Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenali Siapa Mahrammu ?

 



Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah

Sebentar lagi lebaran, biasanya kamu masih bingung maba mahram-mu dan mana yang bukan mahram-mu. Jika mahram-mu, maka berarti boleh  berjabat tangan dengannya. Tetapi, jika bukan mahram, maka tidak boleh berjabat tangan dengannya.

Berikut ringkasan mana yang termasuk mahram, sehingga boleh berjabat tangan dengannya.

Mahram Dari Garis Nasab

1. Ibu ke atas (Nenek, dan seterusnya ke atas).
2. Anak perempuan ke bawah (cucu dan seterusnya).
3. Saudara perempuan, sekandung sebapak atau seibu.
4. Keponakan perempuan dari saudara perempuan dan semua keturunannya ke bawah.
5. Keponakan perempuan dari saudara laki-laki dan semua keturunannya ke bawah.
6 . Bibi dari pihak ayah (Ammah).
7. Bibi dari pihak Ibu (Khallah).

Mahram Dari Garis Pernikahan

1. Ibunya istri (Ibu mertua) dan seterusnya ke atas (nenek mertua dan seterusnya ke atas).
2. Anak perempuan istri (anak tiri) jika sang bapak telah mencampuri ibunya.
3. Istrinya bapak (bapak tiri), istrinya kakek (nenek tiri) dan seterusnya ke atas.
4. Istrinya anak (menantu perempuan) dan seterusnya ke bawah (istrinya cucu dan seterusnya).

Selain Itu:

1. Saudara sepersusuan yang sering disangka mahram padahal bukan.

2. Ipar (saudara perempuan istri). Ipar termasuk mahram mu'aqqat, yakni mahram untuk sementara waktu.

Maksudnya selagi istri kita masih hidup atau belum ditalak, maka haram menikahinya. Tetapi kalau misalkan istri kita telah wafat atau telah ditalak, maka boleh menikahinya. Sekalipun demikian, saat ia masih menjadi ipar, maka ia bukan mahram kita dan tidak boleh berjabat tangan dengannya.

3. Saudara sepupu itu bukan mahram kita. Jadi, tidak boleh berjabat tangan dengannya.

4. Istrinya paman atau suaminya bibi ini juga bukan mahram kita.

Dirangkum dari sekian banyak kitab fiqh, diantara rujukan terpenting ana dalam masalah ini adalah Shahih Fiqhus Sunnah III:76-79, karya Syaikh Abu Malik hafizhahullah, Taisirul ‘Alam, Syarah ‘Umdatul Ahkam hal.569.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

_______
Mau dapat Ilmu ?
Mari bergabung bersama GROUP MANHAJ SALAF


Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.


2 komentar untuk "Kenali Siapa Mahrammu ?"

  1. Apa dalil bahwa saudara persusulan bukan mahram?

    BalasHapus
  2. “Apabila seorang wanita telah menyusui seorang anak sebanyak lima kali susuan (yang menjadikan anak tersebut kenyang, red) yang telah diketahui bersama atau mungkin lebih dari itu, maka selama anak tersebut masih belum berumur dua tahun, anak yang disusui tersebut sudah menjadi anak ibu yang menyusuinya beserta suaminya, dan semua anaknya dari suaminya dan selainnya telah menjadi saudara anak yang disusui, dan semua anak suaminya menjadi saudaranya pula.

    Ayah wanita yang menyusui sudah menjadi kakeknya sendiri, dan ibu wanita yang menyusui tersebut sudah menjadi nenek anak tersebut. Ayah dari suami wanita yang menyusui sudah menjadi kakeknya dan ibu dari suaminya tersebut adalah neneknya. Hal ini berdasarkan firman Allah,

    وَأُمَّهَاتُكُمُ اللاَّتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُم مِّنَ الرَّضَاعَةِ

    “...Ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan….” (Qs. an-Nisa: 23).

    Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    يَحْرُمُ مِنَ الرَّضَاعَةِ مَا يَحْرُمُ مِنَ النَّسَبِ

    “Hal-hal dari hubungan persusuan diharamkan sebagaimana hal-hal tersebut diharamkan dari hubungan nasab.” (HR. Bukhari: 2645).

    Serta berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

    لاَ رَضَاعَ إِلاَّ فِيْ حَوْلَيْنِ

    “Tidak ada persusuan (yang menjadikan mahram) kecuali pada umur dua tahun.” (HR. Baihaqi: 1544).

    Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Dahulu turun ayat yang menetapkan, bahwa sepuluh kali persusuan menyebabkan (seorang anak yang disusui) sudah menjadi haram bagi kami. Kemudian (syariat tersebut, ed) dihapus menjadi lima kali persusuan yang telah dimaklumi. Maka ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, ketetapan ini tetap berlaku.” (HR. Muslim). (Fatwa SyAIkh Abdul Aziz bin Abdulullah bin Baz dalam Fatawa Ulama Baladil Haram: 505).



    Referensi: https://konsultasisyariah.com/2903-saudara-sepersusuan-mahram.html

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan bijak