Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kewajiban Mengikuti Pemahaman Shahabat Nabi

 



Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Ini beberapa ayat Al-Quran yang amat jelas menunjukkan wajibnya kita mengikuti para Salaf, yakni pemahaman para Shahabat radhiallahu 'anhum pada khususnya dua generasi setelahnya dan ancaman bagi yang tidak mengikuti pemahaman Salaf.

Pertama, diantara kelompok yang Allah ancamkan dimasukkan dalam Jahannam adalah akibat dua perkara, sebagaimana disebutkan pada ayat berikut:

وَمَنْ يُّشَا قِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الْهُدٰى وَ يَـتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَـنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا

"Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali". (QS. An-Nisa': 115)

Penyebab diancamnya seseorang dimasukkan pada Jahannam pada ayat di atas itu ada dua macam, yaitu:

1) Menentang Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini telah desepakati oleh setiap muslim dari madzhab, sebatil apapun selagi zhahirnya masih muslim. Mereka pasti berkata, kami jelas mengikuti Rasul.
2) Yang jadi masalah adalah penyebab kedua, yakni mengikuti selain jalannya orang-orang beriman. Siapa yang dimaksud jalannya orang-orang beriman pada ayat di atas ?

Kita tahu saat ayat ini turun, manusia secara garis besar hanya ada dua kelompok, yakni orang kafir -di dalamanya kaum musyrikin dan sebagaianya-, serta orang yang mengimani beliau, yakni para Shahabat radhiallahu ‘anhum-. Tabi'in pun tentu belum ada saat ayat itu turun, apalagi generasi di bawahnya. Maka, sudah pasti konteks orang beriman yang di maksud dalam ayat di atas ditujukkan kepada para Shahabat radhiallahu 'anhum. Mereka adalah Salaful Ummat terbaik setelah Nabi* shallallahu 'alaihi wa sallam.

Jadi dari ayat ini kita tahu, yang diancam Allah masuk Jahannam itu bukan hanya mereka yang menentang Rasul Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, namun ditujukkan pada siapapun yang tidak mengikuti apa yang ditempuh para Shahabat radhiallahu 'anhum sebagai Salaf kita. Hal ini didukung oleh hadits shahih berikut:

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي  النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

"Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam Neraka kecuali satu golongan". Para Shahabat bertanya: "Siapakah mereka wahai Rasulullah ?" Beliau menjawab: "Mereka adalah golongan yang mana aku dan para Shahabatku berpegang teguh padanya". [HR. At-Tirmidzi 2641. Kata Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Tirmidzi 2641, hasan. Syaikh bin Baaz rahimahullah juga menyatakan shahnya hadits itu sebagaimana terdapat dalam https://binbaz.org.sa/fatwas/22929]

Hadits itu juga tegas menunjukkan bahwa yang akan selamat itu jika memenuhi dua hal, yakni mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak cukup mengikuti Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saja- tetapi harus juga mengikuti jalannya atau Manhajnya para Shahabat radhiallahu 'anhum yang disebut Manhaj Salaf.

Di sisi ini kebanyakan ahlul bid'ah tidak mau mengikuti pemahaman para Shahabat radhiallahu ‘anhum. Mereka menafsirkan agama seenaknya sendiri berdasarkan ro'yu mereka atau berdasarkan ro'yu pendiri kelompok/firqahnya. Dengan kata lain mereka tidak mengikuti pemahaman Salaf. Ini adalah dalil amat terang wajibnya ikut pemahaman Salaf.

Kedua, saat Allah menjanjikan siapa saja yang akan dimasukkan ke dalam Surga-Nya, maka Allah berfirman:

وَا لسّٰبِقُوْنَ الْاَ وَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَا لْاَ نْصَا رِ وَا لَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِ حْسَا نٍ ۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَ عَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَ نْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۤ اَبَدًا ۗ ذٰلِكَ الْـفَوْزُ الْعَظِيْمُ

"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung". (QS. At-Taubah: 100)

Ayat di atas menunjukkan bahwa yang dijanjikan Allah masuk Surga secara garis besar ada dua:

1) Para Shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam khususnya kalangan Muhajirin dan Anshar.
2) Yang mengikuti jejak mereka dengan baik.

Ayat ini tegas lagi terang menunjukkan Surga tidak akan teraih jika kita tidak mengikuti apa yang ditempuh oleh para Shahabat radhiallahu 'anhum sebagai Salaf kita. Tidak usah cerita tentang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, karena -sekali lagi- kalau terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kelompok yang paling sesat sekalipun selagi zhahirnya masih Islam pasti mengaku cinta Rasul dan ikut Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tapi kalau pemahaman para Shahabat, disini mereka bermasalah besar. Mereka enggan mengikuti pemahaman para Shahabat radhiallahu 'anhum dalam masalah aqidah, ibadah, suluk, dan sebagainya. Mereka lebih memilih mengikuti pemahaman mursyid, pembimbing atau gurunya di bandingkan mengikuti pemahaman para Shahabat radhiallahu 'anhum. Allahul musta'an.

Ayat di atas juga ayat yang amat jelas, yang menunjukkan mengapa kita wajib mengikatkan diri dengan pemahaman para Salaf, yakni pemahaman para Shahabat radhiallahu 'anhum pada khususnya.

Ketiga, saat Allah mensifati generasi yang baik setalah para Shahabat, maka diantaranya Dia berfirman:

وَا لَّذِيْنَ جَآءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَـنَا وَلِاِ خْوَا نِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِا لْاِ يْمَا نِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَاۤ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyr: 10)

Ayat di atas menunjukkan betapa utamanya posisi para Shahabat radhiallahu 'anhum, sehingga Allah menyifati generasi setelah Shahabat yang baik adalah generasi yang mendoakan dan mengakui keimanan para Shahabat radhiallahu 'anhum. Ini menunjukkan keimanan para Shahabat sebagai Salaf kita demikian sempurna.

Karena itu, Syaikh Abdur Rahman As-Sadi rahimahullah saat menafsirkan ayat di atas berkata: "Di sini Allah mensifati orang-orang yang datang setelah para Shahabat dengan keimanan. Sebagaimana ucapan mereka سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ (Yang telah beriman lebih dahulu dari kami). Hal itu menunjukkan bahwa mereka semua berkumpul dalam satu keimanan. Para tabi'in rahimahumullah selalu mengikuti jejak para Shahabat radhiallahu 'anhum, baik dalam perkara aqidah maupun landasan-landasan iman. Mereka semua adalah Ahlussunnah Wal Jamaah yang sesungguhnya". (Taisirul Karimir Rahman hal.852)

Sebenarnya banyak lagi ayat Al-Quran, baik yang tersurat maupun tersirat yang menunjukkan keutamaan para Shahabat radhiallahu 'anhum sebagai Salaf kita yang wajib di ikuti, serta ancaman bagi yang tidak mengikuti pemahaman mereka. Namun, sementara ana cukupkan sampai di sini dulu saja. Maka, jangan pernah ragu bahwa mengikuti pemahaman Salaf adalah jalan satu-satunya menuju Surga Allah.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF

Group WhatsApp: wa.me/6289665842579

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Posting Komentar untuk "Kewajiban Mengikuti Pemahaman Shahabat Nabi"