Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Taat Pada Pemimpin Dan Larangan Memberontak

 




Pertanyaan:

بــسم اللّٰـه 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Ustadz saya ingin menanyakan soal RUU cipta kerja/omnibus law yang kini menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia. Haruskah kita taat kepada pemerintah atau ikut-ikuttan demo seperti yang di lakukan para ahli bid'ah. Saya harap segera ada tanggapan dari seluruh Ulama Salafi di Indonesia agar kaum muslimin tidak salah dalam bertindak.

(Dari Muhammad Aslam Group MS-I 17)

Jawab:

بــسم اللّٰـه 
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Sikap kita jelas, bahwa kita Salafy adalah kaum yang bicara, bertindak dan menyampaikan aspirasi dengan ilmu dan bimbingan Ulama. Sikap kita terhadap pemerintah, bahwa kita wajib taat pada hal yang ma'ruf dan taat terhadap pemerintah adalah perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَطِيْـعُوا اللّٰهَ وَاَ طِيْـعُوا الرَّسُوْلَ وَاُ ولِى الْاَ مْرِ مِنْكُمْ ۚ فَاِ نْ تَنَا زَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَا لرَّسُوْلِ اِنْ كُنْـتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَـوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya". (QS. An-Nisa: 59)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من أطاعني فقد أطاع الله ومن يعصني فقد عصى الله ومن يطع الأمير فقد أطاعني ومن يعص الأمير فقد عصاني

"Barangsiapa yang mentaati aku sungguh ia telah mentaati Allah dan barangsiapa yang durhaka padaku sungguh ia telah mendurhakai Allah, barangsiapa yang taat pada pemimpin sungguh ia telah taat padaku dan barangsiapa yang durhaka pada pemimpin sungguh ia telah durhaka padaku". [HR. Muslim no.1835]

Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

من كَرِه من أميرِهِ شيئا فليصْبِرْ عليهِ . فإنّه ليسَ أحدٌ من الناسِ خرج من السلطانِ شِبْرا ، فماتَ عليهِ ، إلا ماتَ ميتةً جاهليةً

"Barangsiapa yang tidak suka terhadap suatu hal dari pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena tidak ada yang memberontak kepada penguasa satu jengkal saja, kemudian ia mati, kecuali ia mati jahiliyah". [HR. Bukhari no.7054, Muslim no.1849]

Kita bukan Khawarij yang senantiasa melihat kesalahan sebagai dosa dan kezaliman yang wajib di tuntut dan alasan tidak taat dan memberontak. Juga bukan Murjiah yang senantiasa seiring dan mendiamkan dengan kezaliman serta menjilat. Sedangkan Ahlus Sunnah bersikap pertengahan dan senantiasa menjaga kekondusifan kondisi. Indonesia secara umum telah buruk, baik dari sisi ekonomi, politik, kesehatan bahkan resesi. Namun, semua itu bersumber dari kurangnya pembenahan aqidah.

Jangan sekali-kali kita menjadi kompor penyulut kerusakan dan kerusuhan, ingat negeri ini sudah banyak kerusakan, jangan di tambah rusak dengan tindakan kita yang tidak syar'i dan berlandaskan hawa nafsu.

Benar, kita tidak menafikan adanya kezaliman. Namun, hendaknya kita tuntut hak-hak kita dengan cara yang syar'i, yakni sebagai rakyat bisa kita tempuh:

- Menghadap ke Presiden dengan bicara, baik sendiri atau perwakilan.
- Menghadap pengadilan, di sana kita bisa ajukan gugatan.
- Bila semua itu sudah di tempuh dan tetap tidak ada keadilan, maka penuhi hak pemerintah dan minta hakmu kepada Allah.

Jangan menjadi pengobar dan menjadi bagian dari para perusuh. Demokrasi, demonstrasi bukan bagian dari ajaran Islam sedikitpun dan akhir dari semua itu adalah pembuka pintu fitnah dan kerusakan. Wajib Salafiyun untuk bertindak sesuai ilmu dan mengikuti fatwa Ulama Rabbani yang tidak sekedar membakar semangat, namun wajib bagi mereka mengarahkan sebaik-baik manusia pada jalan lurus, pembenahan yang rusak dan tidak membuat kondisi yang rusak semakin rusak.

Ini nasihat saya, baik sebagai pribadi yang mungkin juga melihat kerugian bagi dirinya, namun juga sebagai da'i yang harus menenangkan suasana dan mengajak berfikir dengan ilmu bukan sekedar hawa nafsu dan kemarahan.

Ingat, yang memberikan rejeki kepada kita di masa lapang adalah Allah dan yang memberikan rezeki kepada kita di masa sulit dan kezaliman adalah Allah. Maka, bertaqwa kepada Allah dan sesyar'i mungkin untuk menuntut hak kepada pemimpin, bukan sekedar marah dan merusak.

والله تعالى أعلمُ بالـصـواب

Dijawab Oleh Ustadz Abu Abdurrahman Al-Atsary hafidzhahullah

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/62895383230460

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

2 komentar untuk "Taat Pada Pemimpin Dan Larangan Memberontak"

  1. Bismillaah.
    Maaf ustadz mau tanya,
    Apakah sudah ad ustadz salafy yg menghadap presiden untuk membicarakan mslh keadaan negeri ini?

    BalasHapus
  2. Murjiah banget cok

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak