Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Selain Manhaj Salaf Hanya Permainan Dan Sendau Gurau Serta Penguluran Waktu




Oleh Ustadz Abu Abd rahman bin Muhammad Suud Al-Atsary hafidzhahullah

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman menerangkan kondisi sebagian hamba-hamba-Nya di hari kiamat :

فَذَرْهُمْ يَخُوْضُوْا وَيَلْعَبُوْا حَتّٰى يُلٰقُوْا يَوْمَهُمُ الَّذِيْ يُوْعَدُوْنَ ۙ  يَوْمَ يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْاَ جْدَا ثِ سِرَا عًا كَاَ نَّهُمْ اِلٰى نُصُبٍ يُّوْفِضُوْنَ ۙ  خَا شِعَةً اَبْصَا رُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ    ۗ ذٰلِكَ الْيَوْمُ الَّذِيْ كَا نُوْا يُوْعَدُوْنَ

"Maka biarkanlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main (dalam kebatilan) hingga mereka menemui hari yang diancamkan kepada mereka. Pada hari ketika mereka keluar dari kubur dengan segera sebagaimana mereka (dulu) pergi dengan segera kepada berhala-berhalanya. Pandangan mereka tertunduk khusyu' lagi di liputi kehinaan, Itulah hari yang diancamkan kepada mereka". (QS. Al-Ma'arij: 42-44)

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir bin Abdillah as Sa'dy rahimahullah :

أي ، يخوضوا بالأقوال الباطلة ، و العقائد الفاسدة ، و يلعبوا بدينهم ، و يأكلوا ، و يشربوا ، و يتمتعوا

"Yakni, mereka tenggelam dalam perkataan batil, aqidah (keyakinan) yang rusak, bermain-main dalam agamanya, juga (bermain-main dengan urusan dunianya) berupa kesenangan dalam makan, minum, juga berlebihannya mereka dalam kenikmatan". (Lihat Taisir Karimi rahman fi Tafsir Kalamim Manan / 949 cetakan darul alamiah mesir)

Sebelum kita membahas tentang bermain-main dalam beragama, kita mengingat kembali pesan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada putri yang di sayangi, yaitu Fatimah radhiallahu 'anha.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada putrinya Fatimah radhiallahu 'anha :

فإتقي الله و إصبري فإنه نعم السلف أنا لك . (رواه مسلم : فضائل فاطمة ٢/٩٨)

"Maka bertaqwalah engkau (wahai Fatimah) dan bersabarlah, karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagimu adalah aku". [HR. Muslim, Fadhail Fathimah 2/98]

Dalam kamus besar bahasa Indonesia di sebutkan definisi senda gurau dan bermain-main (bercanda) اللعب.

Sen-da, gurau : main-main, tidak serius, kelakar, berseloroh, mempermainkan orang dengan cara gurauan.

Sebagaimana Allah sebutkan tentang putra-putra Ya'kub alaihimus sallam, ketika mereka memperdaya Yusuf dengan bermain :

اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَّرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِ نَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ

"Ijinkan ia (Yusuf) pergi bersama kami esok pagi, agar dia bisa bersenda gurau dan bermain-main (bersama kami), dan kami pasti akan menjaganya." (QS. Yusuf: 12)

Aktivitas senda gurau identik dengan dunia anak-anak yang belum dewasa. Senda gurau dapat di maklumi, bila hal itu terkait urusan dunia dan sekedarnya serta di lakukan oleh anak-anak.

Namun menjadi hal yang tercela dan tidak terpuji, bila di lakukan oleh orang yang memiliki sifat kedewasaan, apalagi terkait dengan urusan agama.

Pertanyaannya, adakah orang yang bermain-main dalam agama ?

Jawabannya, ada dan banyak.

Dalam kesempatan ini, kami akan membahas keterperdayaan sebagian orang dari kaum muslimin dalam cara beragama mereka. -Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melindungi kita dari keterperdayaan dan bermain-main dalam agama.

Tulisan ini banyak mengambil manfaat dari nasihat Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu ketika beliau memberikan nasihat kepada golongan-golongan yang ada pada kaum muslimin.

Di antara sebab jauhnya kaum muslimin hari ini dari agamanya, adalah kebodohan. Mereka tidak memahami aqidah, manhaj, karakter agama yang Hanif ini dan sifat-sifatnya.

Sebagian mereka beralih dari Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya dan jalan Salaf mereka kepada isme-isme, penggalan ajaran agama lain, dan Filsafat. Sehingga kita melihat hari ini, pada tubuh kaum muslimin terdapat corak dan cara beragama yang jauh dari ajaran Islam yang murni.

Saat membahas tentang Tasawuf, Syaikh Ihsan ilahi Zahir rahimahullah berkata: "Pada awal penelitian saya (tentang Tasawuf), saya berkesimpulan sebagai orang ekstrim telah memperburuk citra Tasawuf, sikap berlebih-lebihan, sebagian mereka yang mendorong mereka di kecam dan menjadikan mereka mirip Syiah. Namun setelah saya mendalami tema Tasawuf, pemikiran, tulisan mereka, menjelajahi jama'ah mereka, serta tarikat-tarikatnya, dan biografi mereka, ternyata kesimpulan awal saya salah. Dan ternyata memang tidak ada kelurusan pada diri mereka, mereka seratus persen persis Syiah. Orang Syiah tidak di katakan Syiah kecuali karena prilaku ekstrim mereka, orang Sufi juga seperti itu, tidak di katakan Sufi kecuali bila mereka meyakini bahwa hamba memiliki sifat sifat Khaliq (ketuhanan)". (Muqadimah kitab Al Mansya wal Mashadir hal.5)

Salah satu contoh awal yang kami berikan adalah Sufi atau Tasawuf, ajaran olah hati (katanya). Mereka mengalihkan diri dari hiruk pikuk dunia, perebutan dan persaingannya, pada pensucian jiwa-jiwa mereka dari debu materialistik.

Di awal perjalanan, tidak ada yang di kecam. Namun dengan perjalanan waktu, mulai muncul pada mereka penyimpangan. Mereka mengambil dasar ajaran dari agama lain, Filsafat dan juga kehidupan kependetaan.

Bukan lagi berpijak pada ajaran Islam. Mereka telah terjaring pada talbis iblis dalam warna yang lain. Dan hal ini juga terjadi pada sebagian golongan-golongan yang ada pada diri kaum muslimin.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan, bahwa umatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya ada di Neraka kecuali satu. Yang satu inilah yang berada pada Manhaj Nubuwah, beristiqamah pada urusan umat yang pertama (Shahabat) dan mengikuti petunjuknya (Nabi shalallahu alaihi wa salam).

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

وَا لسّٰبِقُوْنَ الْاَ وَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَا لْاَ نْصَا رِ وَا لَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِ حْسَا نٍ ۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَ عَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ ذٰلِكَ الْـفَوْزُ الْعَظِيْمُ

"Dan As Saabiquunal Awwaluun (orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama kali masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar". (QS. At-Taubah: 100)

Kemudian, setelah generasi terbaik itu pergi, bencana silih berganti menimpa umat ini. Bertambah rasa sakitnya, karena perbuatan sebagian kaum muslimin sendiri, yang terpecah belah dalam berbagai golongan dan jama'ah. Setiap jama'ah-jama'ah yang ada mengibarkan benderanya, menyebar slogan-slogannya, menjaring setiap orang, setiap golongan menggariskan garis sendiri-sendiri, dan dari setiap jama'ah induk ini muncul serpihan-serpihan kecil.

Malam semakin gelap, urusan semakin tercerai-berai, dan setiap usaha semakin menjaukan dari tujuan awal. Sehingga akhir dari semua itu, adalah keletihan dan senda gurau, menghabiskan umur dalam hal yang tidak patut dan tidak lucu. Sebagaimana orang-orang Harakah saat ini, yang fokus pada politik, mencapai-capaian kekuasaan, membahas perbaikan ummat, mengusung tema Khilafah.

Tidak sedikit diantara mereka untuk berfikir untuk membentuk kelompok dan organisasi, yang bertugas mengembalikan kehormatan yang terlepas dan menciptakan harapan baru.

Syaikh Ali Hasan Al Halaby hafidzahullah mengingatkan bahaya gerakan-gerakan politik dan Harakah ini : "Perselisihan menjadi bahaya menyeruak, keburukan menyebar, tatkala Khilafah Islamiyyah di bubarkan (seratus tahun lalu), di ganti sistem yang menjijikkan (demokrasi), di mana Kitabullah di singkirkan, wilayah Islam di pecah menjadi negara-negara kecil, lalu tombak (Yahudi) di tancapkan di jantung negara Islam dan tempat isra mi'raj Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (Syam). Semenjak itu kaum muslimin mencari jalan, berfikir menghidupkan kelompok, golongan, organisasi untuk mengembalikan kehormatan yang terlepas.

Memang di sini ada kebaikan yang bisa di lihat, di saksikan dan dirasakan. Namun di sana (dengan terbentuknya Hizbiyyah dan partai politik) ada keburukan, sebagaimana racun yang mengalir, tanpa ada erangan, tanpa teriakan, dan tidak tampak (samar), sampai akhirnya keburukan itu (dari munculnya partai dan Hizbiyyah) tidak lagi bisa di tambal sebagaimana yang terjadi pada saat ini.

Mengapa ? Sebab kaum muslimin malah semakin terpecah menjadi berbagai golongan, loyalitas dan pengingkaran mereka di batasi oleh loyalitas golongan, sehingga engkau melihat bagaimana mereka tidak mau mempertimbangkan kebenaran jika datang dari jalan selain golongannya dan bukan dari metode dakwahnya. Seakan mereka membajak (tanah) di lautan (melakukan kemustahilan).

Karena mereka lupa atau pura-pura lupa, sebab terpenting kegagalan (metode mereka) untuk mempersatukan kaum muslimin adalah karena tidak adanya keterpaduan aqidah dan manhaj. Yang ada hanya pertentangan yang tercela dan fanatisme golongan dan jama'ah (nya sendiri).

Dan justru inilah yang di kehendaki musuh-musuh Allah, mereka selalu melantunkan kalimat-kalimat (kosong) sepanjang hari, yang tentunya kelamaan akan di dengar, yaitu  istilah-istilah (muluk), kebebasan dan demokrasi, maupun hal-hal lainnya, dengan maksud memperuncing perpecahan kaum muslimin sendiri... Lebih parah, banyak yang memejamkan mata dari adanya perpecahan yang di benci ini". (Lihat selengkapnya dalam tulisan beliau yang sangat berfaidah, Dawah Illa llah, Baina Tajamu Hizby, wa Taawuni Syar'iy hal. 30-34)

Kami (Abu Abd rahman bin Muhammad Suud) tambahkan :

Sebagaian orang menutup mata dari sebab utama perpecahan di antara kaum muslimin, yakni perbedaan aqidah dan manhaj. Lalu mereka menyeru pada persatuan semu, yakni bersatu mewujudkan tujuan-tujuan politik dan kekuasaan, apapun golongannya atau partai dan organisasinya, tanpa melihat lurus atau menyimpang tidak jadi masalah, asal tujuan bersama berupa capaian-capaian dunia berupa kekuasaan, kursi, dan kedudukan di dapat.

Inti dawah mereka hanya sekedar mengumpulkan manusia. Dengan itu mereka berupaya menjadi orang-orang yang sok bijak, dapat "menyatukan kaum muslimin", namun persatuan semu mereka, dengan sedikit sundulan hancur lebur, sebagaimana sarang laba-laba, masuk kedalam jurang kebinasaan, karena hanya tembok-tembok semu yang mereka bangun. Tidak ada kekuasaan yang mereka peroleh, tujuan-tujuan tersamar, dan kelelahan dan kekecewaan tampak di raut mereka. Namun semua hal itu telah binasa, masa muda, waktu yang seharusnya di gunakan menurut ilmu di jadikan waktu membiasakan diri dengan fiqih media dan membahas waqi' (kekinian) dari berita politik dan kesimpang siuran, dan kekuatan yang seharusnya untuk berjuang secara real dalam hidup hanya menjadi cita dan gambaran semu.

Karena mereka bodoh akan metode dakwah para Nabi alaihimus salam, yakni menegakkan tauhid dan menjadikan peribadatan hanya kepada Allah, menjadi sekedar seruan pada politik sempit.

Tiada hasil yang mereka cari, tiada Khilafah yang tegak, dan tiada syariat yang di laksanakan dari seruan mereka semenjak sembilan puluh tahun lalu (yakni dakwah politik Ikhwanul Muslimin, PKS, juga Hizbut Tahrir dan semisal mereka), hanya lolongan suara yang cepat berlalu.

Kemudian, nampak dari golongan lain, dari kalangan tradisional nampak keekstriman yang lain. Yang mereka sibuk pada simbol dan ritual-ritual kosong tanpa makna. Memakmurkan khaniqoh-khaniqoh (biara-biara) kerahiban, berdzikir ribuan kali, meninggalkan ilmu, dan sibuk dengan fikiran dan ritus mereka.

Bagi mereka agama sekedar perayaan-perayaan, doa bersama, dzikir panjang, menghalau manusia pada maulid, makan bersama, penyembahan pada kubur wali, dan wisata religi.

Apa yang mereka lakukan menumpulkan iman, menjauhkan ilmu, dan merebakkan kebodohan. Sehingga salah seorang di antara mereka tidak faham tata cara istinja' dan wudhu yang benar.

Andaikan mereka sedikit mau meluangkan waktu untuk mempelajari Sunnah, menghiasi hidup dengan teladan para pendahulu mereka yang shalih, itu lebih bermanfaat, daripada ritus-ritus tanpa ilmu, dan keletihan dalam ibadah yang menyelisihi Sunnah itu. Sebaliknya, di sisi lain terlihat wajah ekstrim dalam bentuk ghuluw dan kekerasan.

Mereka menempuh jalan para reaksioner, menancapkan bendera yang mereka sebut sebagai bendera jihad. Mereka meninggalkan nasihat Ulama, menempuh kehidupan keras, perkelahian, dan bom. Perbaikan yang sedang di lakukan, mengembalikan kaum muslimin pada Islam, tercoreng tingkah polah mereka yang radikal, dan membuat kerusakan di muka bumi dengan bom-bom yang mereka ledakan. Puncaknya, saat Masjidil haram ternodai dengan darah yang mencederai kesuciannya (pemberontak juhaiman), dan itu terus berlanjut sampai saat ini.

Andaikan semangat mereka di iringi dengan ilmu, kelemah lembutan, dan bimbingan Ulama, tentu semangat mereka akan membantu meringankan beban dakwah ini.

Masa muda hilang, kelelahan meliputi dan tidak ada hasil jelas atas tindakan bodoh mereka.

Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda:

إن الذين يسر ، و لن يشاد الذين أحد إلا غابة

"Sesungguhnya agama itu mudah, barangsiapa berlaku ekstrim dalam agama ini, maka ia akan di kalahkan". [HR. Bukhari, Kitab Iman Hadits 39]

Inilah penyesalan orang-orang yang bingung dalam keekstriman pemikiran mereka yang menyimpang pada Filsafat dan isme-isme. (Lihat Thabaqot as Syafi'i yah, 8/96)

Salah seorang yang menghabiskan umur dalam Filsafat menyesali dan berkata, dan ini adalah ucapan Fakhrurrozy :

نهاية إقدام العقوال عقال
و غاية سعي العالمين ضلال

و ارواحنا في وحشة من جسومنا
و حاصل دنينا ادي و وبال

و لم نستفد من بحثنا طول عمرنا
سوى أن جمعنا فيه قيل و قالوا


Akhir dari mendahulukan aqal (dari dalil) adalah iqol (belenggu).
Dan puncak hasil dari orang-orang yang tau (di antara ahli Filsafat) adalah kesesatan.

Ruh-ruh kita liar di dalam jasad.
Sedang hasil kita di dunia hanyalah penyesalan dan bencana.

Kita tidak memperoleh hasil sepanjang umur kita.
Kecuali hanya mengumpulkan "katanya dan katanya".

Sebuah babak akhir....
Selain mengikuti manhaj dan aqidah Salaf bagi kaum muslimin, hanya sebuah fatamorgana bagi hidup mereka, melelahkan diri, dan sebuah kekecewaan dalam hidup. Karena manhaj salaf adalah Islam itu sendiri.

Jauh darinya adalah kenestapaan. Memusuhinya hanyalah kesengsaraan bagi pelakunya. Lari darinya hanya sebuah penundaan dan kesia-siaan.

Maka wajib bagi setiap muslim, kembali kepangkuan aqidah dan manhaj Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Juga bagi yang telah mengikuti manhaj ini, tidak ada yang bisa kalian lakukan kecuali berusaha Istiqamah dan beramal di dalamnya dengan baik.

Manhaj salaf terjaga dan di jaga Allah. Namun, setiap person orangnya tidak ma'sum.

Menisbatkan diri pada manhaj Salaf, tidak menjadikan selamat dan baik, bila tidak Istiqamah dan beramal baik di jalanya. Maka wahai orang-orang yang telah mendapat anugerah hidayah Sunnah, jangan tertipu dan merasa selamat, bila kalian tidak beramal, dan menjauhi sebab sebab syubhat dan ketergelinciran. Karena boleh jadi hidayah yang telah di dapat di cabut kembali, bila kita tidak bisa istiqamah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan hidayah Sunnah di hati kita, sampai kita bertemu dengan-Nya.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

________
Sidoarjo, waktu Dhuha. Oleh yang butuh dan mengharapkan ampunan Rabb-Nya.

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

📮 Telegram: http://t.me/Manhaj_salaf1
🎥 Youtube: http://youtube.com/ittibarasul1
📱 Group WhatsApp: wa.me/62895383230460
📧 Twitter: http://twitter.com/ittibarasul1
🌐 Web: dakwahmanhajsalaf.com
📷 Instagram: http://Instagram.com/ittibarasul1
🇫 Facebook: http://fb.me/ittibarasul1

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Selain Manhaj Salaf Hanya Permainan Dan Sendau Gurau Serta Penguluran Waktu"