Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 31)

 


Kekasih Allah dan Kekasih Setan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَ لَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَا نُوْا يَتَّقُوْنَ

"ngatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa". (QS. Yunus: 62-63)

Ayat di atas mengandung pengertian bahwa wali adalah orang mukmin yang bertakwa dan menjauhi maksiat. Ia berdoa hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Terkadang tampak padanya karamah ketika sedang dibutuhkan. Seperti karamah yang tampak pada Maryam ketika ia mendapatkan rizki berupa makanan di rumahnya.

Karamah yaitu karunia Allah yang diberikan kepada wali-Nya berupa perkara-perkara yang ada diluar kebiasaan manusia. Seperti karamah Maryam. Allah mengisahkan hal ini dalam firman-Nya:

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَا بَ ۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَا لَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَـكِ هٰذَا ۗ قَا لَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ بِغَيْرِ حِسَا بٍ

"Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya". Dia berkata: "Wahai Maryam! Darimana ini engkau peroleh ?" Dia (Maryam) menjawab: "Itu dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan". (QS. Ali Imran: 37)

Maka, wilayah (kewalian) memang ada. Tetapi ia tidak terjadi kecuali pada hamba yang mukmin, taat, dan mengesakan Allah. Karamah tidak menjadi syarat untuk seseorang disebut wali, sebab syarat demikian tidak diberitahukan oleh Al-Quran.

Wilayah itu tidak mungkin terjadi pada seorang fasik atau musyrik yang berdoa dan memohon kepada selain Allah. Sebab hal itu termasuk amalan orang-orang musyrik, sehingga bagaimana mungkin mereka menjadi para wali yang dimuliakan ??? Wilayah tidak bisa diperoleh melalui warisan dari nenek moyang atau keturunan, tetapi ia didapatkan dengan iman dan amal salehnya.

Apa yang tampak pada sebagian ahli bid’ah seperti kekebalan, memakan api, dan sebagainya dengan tidak menimbulkan cedera apapun, maka itu adalah dari perbuatan setan. Hal yang demikian bukan karamah tetapi istidraj agar mereka semakin jauh tenggelam dalam kesesatan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ مَنْ كَا نَ فِى الضَّلٰلَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ الرَّحْمٰنُ مَدًّا

Katakanlah, "Barangsiapa berada dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan Yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya". (QS. Maryam: 75)

Mereka yang pergi ke India, akan menyaksikan orang-orang Majusi lebih dari itu. Di antaranya mereka saling memukulkan pedang dengan tidak menimbulkan bahaya apapun, padahal mereka adalah orang-orang kafir.

Islam tidak mengakui berbagai perbuatan yang tidak dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut, juga tidak oleh para Shahabatnya. Seandainya di dalam perbuatan tersebut terdapat kebaikan, niscaya mereka akan lebih dahulu melakukannya daripada kita.

Menurut persepsi kebanyakan manusia, wali adalah orang yang mengetahui ilmu ghaib. Padahal ilmu ghaib adalah sesuatu yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Memang, terkadang hal itu ditampakkan pada sebagian Rasul-Nya, jika Dia menghendakinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖۤ اَحَدًا ۙ  اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ

"(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya". (QS. Al-Jin: 26-27)

Dengan tegas, ayat di atas mengkhususkan para Rasul dan tidak menyebutkan yang lain.

Sebagian orang menyangka bahwa setiap kuburan yang dibangun di atasnya kubah adalah wali. Padahal bisa jadi kuburan tersebut di dalamnya adalah orang fasik, atau bahkan mungkin tak ada manusia yang dikubur di dalamnya.

Membangun sesuatu bangunan di atas kuburan adalah diharamkan oleh Islam. Dalam sebuah hadis shahih ditegaskan: 

رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang untuk mengapur kuburan, duduk diatas kubur dan membuat bangunan diatas kubur". [HR. Muslim]

Seorang wali bukanlah yang dikuburkan di dalam masjid, atau yang dibangun di atasnya suatu bangunan atau kubah. Hal ini justru melanggar ajaran syariat Islam. Demikian pula, mimpi bertemu dengan mayit tidak merupakan dalil secara syara atas kewalian. Bahkan bisa jadi ia adalah bunga tidur yang berasal dari setan.

Khurafat Bukan Karamah

Dalam salah satu edisinya, dengan judul "Khurafat Seputar Ad-Dasuki" majalah At-Tauhid menulis dalam Hasyiah (catatan pinggir) kitab Ash-Shawi disebutkan: "Sesungguhnya Dasuki bisa berbicara dengan segala bahasa, bahasa asing, bahasa Suryani, bahasa binatang, dan bahasa burung. Ia telah berpuasa sejak dalam buaian, melihat Lauh Mahfuzh, telapak kakinya tidak pernah menginjak bumi, ia bisa memindahkan nasib muridnya dari sengsara menjadi bahagia, dunia di tangannya dibuat laksana cincin, dan dia telah sampai ke Sidratul Muntaha".

Ini adalah omong kosong. Tak seorang pun yang akan mempercayainya, kecuali orang yang amat bodoh sekali. Bahkan hal itu adalah suatu kekufuran yang nyata. Bagaimana mungkin ia bisa melihat Lauh Mahfuzh, yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam penghulu semua makhluk tak pernah melihatnya ???

Bagaimana mungkin ia bisa memindahkan nasib murid-muridnya dari sengsara menjadi bahagia ??? Semua ini adalah khurafat yang dibuat-buat oleh orang-orang Shufi yang angkuh dan sombong. Mereka tidak sadar, sesungguhnya mereka berada di dalam kesesatan yang nyata.

Karena itu pembaca, hindarilah kitab-kitab yang memuat berbagai khurafat semacam ini. Di antaranya kitab At-Tabaqaatul Kubraa, oleh Sya’rani. Khaziinatul Asraar, Nuzhatul Majaalis, Ar-Raudhul Faa’iq, Mukasyafatul Quluub, oleh Al-Ghazali. Al-‘Araa’is, oleh Ats-Tsa’aalibi. Semua kitab itu haram dicetak dan diperjual-belikan.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Sumber: Kitab Minhaj al-Firqah an-Najiyah wa Ath-Tha’ifah al-Manshurah (Jalan Golongan Yang Selamat) Karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zain

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Jalan Golongan Yang Selamat (Bagian 31)"