (manhaj salaf) sudah selayaknya berusaha mendukung dakwah ini dgn harta semampunya, serta jangan ragu2 mengajak saudara, sanak kerabat untuk hadir di majelis ilmu.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum

    Saya ingin bertanya : kenapa di bagian maraji ada kata "dan lain-lain" ? Apakah sebenarnya maraji yang di beritahukan di artikel ini kurang lengkap atau apa?

    Saya mohon dijawab pertanyaan saya

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak